Albadina Profile picture
Mar 28, 2021 โ€ข 167 tweets โ€ข 22 min read โ€ข Read on X
Cinta dibalik kebencian lebih bahaya daripada cinta dibalik kekaguman.

A Thread Horor
#threadhorror #bacahorror
#bacahoror @koreyan666 @SimpleM81378523 @IDN_Horor

Cerita ๐˜ฝ๐™ฎ : ๐™๐™ฎ๐™–๐™ฃ ๐™€๐™‡-๐™จ๐™๐™–
facebook.com/ryan.hermawan1โ€ฆ
Dan cerita seru lain di fb:Dunia Sebelah Image
True Story

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un telah bepulang ke rahmatullah H. Abdulah bin Bansir pada jam 03.45 subuh.

Gerimis kecil diiringi tangisan pun pecah di rumah orang tua Sulaiha.
"Yang sabar, Neng. Abang do'akan semoga husnul khatimah.. Segala dosa diampuni," ucap Bang cendol lewat via telpon.

"Iya, bang. Terima kasih do'a nya."

"Maaf Abang nggak bisa ke sana karena jarak yang jauh. Abang hanya mendoakan dari sini saja."
"Iya, bang. Sulaiha mau persiapan buat tahlil abah dulu sehabis isya. Nanti kita lanjutkan lewat BBM aja, bang. assalamu'alaikum."

"Wa'alakumus salam.
Dua bulan sebelumnya Sulaiha membawa Abah dari Tarakan ke rumah sakit ternama di Samarinda, dengan niat mau mengobati abah yang sakit hampir 1 tahun tidak bisa bergerak, lumpuh total dari leher sampai kaki. Hanya kepala saja yang bisa bergerak itu pun terbatas.
"Tinggal di rumah Kakak Ferdy saja ya, Abah. Kebetulan Kak Ferdy ditugaskan kerja di Samarinda selama 6 bulan."

Abah hanya mengangguk tanda setuju
"Mama jangan melamun, Insyaallah Abah akan sehat kembali dan bisa aktivitas seperti dulu, memandikan jenazah, menjadi imam di mesjid, membantu pembagian zakat."

" Mama harus kuat, Kak Ferdy dan Sulaiha akan berusaha mencari obat buat Abah biar kembali sehat."
"Tetapi El ... (panggilan sulaiha) mama yakin abah kamu itu bukan sakit medis coba bayangkan, 4 dokter spesialis syaraf memeriksa semuanya nihil tidak ada gangguan apa pun," seru Mama dengan antusias.
"Sudah, Ma. Jangan berfikir yang aneh-aneh. Abah orang baik di kampung, sering membantu, mana mungkin ada orang yang dendam," tukas Sulaiha.

"Hati orang kita tidak tau El. Di depan baik, tetapi di belakang menusuk."
"Sudah-sudah. Mama sama El ini ngobrol apa berantem? Kasian Abah di dalam kamar nggak ada yang temani," ucap Ferdy.

"Ya sudah mama jaga abah dulu nanti gantian aja jaganya."
Sambil duduk di teras rumah tiba-tiba Ferdy bertanya.
" El ..., Di samarinda punya kenalan dukun atau orang pintar gitu, kah?"

"Gak ada, Kak. Teman kampus banyak, sama teman nongkrong di cafe. hehehe."

Sambil mengingat-ingat terbesit di dalam hati menghubungi Bang cendol.
Tapi apa bisa, Bang cendol bantu? Nanti saja lah Bang cendol kan super sibuk susah di hubungi. Lagi pula tidak mungkin penyakit abah diakibatkan kiriman orang.

"Hayo ... El melamun mulu."

"Apaan sih, Kak. Bikin kaget aja. Ya sudah, El mandi dulu, gerah, lengket semua rasanya."
"Besok jam 7 pagi kita harus ke rumah sakit ambil nomor antrian."

"Iya, Kak."

"Ngomong-ngomong Ela laper nih, temani cari makan ya di luar selesai mandi."
"Ah, kamu itu El, makan mulu kerjaannya. Percuma ikut aerobik tiap hari kalau makan terus," sindir Kak Ferdy.
.
"Biarin ye." Sulaiha berlari kecil masuk menuju kamar mandi.
"Sembilan ... Sepuluh ... Sebelas ... Dua belas.
Ah ... Loyo amat hari ini olahraga rasanya kurang suplemen susu sepertinya," ucap Abang cendol.

Seminggu tiga kali kadang Bang cendol olahraga gym, lumayan mencari keringat, dari pada di rumah memandang demit terus.
"Sudah selesai, Bang latihannya?" tanya (Daniel)

"Sudah, capek. Besok gak latihan mau jualan cendol aja dulu, kejar target mau beli HP android."

" Semangat, Bang, jualan cendolnya."
"Siap, Dan. Eh, sekali-sekali ajak Dollmen tuh, olahraga, jangan kerja terus jadi buncit tuh perut, di depan laptop mulu.

" Gak mau, Bang. Susah diajak olahraga tuh anak."

" Aku pulang dulu, Dan. Sudah jam 9 malam nih. Salam ya, buat cewek yang itu tuh, baju putih. hahaha."
"Abang ini bisa juga goda cewek," ucap Daniel.

Selesai olahraga Bang cendol beli makanan karena laparnya tidak tertolong. Para naga diperut sudah demo. Kebetulan tempat gym berdekatan rumah sakit biasanya banyak warung makan di sekitar.

"Alhamdulillah terisi penuh nih perut."
Selesai makan Bang cendol langsung pulang. Baru mau naik motor, dari kejauhan terlihat Sulaiha jalan kaki keluar mini market sambil membawa sekantong belajaan.

"Neng ... Neng Arab! oy neng ...?"
Sulaiha pun menoleh mencari asal suara yang tidak asing. Cuma Bang cendol berani memanggilnya neng Arab.

"Mau kemana, Neng? malam-malam keluyuran? nanti diculik demit baru tau."
" Abang tuh ngapain malam-malam?"

"Hahaha Abang habis olahraga, Neng Arab sendiri mau kemana?"

