Bencana di satu sisi, anugerah pada sisi yang lain, itu realitas yang selalu muncul. Demikian pula dengan Jakarta sebagai ibu kota yang selalu banjir pada setiap musim hujan, bisa juga dilihat dari sisi pandang itu.
Banyak orang pintar berpendapat, teknologi seharusnya dapat berperan mengatasi hal tersebut. Apalagi bila dana ada. Tak ada alasan itu tak bisa.
Seharusnya, ya..!!
Namun bagaimana bila banjir justru dimaknai sebagai proyek?
Bukankah memang ada budget atas dana bencana alam? Dan jumlahnya tidak kecil?
Jangan berpikir ini untuk mereka yang menjadi korban. Ini tentang proyek yang mau ga mau harus hadir dan mereka yang dapat rejeki karena terlibat mengurus proyek tersebut.
Berapa panjang lajur jalan rusak dan dana mau gak mau juga harus turun? Terlalu banyak hal harus kembali diperbaiki.
Bukankah bila tak ada banjir atau bencana itu, alokasi juga tak pernah digunakan? Dana akan kembali pada pemerintah sebagai dana tak terpakai?
Ga seru ga ada banjir. Apalagi kota sebesar dan semasif Jakarta.
Bayangkan saja lima tahun berkuasa, masa tiap tahun dana alokasi sebesar itu dibiarkan 5 kali tak terpakai?
Lebih bagus lagi bila dana pencegahan banjir dibuat, tapi banjir tetap selalu datang. Dobel proyek didapat.
Lagi pula, siapa yang akan protes telah terjadi bencana alam?
Berharap Jakarta ga banjir? Mimpii!
"Jadi Jakarta banjir bukan karena Gubernurnya payah?"
Mbuh laahh..🙄
"Trus gimana dibanding saat Ahok dulu?"
Ya lihat saja, saat dia sudah selesai menjabat Gubernur, makin kaya ga? Mbanget ga nambahnya?
Trus bikin museum ga?
Ganti istri iya! Tapi ga jadi ukuran kaya dong...
Gitu aja koq repot?
.
.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Ketika musuh terlalu besar dan kuat, akal kita gunakan. Bukan konfrontasi secara langsung kita pilih. Lincah dan gesit gerakan tubuh kita yang lebih kecil kita gunakan.
📷Firnadi
Pukulan tangan kecil kita memang tak akan langsung membuat lawan jatuh. Dia terlalu kuat dan perkasa. Sangat mungkin, diperlukan lebih dari 20 atau bahkan 50 kali lawan harus terpukul dan itu pun harus pada tempat vital.
Dan itu pun dengan syarat jangan sampai kita sempat terpukul terlebih dahulu.
Itulah gambaran tentang Jokowi. Dia hadir di tengah sekelompok orang dengan kekuatan super dan dilindungi benteng pertahanan yang perkasa.
Aspek seksualitas secara biologis, ditentukan oleh bagaimana peran gender yang dibangun masyarakat. Ya.., masyarakat memang sangat menetukan bagaimana peran gender berjalan.
Adakah kesepakatan yang sudah baku, yang sudah tak lagi kita ungkit meski itu terlihat tidak adil?
Banyak..! Coba deh jujur. Lepas semua paradigma yang sudah tertanam dalam diri kita.
Lepas semua pemahaman agama, budaya, dan jadilah manusia sederhana yang bebas dari intervensi apapun. Dan..,munculkan satu pertanyaan saja. Contoh,
Punyakah kita kemewahan dapat memilih diliahirkan sebagai laki-laki?
Percaya atau tidak pertanyaan seperti ini adalah beban tersendiri bagi sebagian anak muda perantauan ketika mudik lebaran.
Apalagi gaya dan asesoris yang melekat sudah bercerita bahwa dia adalah bagian dari orang yang sukses.
Ukurannya sederhana saja, mobil contohmya, atau gaya berbusana & wangi parfum yang tercium. Padahal dia baru sampai dibawah pohon nangka, sepuluh meter jarak dari pintu rumah mak bapak.
Harumnya....
Kita dianggap sukses dgn materi itu, tapi blm komplit bila belum menikah.
Seringkali menikah bukan urusan saya pribadi, namun bagian dari nilai melekat sebuah tolok ukur.
Sadar gak sadar, kita telah dan sedang tinggal dalam sebuah masyarakat yang terlalu sibuk dengan intervensi atas kehidupan pribadi.
Paijo, punya lahan 200 ha dan ditanam singkong. Nilai aset tanah Paijo ditaksir oleh Bank sebesar 3 triliun rupiah. Karena kinerja bagus Paijo, Bank menawarkan jumlah kredit sebesar 1.5 triliun atau 50% dari nilai aset saat dia berniat mengajukan kredit modal kerja.
Paijo paham benar apa itu makna berhutang. Dia tak ambil semua meski butuh. Dia masuk pada kelompok orang konservatif. Tapi ada juga sih yang bilang "njelimet". Dia hanya ambil 500 miliar saja.
Atas penambahan modal yang dia ambil, kini karyawan Paijo berjumlah 1000 orang. Dia jual produk makanan yang berasal dari singkong, tepung tapioka, ethanol juga singkong mentah.
Berapa waktu yang anda butuhkan ketika berkendara dari Jogja ke Jakarta?
Saat belum ada tol, mungkin 9 hingga 11 jam bila lancar dan ga ngebut. Setelah jalan tol menghubungkan semua kota, 7 atau ada yang 8 jam.
📷LiveJournal
Tujuh jam dapat dicapai saat belum ada jalan tol, pasti anda lupa bahwa mobil anda punya pedal rem. Hajar dan terus hajar sambil ngebayangin seolah dirinya adalah Michael Schumaker.
Namun, selalu ada masa dimana anda dipaksa untuk meletakkan kaki anda pada pedal rem demi bersiap. Jalanan turun yang ekstrim dan berliku. Tak ada cara selain itu kecuali mati atau celaka adalah tujuan.
Ini adalah pertunjukan laser terhebat sekaligus paling spektakuler pernah digelar. Kemampuan menciptakan teknologi sekaligus perhitungan luar biasa rumit mampu mereka hadirkan demi hiburan pada perayaan budaya dan tahun baru mereka.
Ini bukan sekedar hiburan mahal dan mereka senang, ini adalah cara bangsa itu bercerita tentang dirinya.
Adakah diskripsi lebih lengkap selain luar biasa?
Dan lantas kita bertanya, kenapa China?
Entahlah..!! Yang jelas, mereka bekerja jauh lebih giat. Mereka bertarung tak kenal waktu demi masa depan bangsanya. Mereka lebih senang sibuk dengan bekerja dan berkarya.