Aspek seksualitas secara biologis, ditentukan oleh bagaimana peran gender yang dibangun masyarakat. Ya.., masyarakat memang sangat menetukan bagaimana peran gender berjalan.
Adakah kesepakatan yang sudah baku, yang sudah tak lagi kita ungkit meski itu terlihat tidak adil?
Banyak..! Coba deh jujur. Lepas semua paradigma yang sudah tertanam dalam diri kita.
Lepas semua pemahaman agama, budaya, dan jadilah manusia sederhana yang bebas dari intervensi apapun. Dan..,munculkan satu pertanyaan saja. Contoh,
Punyakah kita kemewahan dapat memilih diliahirkan sebagai laki-laki?
Kalau toh medis mampu melakukan, yang bisa memilih adalah orang tua kita, bukan kita. Jadi sangat jelas jawabannya "tidak".
Jelas bahwa kita tak memiliki kemewahan itu, namun kenapa posisi laki-laki dan perempuan menjadi berbeda di mata hukum, budaya, agama, pasti karena hal tersebut dibangun oleh masyarakat itu sendiri.
Dari sini saja premis bahwa perempuan setara dengan laki2 menemui halangannya.
Sekali lagi bila kita jujur, ketika kita tak dapat memilih menjadi laki-laki atau perempuan, layakkah perempuan mendapat posisi lebih rendah dari laki-laki? Jawabannya tidak..!!
Namun paradigma mengubah itu semua.
Logis tak logis, adil tak adil itu sudah terjadi dan sepertinya masyarakat baik-baik saja dan tak terganggu dengan ketidak adlian tersebut.
Pada banyak daerah, orang tidak marah ketika dalam hal hak waris, perempuan bukan pihak yang dituju oleh aturan tersebut.
Perempuan tidak memiliki hak atas pembagian warisan milik orang tua. Adil? Jelas tidak..! namun kita tak mempermasalahkan hal tersebut.
Semua sudah dari "sononya", demikian sebagian masyarakat yang tak mau pusing dengan kondisi itu berkata.
Allah bisa karena biasa, sebuah konsep "nrimo" yang hidup dan hadir sebagai kearifan sebuah struktur masyarakat.
Ini bukan peristiwa yang baru ada kemarin sore. Ribuan tahun sudah agama dan budaya menyemai pemahaman ini hingga kebenaran dogma tak lagi harus diperdebatkan.
Konsep Adam & Hawa dlm agama induk Samawi, atau Mashya dan Mashyana dalam Zoroastrianisme, adalah dogma tentang seorang perempuan sebagai penyebab surga runtuh.
Bayangkan, betapa hebatnya perempuan hingga harus dibuat dogma agar superioritas lelaki menjadi mutlak tak terbantah.
Loh..apakah mau dibilang bahwa Adam adalah korban persekutuan perempuan dan setan?
Entahlah.., mungkin ini hanya soal tafsir. Yang jelas, berangkat dari acuan itulah strata perempuan dalam agama berada dibawah lelaki.
Pernah dengar bagaimana hukum bagi perempuan yang berzina?
Waduuhh.., ngeri banget..!
Proses alamiah berupa menstruasi berubah menjadi ajang penistaan kepada kaum perempuan. Mereka dianggap kotor dan tidak suci. Pada masyarakat Yahudi tempo dulu, mereka harus disembunyikan selama tujuh hari di goa-goa gelap dan diasingkan.
Bagaimana dengan sekarang?
Masih sama. Haid adalah kotor sehingga untuk sesaat perempuan haid tak boleh masuk tempat ibadah, tak boleh melakukan ritual bahkan puasapun dilarang.
Itu adalah sekelumit tentang bagaimana agama turut serta membuat diskripsi tentang perempuan.
Stereotip bahwa perempuan seolah jadi sumber dan awal dosa dilahirkan menjadi semakin klop.
Ribuan tahun sudah diskriminasi ini berjalan tanpa bantahan. Semua diterima karena konsep Tuhan yang berkehendak memang cara paling jitu. Namun ingat..., perempuan adalah ibu.
Tak seorangpun mendapatkan kehidupan tanpa peran perempuan..
Silahkan berkhayal tentang 72 bidadari, silakan menilai perempuan hanya melulu demi Sex dan kepuasan bejadmu.
Namun tolong perhatikan dengan seksama, bilamana ada dari kalian para bejad suatu ketika benar sampai disana, tolong dicermati siapa tahu 1 dari 72 bidadari itu adalah ibumu. RELAKAH kamu?