"Abah saya sakit, Bang. Sekarang lagi terbaring di ICU, sempat pingsan pas pemeriksaan dokter spesialis saraf. Do'akan ya, Bang, semoga Abah sehat," jawabnya dengan mata berkaca-kaca.
" Abang antar ke dalam ya, Neng, sekalian mau lihat kondisi Abah bagaimana?"

Karena jarak rumah makan ke rumah sakit berdekatan, tidak terlalu jauh, maka Bang cendol berniat mengantarkan Sulaiha.
"Boleh bang, tapi kita cuma melihat dari luar saja karena jam besuk sudah lewat, Abang tau sendiri kan rumah sakit ini ketat penjagaanya? "

" Iya, neng, Abang cuma pengen liat kondisi Abah aja dari jauh."
Sampai mereka di sana, Bang cendol hanya terdiam membisu sambil mengerutkan dahinya dan mengepalkan tangan sekeras mungkin.

"Keterlaluan! niat membunuh mereka ini," ucap pelan Bang cendol saat melihat dari kaca jendela kondisi Abah Sulaiha.
" Kenapa, Bang? kok seram begitu raut wajahnya?" Tegur Sulaiha.

"Sudah berapa lama Abah sakit?"

" Hampir satu tahun, Mas." mama sulaiha menjawab dari belakang.
"Eh, mamanya Sulaiha ya?" tanya Bang cendol sedikit sungkan.

" iya, saya mamanya. kamu Bang cendol, ya? yang pernah ngusir macan dari badan Ela?"

"Kejadiannya sudah lama, Bu. hehe."
"Apa yang Bang cendol lihat dari Abah Ela sekarang?"

"Mama ini apaan sih? kok langsung bertanya seperti itu ke Bang cendol," Ucap Sulaiha.

Dengan sedikit kesal Bang cendol menjelaskan apa yang dia saksikan pada diri Abah Sulaiha.
"Sebenarnya Abah ini lumpuh di setiap sendi tulang Ada tulang babi yang menancap. Bahkan di dalam badan Abah ada mahluk bertanduk 1 dengan mata yang merah."

"Ya Allah, Bang. benar, kah itu semua? Sulaiha menangis.

"Benar, neng. itu yang Abang lihat."
"Bagaimana sekarang, Bang? caranya biar Abah bisa normal kembali walaupun tidak 100 % pulih." Tanya Sulaiha

"Nah, itu air di botol bawa sini Abang bacakan doa dulu. Besok saat jam besuk kasih kan ke Abah. Semoga bisa membantu sedikit.
Semoga bisa membantu sedikit. Apa yang tidak baik bisa keluar dari badan Abah," jelas Bang cendol menunjuk sebotol air milik Sulaiha.

Setelah 15 menit selesai air dibacakan doa oleh Bang cendol, air diberikan ke Sulaiha.
"ini Neng airnya selesai. Besok kasih ke Abah minum kan saja langsung. Abang mau pulang dulu, Neng. Insyaallah besok habis jualan cendol ke sini lagi tengok keadaan Abah."Lalu menoleh pada Ibu Sulaiha.

"Ibu saya pulang dulu. Jaga kesehatan juga, bu. Di rumah sakit."
"Iya, Bang. Terima kasih sudah membantu ya, besok ke sini lagi."

" Insyaallah, Saya pamit. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumus salam."
Ditengah perjalanan pulang Bang cendol merasa ada yang mengawasi dari jauh. Pasti dukun kampreto musuh bebuyutan Bang cendol, tiap detik selalu saja mengirim jin-jin tidak jelas asalnya.
Sesampainya di rumah Bang cendol langsung masuk kamar salat isya. Sambil utak atik alarm HP, persiapan buat salat tahajud minta petunjuk soal Abah Sulaiha.
Tepat jam 02.00 subuh, Bang cendol terbangun dan langsung mengambil wudhu dan salat 2 Rakaat.
Asik berzikir ditengah malam, Bang cendol kedatangan tamu.

"Asalamualaikum ...."

" Wa'alikumussalam," Balas Bang cendol.
"Hati-hati nak orang yang kamu hadapi ini ilmu Hitamnya sangat tinggi, pesan aku jangan mudah terpancing emosi saat mengobati nanti, jangan lengah dan selalu waspada.Dukun ini sudah mentaruhkan nyawanya sendiri agar Abah Sulaiha meninggal"
" Insya Allah saya minta do'a kan semoga diberikan jalan terbaik."

Tidak terasa azan subuh hampir berkumandang, Bang cendol merasa malam ini berlalu sangat cepat dengan kedatangan beliau yang sangat jarang kehadirannya.
Banyak pesan dan ilmu didapatkan dari jam dua sampai azan subuh. Dengan penuh tanda tanya ada apa semua ini tidak seperti biasa beliau berpesan seperti itu.

***
"Abah ... Bah, bangun. ini mama sama Ela."
Sulaiha memberikan air yang sudah di do'akan Bang cendol. Setelah beberapa menit akhirnya Abah sudah sadar.

"Minum dulu, baru santap bubur walaupun sesuap saja," suruh Ella.
Setelah meminum air pemberian Bang cendol pelan-pelan Abah Sulaiha mulai sadar dan bisa minum dan makan lancar, padahal sebelumnya minum dan makan sangat susah.

"Si cendol jam berapa, El, ke rumah sakit?"
"Mungkin habis jualan cendol langsung ke sini. Nanti Ela BBM, Ma."

"Ngomong-ngomong kakak kamu kemana, El? Kok belum datang dari malam tadi?"

"Kak Ferdy menyelesaikan pekerjaannya, Ma. Mungkin besok ke sini, kan kak Ferdy karyawan baru jadi gak enak minta ijin," jelas Ella.
Jam 10 pagi doker mengecek kondisi Abah Sulaiha. alhamdulillah sudah bisa keluar dari ruang ICU karena kondisinya mulai membaik.

"Pak Abdulah sudah bisa dipindahkan jam dua belas nanti di ruang Teratai," ucap asisten doker kepada Ela dan mama'nya.
Sulaiha sangat gembira Abah akan dipindahkan ke ruang Teratai.

"Ayok, El. Kita pindahkan pelan- pelan barang ke ruang Teratai," ucap mama ke Sulaiha.

