Abdul Wahid bin Zaid bercerita, "Ketika itu kami naik perahu, angin kencang berhembus menerpa perahu kami, sehingga kami terdampar di suatu pulau. Kami turun ke pulau itu dan mendapati seorang laki-laki sedang menyembah patung"
📸 wp: thoughtsong7
Kami berkata kepadanya, "Diantara kami, para penumpang perahu ini tidak ada yang melakukan yang kamu perbuat".
Dia bertanya, "Kalau demikian, apa yang kalian sembah?"
Kami menjawab, "Kami menyembah Allah"
Dia bertanya, "Siapakah Allah?"
"Zat yang memiliki istana di langit,
dan kekuasaan di muka bumi, " jawab kami.
Dia bertanya, "Bgm kamu bisa mengetahuiNya?"
Kami jawab, "Zat tsb mengutus seorang Rasul kpd kami dgn membawa mukjizat yg jelas, maka Rasul itulah yang menerangkan kpd kami mengenai Dia"
Dia bertanya, "Apa yang dilakukan Rasul kalian?"
Kami menjawab, "Ketika beliau telah tuntas menyampaikan risalah-Nya, Allah swt mencabut ruhnya, kini utusan itu telah wafat"
Dia bertanya, "Apakah dia tidak meninggalkan sesuatu tanda kepada kalian?"
Kami menjawab, "Dia meninggalkan Kitabullah untuk kami"
Dia berkata, "Coba kalian perlihatkan kitab suci itu kepadaku!"
Dia berkata, "Alangkah bagusnya bacaan yang terdapat di dalam mushaf ini". Lalu, kami membacakan beberapa ayat untuknya.
Tiba-tiba ia menangis, dan berkata, "Tidak pantas Zat yang memiliki firman ini didurhakai". Maka, orang itupun memeluk Islam.
Selanjutnya, dia meminta kami agar diizinkan ikut serta dalam perahu. Kami pun menyetujuinya, lalu kami mengajarkan
beberapa surah Alquran. Ketika malam tiba, sementara kami semua tidur, tiba-tiba dia bertanya, "Wahai kalian, apakah Zat yang kalian sampaikan kepadaku itu juga tidur?"
Kami menjawab, "Dia hidup terus, Maha Mengawasi dan tidak pernah mengantuk atau tidur"
Dia berkata, "Ketahuilah, adalah termasuk akhlak yang tercela bilamana seorang hamba tidur nyenyak di hadapan Tuannya"..😭.
Dia lalu melompat, berdiri untuk mengerjakan shalat. Demikianlah, kemudian ia qiyamullail (shalat malam) sambil menangis hingga datang waktu subuh.
Ketika sampai di suatu daerah, aku berkata kepada kawanku, "Laki-laki ini orang asing, dia baru saja memeluk Islam, sangat pantas jika kita membantunya".
Mereka pun bersedia mengumpulkan beberapa barang untuk diberikan kepadanya, lalu kami menyerahkan bantuan itu kepadanya.
Dia berkata, "Subhanallah, kalian telah menunjukkan kepadaku suatu jalan yang kalian sendiri belum mengerti. Selama ini aku hidup di suatu pulau di tengah lautan,
aku menyembah zat lain, sekalipun demikian, Dia tidak pernah menyia-nyiakanku. maka bagaimana mungkin dan apakah pantas Zat yang aku sembah saat ini, Zat Yang Maha Mencipta dan Zat Maha Memberi rezeki akan menelantarkan aku?"
Setelah itu dia pergi meninggalkan kami. Beberapa hari kemudian aku mendapat kabar bahwa ia dalam keadaan sakaratul maut. Kami segera menemuinya, dan ia sedang dalam detik-detik kematian.
Setiba disana aku ucapkan salam, lalu bertanya, "Katakanlah, apa yang kamu inginkan?"
Dia menjawab, "Keinginanku berupa sebuah doa, dan itupun telah lama terkabul yaitu saat kalian datang ke pulau itu, dimana ketika itu aku tdk mengerti kpd Siapa aku harus menyembah"
Kemudian, aku bersandar di salah satu ujung kain utk menenangkan hatinya, tiba2 aku tertidur.
Dalam tidurku aku bermimpi melihat taman yang di atasnya terdapat kubah di sebuah kuburan seorang ahli ibadah. Di bawah kubah terdapat mahligai sedang di atasnya nampak seorang bidadari.
Bidadari itu berkata, "Demi Allah, segeralah mengurus jenazah itu, aku sangat rindu..
kepadanya". Maka, aku terbangun dan aku dapati orang tsb telah wafat. Lalu aku memandikan dan mengkafani jenazah itu.
Pada malam harinya, saat aku tidur, aku memimpikannya lagi. Aku lihat ia sangat bahagia, didampingi bidadari di bawah kubah sambil menyenandungkan firman Allah,
Dikisahkan, di masa akhir era Tabi’in, hidup seorang pemuda dari kalangan biasa namun saleh. Suatu hari, pemuda yg bernama Tsabit bin Zutho itu berjalan di pinggiran Kota Kufah, Irak.