Beruntung negara ini punya sosok perempuan teladan.
Kartini.... seorang visioner, seorang yang berpikir melampaui jamannya. Dia ajarkan kita perempuan Indonesia, tentang bagaimana cara memberontak dengan elegan.
Berontak tak selalu tentang tangan yang harus memanggul senjata.
Enlightment, pencerahan pikiran dari keterkungkungan fisik yang dialami tak membuat dia diam. Ide jenius dan orisinal dia lemparkan disaat badan terpenjara jauh melampaui samodra dan benua kemustahilan.
Tulisan-tulisannya menginspirasi banyak pihak.
Pandangannya sebagai seorang perempuan jauh melampaui logika kaumnya. Sikap kritisnya, membuka jendela baru bagi cara pandang bagaimana seharusnya menjadi perempuan.
Bagaimana perempuan Indonesia masa kini?
Entahlah..., kadang rasa amuk ingin kulempar sekeras dan sejauh kumampu saat kudengar diluar sana dengan murahnya perempuan menyodorkan suami sorang istri baru demi surga kelak.
Ingin rasanya teriak marah ini kuledakkan sekeras dentuman petir saat badai melihat perempuan merendahkan martabat dan harga diri kepermpuanannya hanya demi.....ah sudahlah....
Sudahlah.., yang kutahu, optimisme selalu milik kaum perempuan..!!
Takdir yang membuat dia menjadi sekunder adalah tempat dimana kekuatan tak masuk akal itu disimpan. Disana selalu akan muncul hal spektakuler saat semua jatuh dan menyerah.
Dan benar, kemustahilan itu hadir saat ini.
Saat bencana mendera negara ini, saat para lelaki "ora kerjo dipekso negoro". Saat para lelaki menjadi marah karena kelemahannya dibuat telanjang dan tak tau harus berbuat apa. Dia tak mampu memenuhi kewajibannya memberi makan anak-anaknya.
Apa yang terjadi?
Kreatifitas alamiah yang hanya dimiliki kaum sekunder merangsak keluar. Beras yang menipis diganti karbohidrat yang lain. Dedaunan dibelakang rumah yang kemarin tak pernah dilirik, diolah dengan cara baru. Tekstur daging tetap didapat dengan jenis sayuran dan jamur.
Bukan hanya tentang apa yang akan dimakan, uang halal yang kemarin tak terpikirkan, dicari dengan cara kreatif.
Berbeda dengan lelaki yang cenderung mudah menjadi marah ketika ketidakberdayaannya terpapar, ini adalah tentang cara perempuan dengan unik mampu menyelesaikan masalah ketika terdesak.
Si lemah yang kemarin sering dianggap tak berdaya mengeluarkan tajinya.
Entah darimana kekuatan tak kasat mata itu datang, yang jelas ketika sang kepala keluarga terkulai, dia mengambil alih semua tanpa pernah merasa berjasa dan lantas menjadi pahlawan. Tidak.., dia tetap orang nomer dua.
Kurang?
Orang paling berpengaruh dalam perpolitikan di Indonesia adalah perempuan. Tanpanya, Jokowi tak pernah ada disana.
Tanpa Megawati, Presiden baik dan pintar ini hanya tersimpan bagi orang Solo saja.
Tanpa Srimulyani, entah..., mungkin Jokowi tak akan selamat ditengah serigala buas kelaparan yang menunggu dia terjebak dan jatuh.
Demikian pula tanpa perempuan sederhana dengan senyum tak pernah lepas dari bibirnya ini, Jokowi akan pingsan.
Selalu ada saat untuk pulang dan melihat ibu Iriana menyapu kotoran yang dibuat oleh anak-anaknya. Disana ada alasan dia pulang dan menemuka dirinya. Disana ada perempuan yang membuat dia merasa lengkap.
Saya?
Dua pohon kelapa sudah saya panjat. Dari enam belas, terjual dua belas. Mayan kan?
Menulis adalah caraku menjadi berguna. Ada banyak gagasan positif yang dapat aku bagi kepada siapa saja. Ada banyak cerita kebaikan dapat aku sebarkan.
Ada dan akan ada banyak hal baik yang akan dan terus aku ceritakan seperti dulu orang tuaku bercerita untukku. Seperti saat aku masih sering bercerita untuk anak-anakku.
.
.
.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Bencana di satu sisi, anugerah pada sisi yang lain, itu realitas yang selalu muncul. Demikian pula dengan Jakarta sebagai ibu kota yang selalu banjir pada setiap musim hujan, bisa juga dilihat dari sisi pandang itu.