Tepat jam 12 siang suster memindahkan Abah Sulaiha ke ruang Teratai.
Selama di dalam kamar Sulaiha melamun mengingat Abah yang dulu sehat segar bugar selalu membantu warga, mengajak Sulaiha kecil jalan, bercanda, apa saja yang Sulaiha pinta pasti Abah berikan karena Sulaiha anak bungsu yang sangat dimanja orang tuanya.
Tidak terasa air mata menetes, Sulaiha sangat berharap keajaiban akan kesembuhan Abah.Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

"Assalamu'alaikum ...."

"Wa'alaikumus salam ... eh, Bang cendol ...!"
"Neng Arab gak kasih kabar kalau sudah pindah ruangan, untung Abang tanya sama suster yang cantik tadi di sana," ucap Bang cendol bercanda.

"Emang berani godain suster?"

" Berani dong. Kenapa? cemburu ya, Abang godain suster."
"Gak, ye ... PD banget," jawab Sulaiha malu.

" Gimana jualannya, Bang, laris?"

" Alhamdulillah ... walaupun hujan tetap laris, Neng, demi HP android haha," ucap Bang cendol, tawanya lepas. Mata bang cendol menatap dalam ke Sulaiha,
"Kenapa matanya merah? Habis nangis ya? Mana mama kok gak ada? " tanyanya

"Mama pulang bentar, Bang, ambil baju bersih. Iya, Bang, kasian Abah seperti ini kondisinya. Alhamdulillah sudah bisa makan minum sehabis Abang kasih air doa malam tadi," terang Sulaiha.
Sambil menatap abahnya yang masih terbaring lemas Sulaiha merasa haru.

" Do'akan saja, Neng, minta kepada Allah jalan yang terbaik. Jangan lupa sholat 5 waktu, do'akan Abah terus."
"Iya, InsyaAllah, Bang. Sekarang gimana selanjutnya, pengobatan Abah?"

"Tunggu Abah keluar dari rumah sakit aja, Neng, Abang obatin ya."

"Kenapa tidak di sini saja, Bang?"
" Yaa sudah, Neng, kalau begitu. Saya pijit kaki sampai pinggang Abah, ya. Siapkan minyak urut aja, neng . Selesai salat isya, Abah saya urut. Mudah-mudahan tulang yang ada di kaki dan pinggang Abah bisa keluar"
Kurang lebih 30 menit Bang cendol urut Abah Sulaiha dengan telaten dan sabar.

"Malam ini cukup dulu, kasian Abah, perlu istirahat juga."

"Iya, Semoga ada hasil yang bagus ya, Bang."

"InsyaAllah,Neng."
"Abang pulang dulu, besok balik lagi ke sini, salam buat mama kalau sudah datang."

" Iya, Terima kasih sudah ke sini bantu Sulaiha dan Abah."
"Sama-sama, Neng. Abang pulang dulu.Assalamu'alaikum."

"Wa'aliakumus salam," balas Sulaiha.
Setelah pengecekan dokter dipagi hari Abah Sulaiha diperbolehkan rawat jalan karena sudah bisa duduk dan makan dengan lancar.
Hati Sulaiha dan mama sangat gembira. Secepat mungkin Sulaiha menghubungi Bang cendol
"Halo ... Abah sudah boleh pulang nanti siang. Abang ke rumah kakak aja, ya. Melanjutkan pengobatannya. alamatnya di jalan Cendana gang mawar
Nomor 23 , pas depan rumah ada jual Martabak."
"Siap, Neng Arab. Nanti saya ke sana selesai jualan cendol, ya, mungkin habis salat isya."

" Iya,Bang, Ela tunggu yaa."
"Assalamu'alaikum."

"Masuk, Bang. Kenalkan ini kak Ferdy."

"Salam kenal mas. saya cendol."

"Iya, Ela ada cerita soal Abang yang pernah bantu keluarkan macan dibadan Ela kan?"
"Kejadiannya sudah beberapa bulan yang lalu, mas," timpal Bang cendol.

"Kita semua khawatir pas Ela menceritakan via Telpon kejadian saat itu. Abah Ela aja sampai mau ke Samarinda," tukas mama Sulaiha.

"Tapi kan semua aman, ma, terkendali ada Bang cendol," Sulaiha menjawab.
"Ngomong-ngomong Abah bagaimana keadaannya?"

"Abah sudah lumayan. Bisa duduk walaupun sebentar, makan dan minum juga lancar," jawab Sulaiha.

"Langsung saja, Bang. Silakan masuk kamar," ucap Ferdy
Bang cendol kemudian masuk ke kamar untuk melihat kondisi Abah. Setelah Bang cendol amati ternyata jin bertanduk itu masih ada ditubuh Abah.

"Neng Abang urut saja yaa biar peredaran darah lancar," ucap serius Bang cendol.
Abang cendol mengurut selama 3 hari berturut-turut. Sehabis isya jadwalnya biar nyaman. Hari pertama dan kedua bang cendol mengurut Abah Sulaiha, semua berjalan lancar. Tiba-tiba saja tepat dihari ketiga, Bang cendol mengurut, tercium bau amis busuk yang tidak enak di ruangan.
"Jangan ada yang bersuara zikir saja," ucap Bang cendol ke semua orang.

Tiba-tiba Sulaiha, Mama, dan Ferdy mendengar suara Abah aneh, tidak seperti biasanya.

"Koe ora iso ngurak aku sekang kene!"
(Kamu tidak akan bisa mengusir aku dari sini)
"Sudah keluar saja dari pada aku bakar kamu di dalam," sahut bang cendol.

Sambil tertawa jin bertanduk itu seolah-olah meremehkan Bang cendol.

"Baiklah kalau begitu," ucap Bang cendol.
Tidak lama berselang, tiba-tiba jin itu langsung minta ampun.

''Kenapa? Tiba-tiba minta ampun? Sudah aku bilang keluar masih saja menantang!"

"Siapa Bang yang datang? kok tiba-tiba minta ampun?" tanya Sulaiha, tegang.
Bang cendol tidak menjawab Dan masih fokus pada sosok jin tersebut.

"Siapa yang kamu lihat sekarang di sampingku?!"