Terdapat sungai yg jernih di sana. Tiba2, sebuah apel segar tampak hanyut.
📸 tin_veebee
Dalam kondisi yg lapar, Tsabit pun memungut apel itu. Rezeki datang tiba2, tanpa diduga di saat yg tepat. Tanpa pikir panjang, ia pun memakannya, mengisi perut yg keroncongan. Baru segigit menikmati apel merah nan manis itu, Tsabit tersentak. Milik siapa apel ini? bisik hatinya.
Meski menemukannya di tempat umum Tsabit merasa bersalah memakan apel tanpa izin si empunya. Bagaimanapun juga, pikir Tsabit, buah apel dihasilkan sebuah pohon yang ditanam seseorang. '”Bagaimana bisa aku memakan sesuatu yang bukan milikku,” kata Tsabit menyesal.
Syekh Mutawalli Assya'rowi berkata: "Jika engkau tidak mendapatkan orang yang dengki kepadamu , maka ketahuilah sesungguhnya engkau adalah manusia yang gagal".
Dahulu ada seorang guru yang terkenal bijaksana pernah mendoakan murid kesayangannya dgn lafadz
yang mengagetkan. Guru tsb berdoa:
اللهم اكثر حسادك
"Semoga Allah menjadikan banyak orang mendengki kepadamu"
Muridnya pun kaget, namun tidak berani berkata apapun di hadapan gurunya.
Sang Guru berkata,
"Ketika banyak orang yang hasad (dengki) kepadamu,
maka hidupmu penuh kenikmatan. Tahukah engkau, hanya pohon kurma yang berbuah yang mendapat lemparan"
Telah menjadi sebuah rumus kehidupan:
كل ذي نعمة محسود
"Setiap orang yang mendapat nikmat pasti ada pendengkinya"
Semakin berhasil dan mencapai puncak, semakin kencang
Di sebuah pasar besar di satu negeri, orang-orang berkerumun membicarakan Raja mereka.
"Raja, sedang sakit perut parah sudah berbulan-bulan tak kunjung sembuh. Padahal sudah banyak tabib yang mencoba mengobatinya"
"Aku bisa, insya Allah"
📸 wikiwand
Semua mata mengarah ke orang yg mengatakan dirinya sanggup mengobati Raja. Ternyata dia adalah seorang dari kaum Solihin yang tak dikenal orang. Kerjanya mengembara dari kota ke kota.
"Kalau kau sanggup, obatilah Raja."
Lalu dia diantar untuk menghadap Raja.
"Apa benar kau sanggup mengobatiku, hai orang asing?," kata Raja.
"Sanggup insya Allah. Tetapi aku memiliki syarat"
"Apa syaratnya, aku akan menyetujuinya, sebab aku sudah tak tahan dgn sakitku ini".
"Syaratnya jika aku dapat menyembuhkanmu, maka kerajaanmu menjadi milikku".
Dikutip dari ucapan Habib Alwi bin Abdullah bin Syahab
Janganlah kalian menjadi sombong karena kalian adalah penduduk suatu kota yang hebat (Tarim, atau Madinah, atau Makkah). Ingatlah Adam as, dulu penduduk surga lalu diturunkan ke bumi karena maksiat.
Janganlah kalian menjadi sombong karena ilmu. Ingatlah Bal'am bin 'Aura (murid didikan Nabi Musa sehingga menjadi ulama, namun murtad karena tawaran dunia), ilmunya tak memberikan manfaat bagi dirinya.
Jangan kalian menjadi sombong karena nasab yang mulia. Ingatlah anak Nabi Nuh termasuk orang yang celaka, padahal ia anak seorang nabi.
Janganlah kalian menjadi sombong karena pernah bertemu dan melihat orang-orang saleh. Ingatlah Abu Jahal dan Abu Lahab bertemu dan melihat...
Sufyan bin 'Uyainah bercerita: "Khalifah Hisyam bin Abdul Malik pernah masuk ke dlm Ka'bah. Di dalamnya, beliau bertemu Salim bin Abdullah bin Umar (cucu Sayyidina Umar bin Khattab ra) - seorg yg alim"
Khalifah berkata,
يا سالم، سلني حاجة
'Wahai Salim, mintalah sesuatu kepadaku'
Salim menjawab,
إني لأستحيي من الله أن أسأل في بيت الله غير الله
'Aku malu kepada Allah jika aku meminta kepada selain-Nya, padahal aku sedang berada di rumah-Nya'
Ketika Salim keluar, sang khalifah mengikutinya, kemudian berkata:
ألآن قد خرجت فسلني حاجة
'Sekarang engkau telah keluar, maka mintalah sesuatu kepadaku!'
Salim menjawab:
حوائج الدنيا أم من حوائج الآخرة؟
'Kebutuhan dunia atau kebutuhan akhirat?'
Sang khalifah menjawab:
بل من حوائج الدنيا
'Kebutuhan dunia'
Salim menimpali:
ما سألت من يملكها، فكيف أسأل من لا يملكها