Banyak orang pintar berpendapat, teknologi seharusnya dapat berperan mengatasi hal tersebut. Apalagi bila dana ada. Tak ada alasan itu tak bisa.
Seharusnya, ya..!!
Namun bagaimana bila banjir justru dimaknai sebagai proyek?
Bukankah memang ada budget atas dana bencana alam? Dan jumlahnya tidak kecil?
Jangan berpikir ini untuk mereka yang menjadi korban. Ini tentang proyek yang mau ga mau harus hadir dan mereka yang dapat rejeki karena terlibat mengurus proyek tersebut.
Ketika musuh terlalu besar dan kuat, akal kita gunakan. Bukan konfrontasi secara langsung kita pilih. Lincah dan gesit gerakan tubuh kita yang lebih kecil kita gunakan.
📷Firnadi
Pukulan tangan kecil kita memang tak akan langsung membuat lawan jatuh. Dia terlalu kuat dan perkasa. Sangat mungkin, diperlukan lebih dari 20 atau bahkan 50 kali lawan harus terpukul dan itu pun harus pada tempat vital.
Dan itu pun dengan syarat jangan sampai kita sempat terpukul terlebih dahulu.
Itulah gambaran tentang Jokowi. Dia hadir di tengah sekelompok orang dengan kekuatan super dan dilindungi benteng pertahanan yang perkasa.
Percaya atau tidak pertanyaan seperti ini adalah beban tersendiri bagi sebagian anak muda perantauan ketika mudik lebaran.
Apalagi gaya dan asesoris yang melekat sudah bercerita bahwa dia adalah bagian dari orang yang sukses.
Ukurannya sederhana saja, mobil contohmya, atau gaya berbusana & wangi parfum yang tercium. Padahal dia baru sampai dibawah pohon nangka, sepuluh meter jarak dari pintu rumah mak bapak.
Harumnya....
Kita dianggap sukses dgn materi itu, tapi blm komplit bila belum menikah.
Seringkali menikah bukan urusan saya pribadi, namun bagian dari nilai melekat sebuah tolok ukur.
Sadar gak sadar, kita telah dan sedang tinggal dalam sebuah masyarakat yang terlalu sibuk dengan intervensi atas kehidupan pribadi.
Paijo, punya lahan 200 ha dan ditanam singkong. Nilai aset tanah Paijo ditaksir oleh Bank sebesar 3 triliun rupiah. Karena kinerja bagus Paijo, Bank menawarkan jumlah kredit sebesar 1.5 triliun atau 50% dari nilai aset saat dia berniat mengajukan kredit modal kerja.
Paijo paham benar apa itu makna berhutang. Dia tak ambil semua meski butuh. Dia masuk pada kelompok orang konservatif. Tapi ada juga sih yang bilang "njelimet". Dia hanya ambil 500 miliar saja.
Atas penambahan modal yang dia ambil, kini karyawan Paijo berjumlah 1000 orang. Dia jual produk makanan yang berasal dari singkong, tepung tapioka, ethanol juga singkong mentah.
Berapa waktu yang anda butuhkan ketika berkendara dari Jogja ke Jakarta?
Saat belum ada tol, mungkin 9 hingga 11 jam bila lancar dan ga ngebut. Setelah jalan tol menghubungkan semua kota, 7 atau ada yang 8 jam.
📷LiveJournal
Tujuh jam dapat dicapai saat belum ada jalan tol, pasti anda lupa bahwa mobil anda punya pedal rem. Hajar dan terus hajar sambil ngebayangin seolah dirinya adalah Michael Schumaker.
Namun, selalu ada masa dimana anda dipaksa untuk meletakkan kaki anda pada pedal rem demi bersiap. Jalanan turun yang ekstrim dan berliku. Tak ada cara selain itu kecuali mati atau celaka adalah tujuan.
Ini adalah pertunjukan laser terhebat sekaligus paling spektakuler pernah digelar. Kemampuan menciptakan teknologi sekaligus perhitungan luar biasa rumit mampu mereka hadirkan demi hiburan pada perayaan budaya dan tahun baru mereka.
Ini bukan sekedar hiburan mahal dan mereka senang, ini adalah cara bangsa itu bercerita tentang dirinya.
Adakah diskripsi lebih lengkap selain luar biasa?
Dan lantas kita bertanya, kenapa China?
Entahlah..!! Yang jelas, mereka bekerja jauh lebih giat. Mereka bertarung tak kenal waktu demi masa depan bangsanya. Mereka lebih senang sibuk dengan bekerja dan berkarya.