"Ampun. Aku bakal metu seko kene," sahut jin tersebut, ketakutan.
(Aku bakal keluar dari sini)
"Siapa yang perintahkan kamu ke sini?!" Bang cendol bertanya dengan suara lantang.

"Aku diperintahkan Sodik kae lara ngati, soale saben ana wong sing mati neng kene, ora ana sing ngundang kae maning. Malah Abdullah sing diundang warga nek ana kenduren,"
(Aku diperintah Sodik dia sakit hati karena tiap ada warga yang meninggal dia tidak dipanggil oleh warga. Malah Abdullah yang sering dipanggil warga setiap ada hajatan)
" Oh begitu, jadi cuma gara-gara itu sampai si Sodik menyuruh kamu bikin sakit Abdullah. Niat kamu sudah pengen membunuh Abdullah, iya, kan?" Rasa kesal Bang cendol memuncak.
"Kamu mau msuk di dalam botol apa ikut orang yang di samping saya ini?" tanya Bang cendol, mengatupkan rahang, menahan amarah."Cepat jawab!" teriak Bang cendol hingga membuat Sulaiha ketakutan. Kesabaran sudah mulai hilang.
"Neng, tolong ambilin botol kosong! Biar saya kurung di dalam botol aja jin ini!" ucap Bang cendol tanpa melepas pandangan dari jin itu.

Sulaiha menuruti perintah, lalu membawakan botol yang diminta. Alhasil, jin itu dimasukan ke dalam botol.
Setelah Bang cendol mengurung jin di dalam botol, secara perlahan kesadaran Abah mulai pulih.Wajah Sulaiha, mama serta Ferdy sangat tegang, serasa tidak percaya pada apa yang dilihat.

"Abah ... Bah! Bangun. Minum airnya dulu, Bah."
"Alhamdulillah ... Abah sadar kembali. Istighfar, Abah, zikir jangan lepas," ucap Sulaiha.

Bang cendol masih terdiam tidak ada suara. Dia sedang berbicara secara batin dengan sosok yang datang tadi membantu.

"Bang cendol ... Bang? "
"Eh, neng, maaf tadi konsentrasi ke alam sebelah hehehe. Bagaimana Abah sudah sadar?"

"Sudah, bang, sekarang agak lumayan tidak seperti kemarin gelisah tiap jam segini," jelas Sulaiha sambil menatap botol yang dipegang bang cendol."Itu botol isi jin ya, bang? Mau diapakan?"
"Neng mau nih Abang kasih gratis ada garansi lagi hehehe."

"Gak ah, abang, serem," kata Sulaiha bergidik ngeri.
"Oh iya, bener apa yang di ucapkan jin tadi si Sodik memang di kampung cuma jadi cadangan saja kalau Abah Sulaiha lagi sakit atau ada mengisi acara hajatan warga,"ucap mama Sulaiha menjelaskan.
"Si Sodik kita anggap seperti sodara sendiri karena dia juga sering membantu saat di rumah ada acara atau kesulitan, tidak habis pikir tega betul sodik membuat Abah Sulaiha seperti ini."
" Sudah, bu, jangan dipermasalahkan soal itu, yang penting Abah sudah mulai membaik kondisinya, biar Allah yang membalas semuanya kepada Sodik" jawab Bang cendol melirik jam dipergelangan tangan. "Sudah malam, bu, saya pamit, mau menyelesaikan isi botol ini biar aman semuanya."
Terima kasih ya, Bang cendol, sudah banyak membantu keluarga kami ini."

"Sama-sama, Bu. Saya hanya perantara saja semuanya kehendak Allah juga. Saya pamit bu,,assalamu'alaikum."
Setelah beberapa hari kondisi Abah Sulaiha mulai membaik setelah diobati Bang cendol,
Betapa gembiranya Sulaiha melihat Abah bisa duduk makan minum walaupun tidak pulih 100% tetapi dengan kondisi seperti ini sangat jauh berbeda pada 3 minggu yang lalu,
.
"Bang ... Abah besok dari rumah langsung pulang ke Tarakan," Sulaiha menelpon Bang cendol.

"Iya Neng, maaf, saya tidak bisa antar salam aja buat mama dan Ferdy ya, Abang sibuk jualan cendol hehe ... soalnya laris manis pas dengan cuacanya panas cetar membahana."
"Hm ... Bang, terimakasih banyak sudah membantu." Sulaiha sedikit ragu untuk mengatakannya,"Aduh gimana ya, bang, jelaskannya...."

"Hayo ... neng Arab naksir abang ya hahahaha." tawa keras bang cendol.
"Sudah ah ... Abang ini ada-ada saja."

"Ya sudah, Neng, semoga selamat sampai tujuan sekeluarga semoga Abah tetap sehat terus.
Aamiin."
Setelah kepulangan Abah Sulaiha ke Tarakan Bang cendol beraktivitas seperti biasa berjualan dengan semangat, Chatting dengan Sulaiha juga lancar tiap hari menceritakan kegiatan selama di kampung halaman.

"Kok aneh ya badan ini," ucap serius abang cendol dalam hati
Selama 2 minggu ini badan Bang cendol sangat aneh perasaan tidak menentu, jualan cendol aja kadang setengah hari.selesai salat Ashar di rumah, Bang cendol mendapatkan kabar dari orang tua berbolang datang kalau nanti ada kabar kurang baik.
Tepat dihari jum'at pagi Bang cendol mendapatkan kabar dari teman dekat Neng Arab kalau Abah meninggal dunia.

"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un telah bepulang ke rahmatullah H. Abdulah bin Bansir pada jam 03.45 subuh."
Seperti petir menyambar disiang bolong, Bang cendol sangat sedih mendengar kabar tersebut,
Langsung saja menghubungi Sulaiha buat memastikan kabar tersebut. Benar saja apa yang dikabarkan teman Sulaiha,
Bang cendol hanya terdiam setelah menelpon Sulaiha rasa tidak percaya tetapi ini lah kenyataannya.

***

"Pasti ini pekerjaan si dukun bajingan itu," gumam bang cendol, geram.
3 hari setelah mendapat kabar Abah Sulaiha, Bang cendol berniat membalas. Hati Bang cendol dipenuhi dendam, amarah, nafsu, dan rasa ingin membunuh Sodik dan si Dukun secepat mungkin.

