Kl kita merasa pernah menyesatkan org dg kalimat kita, dan kemudian kita sadari itu sesat, maka tugas kita: memberi tahu kepada mereka satu per satu, bhw kalimat sy dulu menyesatkan, mohon maaf. Jangan diikuti lagi!
Ini sejalan dg nasihat guru sy di pesantren kampung, ttg apa itu berbohong, menyesatkan dan risikonya. Ia bilang ambil bantal, keluarkan kapasnya, dan bawa kapas itu berjalan, sebar secuil demi secuil dari kapas yg kau bawa itu sepanjang perjalananmu...
Setelah kapas habis, berputarlah berbalik arah, lalu kumpulkan kembali kapas-kapas yang sudah kamu sebarkan itu. Bandingkan, berapa banyak kapas yg telah kau sebar dan yang berhasil kau kumpulkan kembali...
Semoga kapas2 yg telah kau sebar sepanjang perjalananmu itu bisa kau kumpulkan kembali tak kurang secuil pun. Atau, kamu harus menanggung segala akibat darinya.
Al Fatihah untuk Ust Malik yg telah menyampaikan cerita itu kepadaku saat aku duduk di kelas 3 ibtidaiyah, tahun 1975.
Terbayang jika "kapas-kapas" itu disebar di medsos yg tanpa batas wilayah....
Ampuni kami, ya Allah...
Demi masa...
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Apakah aku dendam atau marah...?
Insya Allah, tidak.
Ketika 19 saudara saya (adik, ipar, sepupu, keponakan, cucu samping) terpapar covid19 hampir bersamaan waktunya, tidak ada yg saya keluhkan di medsos. Kami hanya bahu-membahu saling dukung, berbagi vit, obat dan doa
Ketika hanya 1 yg bs ditampung di RSUD Sumedang dan 18 'hanya' bisa isoman di rumah, kami tetap bersyukur, masih ada yg bs tertangani di rumah sakit.
Kenapa kami tetap bersyukur? Krn 1 org itu yg paling gawat krn sdh tdk bs bernapas, dan dukungan bantuan sekeliling mengalir luar biasa. Org Indonesia itu luar biasa dlm soal membantu sesamanya. Bersyukur aku terlahir di negeri ini.
Kami bikin GA lagi, ya. Ada 25 buku untuk 25 org. Dan, yg dpt GA otomatis berdonasi seharga buku untuk Fahri, yg lgsg ditransfer ke @kitabisacom oleh @nay_shel.
Masih ingat Fahri, yang kemarin saya upload. Berkoordinasi dg @kitabisacom , tim sdh bertemu dengannya dan orgtuanya di Bukit Tinggi. Silakan klik link ini utk cerita lengkapnya, dan mari berdonasi untuk Sang Dermawan, Guru Kehidupan : Fahri
Terima kasih, sudah mendorong kami untuk menemui Fahri dan keluarganya di Bukit Tinggi. Silakan klik donasi di @kitabisacom utk mendapatkan cerita lengkapnya, dan mari berdonasi untuk Fahri:
Salah satu yang paling sy sesali dlm hidup, ketika Ibu mengirim WA, 5/7, “Man, madu hitamnya Mama sudah habis,” dan sy janji akan mengirimkan. Sampai ibu wafat, 12/7, blm jg sy kirimkan.
Kl kamu tak mau semenyesal saya, ingat janjimu pd ibumu, tunaikan segera...
Permintaan Ibu sangat sederhana tak ada yang merepotkan. Saya yang abai...
Saya makin terpukul saat melihat wallpaper hape almarhumah ibu: foto saya bersamanya. Sementara wallpaper hapeku, tak pernah fotoku bersamanya...