"Keterlaluan si Dukun bajingan itu," geram bang cendol amarah yang tidak terkontrol.
Apakah Bang cendol kembali memilih ke jalan hitam seperti dahulu demi memembalas dendam?

"Nyawa dibayar nyawa" Ucap Bang cendol dengan penuh emosi.
"Tidak ada lagi suara adzan subuh anak muda itu pak ya?"

" Iya, ke mana anak muda itu? biasanya paling pertama membuka mushola dan mengumandangkan Adzan,"Cetus pak RT.
Mungkin anak itu lagi sakit atau ada urusan di luar kota soalnya rumahnya sering sepi dan jarang terlihat ada aktivitas," ucap salah satu jama'ah

" Ada kok, pak, anak muda itu di rumah. Saya lihat masih jualan cendol di sekitar pasar dan gang sebelah, cuma pulangnya cepat. "

**
"Dupa sama menyan, Bu. kembangnya juga sekalian.
Ada jual minyak(....), Kah, Bu?"

" Tidak ada, nak. Mungkin di sebelah mesjid ada coba ke sana nanti. Buat apa dupa sama menyan sebanyak ini nak?"

"Pesanan seseorang."
Berjalanlah Bang cendol menuju mesjid yang jaraknya tidak jauh, sambil melihat-lihat penjual sayur, ikan, pengemis, tukang parkir, cuacanya pun sangat panas.

"Minyaknya pak?"

"Berapa botol, mas?"

"Tiga saja dulu nanti kalau habis saya ke sini lagi."
" Jualannya di sini saja, kan, pak? tidak ke mana-mana?"

"Iya, mas. Tetap di sini saya mangkalnya."

Tiba-tiba datang teman sahabat Bang cendol dari arah mesjid.

"Assalamu'alaikum bang cendol."
Ustad Umar sahabat Bang cendol menyapa dari belakang.

Bang cendol hanya diam tidak membalas salam.

"Apa kabarnya, Bang, lama tidak ketemu kita."

"Baik,Umar."

"Beli minyak ya, bang? Buat apa memangnya? Eh tapi sepertinya saya tau itu minyak kan buat ...."
"Diam saja kalau kamu tau!"

"Ingat, bang, jangan kembali ke dunia hitam lagi. Cukup yang dulu Abang tenggelam di dunia hitam," nasihat Umar.

"Eh, Umar jangan sok-sok'an ceramah di depan saya,
Kalau mau ceramah di mesjid sana!" Sergah Bang cendol kasar.
"Ada apa, Bang, kok sampai seperti ini? Jangan, Bang, ingat Allah! Apa yang abang lakukan nanti efeknya besar bagi kehidupan Abang ke depannya."

"Kamu bertanya ada apa? Tanya sana sama dukun yang bunuh Orang-orang di luar!" Seru Bang cendol. "Akan aku balas mereka lihat saja!"
"Istighfar, Bang. Semua sudah ketentuannya, kita hanya bersabar menerima takdir Allah."

"Alahh ... Ngomong apa kamu itu Umar di depan saya? Percuma!"

"Kalau Abang perlu sesuatu cari saja saya di mesjid ini."

"Terima kasih Umar tawarannya, saya mau pulang."
Dengan rasa iba melihat bang cendol yang hilang kesabaran dan hatinya diliputi rasa dendam dan benci, ustad Umar pun mendoakan semoga sahabatnya itu bisa kembali ke jalan Allah.

**

"Kenapa,ya? Bang cendol akhir-akhir ini susah di hubungin,"ucap Sulaiha cemas.
"Mungkin sibuk aja, El. Kerjanya jualan cendol ya?" tanya Vita, sepupu Sulaiha.

"Iya, Vit. Mudah-mudahan Bang cendol tidak ada masalah."

"Setelah 40 hari abah, temani Ela ya, Vit, ke Samarinda menemui Bang cendol. Ada yang mau Ela bicarakan soal pesan Abah sebelum meninggal."
"Iya, El. Nanti saya temani ke Samarinda sekalian daftar kuliah juga."

**

Tasbih dan alquran tergantung di atas meja kecil yang ditutupi debu. Yang ada hanya bau dupa dan kemenyan di dalam rumah Bang cendol. Serta kembang di dalam baskom kecil dan segelas kopi pahit.
Suasana dan aura rumah terlihat sangat angker. Warga yang lewat pasti ketakutan karena sering melihat hal-hal aneh di depan rumah.
Bang cendol memanggil penunggu hutan pedalaman Kalimantan, para Raja- raja jin hutan dan pengikutnya, semua demit yang dulu pernah digunakan dan dibuangnya kini di panggil kembali demi menuntaskan dendam kesumat. Membalas perbuatan dukun dan si Sodik kepada abah Sulaiha.
"Rasakan kalian! 3 hari lagi akan aku selesaikan ritual ini, tepat dimalam jumat legi nyawa kamu si(....) dan si dukun jahanam itu akan aku cabut," gumam bang cendol di dalam hati.
"Assalamu'alaikum ... hentikan, nak. Jangan ikam gawi, ini jalan setan bersekutu sama mereka dengan niat jahat, gunakan ilmu dan kelebihan ikam di jalan yang benar," ucap orang tua berpakaian putih yang sering memberikan nasehat bang cendol.
"ulun sudah memilih jalan hitam ini. Akan sulit kena membuang kajian-kajian diawak ikam itu kalau tobat."

"Ada apa semua ini, ikam memanggil jin-jin jahat dari pedalaman, kah?" Tanya orang tua berbolang. "Sabar nak, apa untungnya setelah membunuh si (.....) ?"
Bang cendol hanya diam tidak menghiraukan nasehat itu.
Ternyata malam itu bang cendol kedatangan tamu lumayan banyak yang memberikan nasehat agar mengurung kan niat membunuh.
Tetapi karena hati sudah tertutup amarah dendam semua nasehat Beliau-beliau tidak dihiraukan.
" Ela ... El ... El, cepat bangun."

"Ada apa, ma? Ini sudah tengah malam ...," gumam Ella dengan mata setengah terpejam saat sang mama masuk ke kamar dan mengusik tidurnya.

" Temani mama ke rumah si (....) tadi mama baru saja dapat telpon, kalau si(....) sakit."
"Ngapain sih, ma, ke sana? dia kan yang bikin abah sakit, sampai abah meninggal pun dia tidak hadir."

" Sudah, El. Jangan diingat-ingat masalah itu kasian Abah kalau kita tidak ikhlas. Cepat, El, kita ke sana jenguk."

" Iya ma, sebentar, El pakai jilbab dulu."
Setelah sampai, mama dan Sulaiha pun terkejut melihat kondisi si (.....) yang kurus lemah,

"Sudah 1 bulan bapak seperti ini tiap senja, tengah malam gelisah bahkan sampai 3 hari tidak tidur dan makan.
Baru saja bapak seperti orang ketakutan melihat orang hitam dan perempuan rambut panjang. Kita di sini bingung bapak, ini sakit apa.

Ke dokter pun sudah, dokter malah bingung mendiagnosa penyakit bapak ini,"ungkap anak tertua si(....)
Apa mungkin ini perbuatan bang cendol ya?" batin Sulaiha risau. "Tidak mungkin bang cendol melakukanya."

"Bang cendol apa kabar, El?" tanya mama tiba-tiba.

"Tidak ada kabar, ma. Mungkin sibuk sudah hampir 1 bulan ini bang cendol susah di hubungi."
"Semoga bang cendol ada kabar ya, El. Kalau ada, cepat tanyakan masalah si(...) sakitnya kaya disiksa, tidak wajar, kasihan. Ayok kita pulang, sudah malam besok ke sini lagi."

"Panasnya tidak enak yaa ma aneh banget tidak seperti biasanya, udara pagi tadi juga kurang segar."
Sulaiha pun mengambil HP dan mengirim pesan.

"2 hari lagi 40 hari Abah Bang mohon do'a nya ya."BBM Sulaiha.

"Tidak terasa 40 hari Abah sudah meninggalkan kita, ma. Ela sangat rindu beliau."
" Do'akan saja, El. Abah cuma butuh itu, dan hanya itu yang bisa kita lakukan. Ingat pesan Abah sebelum meninggal sholat 5 waktu jangan dilepas, dan pesan buat bang cendol juga harus Ela sampaikan nanti kalau ke Samarinda," tutur mama Ela.
"Iya ma, nanti sama vita ke sana sekalian temani vita daftar kuliah juga."
***
Tepat dimalam jum'at, bang Cendol menuntaskan dendam'nya.
Tidak tangung-tangung Pasukan jin yang berkumpul sudah seperti pasukan perang yang siap membunuh si dukun jahanam itu.
"Kurang ajar masih saja membalas! Berangkat kalian' 7 hantu hutan (wujudnya bertanduk mempunyai ekor dan mata yang merah serta pengikut yang banyak,
Sebelum subuh dukun dan Sodik harus kalian bunuh!"
Perintah Bang cendol kepada mahkluk dan jin-jin tersebut,
Di satu sisi dukun itu pun tidak tinggal diam mengetahui akan di serang oleh Bang cendol, si dukun juga menyiapkan pasukan jin siap tempur, sudah hampir mendekati jam 3 subuh,
Bang cendol dan si dukun itu saling serang menyerang.
Mereka saling balas-membalas mengirim jin-jin dan para siluman, seakan-akan peperangan besar terjadi nyawa dipertaruhkan siapa yang mati antara Bang cendol atau dukun itu.
Seluruh jin dikerahkan dari macan, kuntilanak, gunderwo, siluman ular, leak, sampai buto berbandan besar setinggi monas perut yang besar ikut andil dalam peperangan tersebut.
Senjata andalan Bang cendol belum dikeluarkan. mandau terbang!

"Siapa yang paling kuat antara kita?!" Senyum tipis Bang cendol seolah-olah sedang di atas angin dalam pertempuran ini.
Bau dupa dan menyan semakin menyengat, di dalam rumah.
Peperangan ini menyita perhatian alam sebelah yang ikut menyaksikan betapa kuatnya ilmu antara dukun dan Bang cendol.
Karena tenaga dan kondisi bang cendol sudah hampir habis. Berangkatlah mandau terbang. kalau ini tidak berhasil , kemungkinan Bang cendol yang akan tewas atau malah sebaliknya.
Tepat dijam 04.30 Bang cendol mendapatkan bisikan dari jin-jin tersebut kalau dukun dan si Sodik sudah tewas, tetapi Bang cendol tidak semudah itu percaya kalau dukun bajingan serta Sodik tewas.
Bang cendol menggunakan ajian malih rogo melihat secara langsung ke sana, oh benar saja mereka berdua tewas.
Tertawa puas Bang cendol sangat bangga apa yang diinginkan telah tunai nyawa dibayar nyawa.
Dendam pun sudah terbalas

**
Gedoran pintu kamar Sulaiha membuat terbangun saat mendekati adzan subuh,
"El bangun el...!? Pak Sodik meninggal jam 4 tadi!"

"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, iyaa ma selesai sholat subuh Ela ke sana bersama Vita."
Setelah sampai di rumah duka Sulaiha dan Vita pun masuk ke rumah dan menyempatkan membaca Yasin.

"El, seram banget saya liat pak Sodik Meninggal-nya!"
" Seram apaan, Vit? Jangan ngaco ah."
" Sumpah Seram kamu gak liat di luar sana perempuan bawa mandau?!"

"Sudah ah, kamu itu, Vit, aneh-aneh saja yang di cerita kan! Aku tau kamu itu bisa melihat hal- hal gaib!"

"Tapi kan aku cuma melihat saja El."
"Sudah ah, jangan ditegur nanti malah di ikutin kamu Vit," nasehat Sulaiha.

"Kita ke dapur saja El bantu ibu-ibu siapkan bunga dan minuman buat para pelayat."
Setelah dikubur para warga pun ramai membicarakan hal ganjil kematianSodik seperti tidak wajar.

Malam sebelum meninggal pun lolongan anjing serta suasana kampung sangat aneh tidak seperti biasanya binatang hutan bersahut-sahutan.
Dukun di tengah hutan katanya meninggal juga bersamaan dengan pak Sodik.

"Sudah- sudah bubar kalian ini gosipin orang yang sudah meninggal tidak baik, pamali," ucap sesepuh kampung Arab.

" El kapan ke Samarinda? Bersama vita kan kesana? "
"Iya ma, besok pagi berangkat, malam ini kan 40 hari Abah besok pagi El sama vita langsung ke Samarinda."

Dengan rasa senang Sulaiha rasa pengen ketemu bang cendol,

"Senang banget kamu El. Oh.. Pasti kepikiran nanti ketemu Bang cendol di sana, ya?"
"Mau tau aja kamu, Vit, eh, siap-siap bentar lagi tamu undangan tahlilan Abah mau datang!"

Setelah acara tahlilan 40 hari Abah berjalan lancar, Sulaiha dan Vita langsung mempersiapan perlengkapan buat besok ke Samarinda.
Vita kuliah di Samarinda, Sulaiha pun mendapatkan panggilan kerja di suatu Bank.
Sesampainya di Samarinda Sulaiha dan Vita beristirahat sejenak di rumah kak Ferdy yang kosong. Lagipula Kak Ferdy jarang ada dirumah karena tugas pekerjaan,
" Malam ini kita ke rumah Bang cendol, ya, Vit?"

"Kamu yakin malam-malam ke sana?"

" Iya, Vit, Bang cendol gak ada kabar sama sekali aneh banget tidak seperti biasanya dia seperti ini!"
Selesai sholat maghrib Sulaiha pun langsung menuju ke rumah Bang cendol agak lumayan jauh jaraknya mungkin 45 menit perjalanan.
Sesampainya di depan rumah kagetlah si Vita melihat sosok-sosok penunggu rumah, Sulaiha pun merasa kurang nyaman saat mau memasuki rumah Bang cendol.
" Iya Vit, aku pernah kok ngambil cendol pesanan bu kost waktu masih kuliah."

"Ya sudah kamu saja El masuk, aku di luar saja Seram El yang diatas pohon ketapang itu wajahnya penuh darah sama perempuan membawa mandau itu juga ada di depan pintu," terang vita.
"Sama-sama kita masuk! Kamu sih kebanyakan nonton horor yaa gini akibatnya!"
Sulaiha pun memberanikan diri mengetuk pintu dan mengucapkan salam, selama 5 menit tidak ada suara atau balasan, HP Bang cendol juga tidak aktif, saat mau pulang tiba-tiba saja pintu terbuka dan suara bang cendol menyuruh sulaiha masuk rumah.

"Masuk aja maaf berantakan."
Kaget Sulaiha melihat Bang cendol seperti tidak sehat, dan bau kemenyan serta dupa menyerbak di seluruh ruang,

"Bau apa ini, Bang? Apa yang sudah Abang lakukan di sini? Telpon tidak di jawab BBM pun apalagi?"
Sulaiha sambil melihat sekeliling ruangan dan melihat seperti wadah sajen serta dupa yang masih menyala.

"Mau ngapain kamu ke sini? Ceramah memberi kan nasehat? Kalau niatnya itu pergi saja keluar dari rumah aku!"Bentak Bang cendol kasar.
Astaghfirullah. Ada apa semua ini? Abang melakukan apa?"

"Si Sodik sudah tewaskan? Sebelum 40 hari Abah. Mampus rasakan itu semua? Apa perlu aku habisi semua keluarganya?"

"Tau dari siapa, bang, kalau Sodik meninggal? Bang cendol yang melakukannya?"
"El ayok balik, Bang cendol seperti orang kesurupan Seram," ucap Vita berbisik.

"Iya aku yang membunuh dukun bersama Sodik malam itu juga," tutur Bang cendol.

"Astaghfirullah tobat, Bang. kembali ke jalan Allah!"
Bang cendol dan Sulaiha pun adu mulut sampai akhirnya terdengar suara salam dari kejauhan.
Ternyata Ustad Umar sahabat bang cendol.

" Bang istighfar, lupa ya? dulu kita pernah di dunia hitam, bahkan bang cendol yang tobat Duluan dan menarik saya keluar dari dunia hitam.
"Bang sulaiha ke sini cuma mau menyampaikan amanat Abah tidak lebih," kata Sulaiha sambil meneteskan air mata.

Karena sulaiha tidak sanggup berkata-kata Vita yang maju dan menyampaikan Amanat Abah,

[Aku jodoh kan kamu dengan Bang cendol, sampaikan ke dia.
Mudah-mudahan dia bisa menerima tawaran Abah ini.]

Terkejutlah Bang cendol saat tau isi pesan Abah, lutut tiba-tiba bergetar hebat, dada pun sesak.
Mulut membisu tidak bisa berkata apa- apa..
" Ayok El kita pulang, yang penting pesan Abah sudah kita sampaikan terserah dia saja bagaimana,"ucap Vita.

"Bang sulaiha pamit ya, semoga Abang kembali ke jalan Allah."
Bang cendol hanya terdiam melihat Sulaiha dan ustad Umar berbalik pulang,
Rasa menyesal menyelimuti hati Bang cendol kenapa sampai seperti ini kembali ke dunia hitam.

*
Tiap hari bang cendol berjualan ke sana kemari seperti biasa, sesampainya di depan mesjid, niat hati mau istirahat siang tiba-tiba saja terdengar dari arah mesjid lantunkan syair sholawat guru besar Kalsel yang sangat merdu menyentuh hati yang gelisah, risau
Seperti cahaya menembus pekatnya kegelapan di dalam hati Bang cendol, gersangnya hati disiram air syair-syair beliau. Rasa tenang menyelimuti hati setiap insan yang mendengar.
"Allah Hu akbar, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH, WAASYHADUANNA MUHAMMADAR RASUULULLAH". Ucap Bang cendol .
Menangis Bang cendol tiba-tiba hidayah masuk ke hati menyesal sangat menyesal yang ada dihati, apa yang dilakukan semua ini salah bahkan melampaui batas.
*

Berkunjunglah Sulaiha dan Vita ke rumah pak Umar, saat pulang dari rumah Bang cendol sempat meminta nomor HP pak Umar,
"Bang cendol itu sangat baik orangnya, dia yang menarik saya dari lembah kegelapan dan menyuruh saya menjadi muadzin Mesjid ini, Kenapa malah Bang cendol sampai kembali ke dunia hitam? "
Dengan wajah kecewa Umar berbicara.
"Semua ini mungkin salah sulaiha ustad, saya yang meminta ke Bang cendol buat bantu pengobatan Abah."

"Tidak ada yang salah ini semua jalan Allah kita do'a kan semoga Bang cendol segera bertobat," ucap Umar.
Tiba-tiba saja dari kejauhan ada suara ucapan salam yang sangat dirindukan Sulaiha dan Umar.
Terkejutlah mereka melihat seseorang berdiri di depan pintu dengan posisi tegak sambil membawa bungkusan cendol,
Sulaiha , Vita dan Pak Umar pun terperangah, bingung.
"Boleh saya masuk?" Tanya bang cendol.

" Silakan masuk, Bang, duduk. maaf kami terkejut melihat kedatangan abang yang tiba-tiba."

"Neng Arab kok diam?" Tanya Bang cendol Sambil menyeringai
Di dalam hati Sulaiha ini benar Bang cendol, cuma dia yang berani manggilnya neng Arab.

"Woy! neng Arab bengong aja."

"Kamu jahat, bang!" Raung Sulaiha berhambur memeluk Bang cendol sambil menangis. Ia juga memukul berkali-kali lengan Bang cendol.
"Mohon maaf semua, Abang sudah lepas dari jalur , dendam amarah nafsu ini membuat hati buta bahwa semua yang abang lakukan salah besar sampai meminta bantuan jin-jin kafir itu, yaa Allah semoga dosa aku di ampuni," lirih sesal bang cendol.
" Insya Allah, Bang, selama nafas masih ada pintu tobat terbuka lebar, perbanyak istighfar Bang," ucap ustad umar

"Maaf Umar kata-kata aku kemarin tidak sopan kepada kamu."

"Aku maafkan, bang, saya paham keadaan kemarin melihat Abang lepas kontrol."
"Bagaimana cara melepas jin-jin jahat ini dari saya, kemana saja mereka selalu ikut!"

"Pelan-pelan,Bang, dibuang apa yang tidak baik, ini lah resikonya bersekutu dengan jin kafir."

Sulaiha masih tidak percaya melihat Bang cendol berubah seperti dulu lagi,
"Neng Arab maafin Abang yaa sudah bikin seperti ini, saya janji tidak akan mengulanginya lagi."

"Janji sama Allah saja, Bang," sahut gadis itu dengan nada kesal.

"Iya Neng itu pasti. Ngomong-ngomong Neng kalau ngambek tambah manis mukanya,' rayu bang cendol.
" Gombal, Bang. Eh dupa, menyan segala sajen sudah dibuang? "

"Ya sudah dibuang Neng semuanya."

" Maafkan Bang cendol ya, Neng!"

"Hem ada syaratnya," sahut Sulaiha sambil tersenyum penuh arti.

"Apa?"
" Sulaiha dan Vita gratis makan es cendol sebulan penuh."

Bang cendol bengong sambil garuk-garuk kepala.

"Bagaimana, Bang cendol? hehehe."

" Iya sudahlah neng kalau itu syaratnya, mau bagaimana lagi," sahut Bang cendol dengan senyum lebar.
Tertawa Sulaiha dan Vita melihat Bang cendol seperti orang bingung,

Semoga cerita ini bermanfaat Buang yang buruk ambil yang baik, tidak ada manusia yang sempurna, kesempurnaan hanya milik Allah SWT
Do'akan Bang cendol semoga di berikan kesehatan dan bisa tetap menulis cerita-cerita pengalaman yang lebih seru lagi

Mohon maaf lahir batin ๐Ÿ™๐Ÿ˜Š
Bagi yang ingin mengangkat cerita ini silahkan berhubungan langsung dengan bang Ryan El-Sya yang linknya di atas๐Ÿ™

โ€ข โ€ข โ€ข

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
ใ€€

Keep Current with Albadina

Albadina Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @Fathiyaalbadina

Feb 25, 2021
Bahkan angin yg kencang dpt menggerakkan kapal. Layakkah nahkoda menghujatnya?

A Thread Horor
#IstriseorangKUYANG. Part 2
#threadhorror #bacahorror
#horrorthread
@bacahorror @BacahorrorCom
@SimpleM81378523 @koreyan666
@cerita_setann @IDN_Horor Image
Senja itu tampak kuning, adat orang kampung kalau sore memiliki aura warna kuning, semua orang tidak boleh berada di luar rumah. Kata orang tua dulu penyakit menular sedang menyebar.
Pesan Almarhum Abah, setiap hari harus menyempatkan membaca Al-Quran dan Pak Dadang membiasakan membaca seusai magrib sembari menunggu waktu Isya tiba.
Read 206 tweets
Feb 25, 2021
"Kehidupan seperti kereta yg berjalan mengikuti rellnya. Angan hanya bayangan melayang, siap ditangkap otak. berapa mampu?

A Thread Horor
#IstriseorangKUYANG. Part.1
#threadhorror #bacahorror
@bacahorror @BacahorrorCom @bagihorror @SimpleM81378523 @koreyan666 @cerita_setann Image
Panggilannya Pak Dadang, seorang pemuda berwajah tampan dengan badan yang atletis dengan tinggi 1,78 cm. Bertugas sebagai penyuluh perikanan di desa nelayan.
Sebuah desa yang berada dekat dengan muara laut.Penduduknya tinggal disepanjang pantai. Dan di belakang rumah mereka terhampar tambak yang sangat luas.
Read 36 tweets
Feb 22, 2021
Lanjutan Part 1

Sesaat mereka terdiam, hanyut dengan pikiran mereka masing-masing. Tidak terasa air sudah mulai membelai bagian lutut Pak Dadang, dan Dia pun lalu pindah naik ke punggung kapal yang bocor itu.
"Kalau di sini biasanya setiap bulan purnama bakalan ada pertunjukan yang rame Pak, Bapak mau lihat gak nanti malam?" Tanya Aying sambil senyum aneh.
Read 65 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(