Terorisme (bom bunuh diri) lahir karena adanya ideologi kematian. Dalam sejarah Islam, ideologi kematian ini sudah ada pada seorang pemrotes Nabi bernama Dzul Khuwaisirah At-Tamimi, Abdrurrahman ibn Muljam, fatwa Ilyasik Ibn Taimiyah, dan...
buku-buku jihad Sayyid Qutb, Mawdudi, Abdus Salam Farag, Said Hawwa, Abdullah Azzam, Muhammad al-Maqdisi, Abu Abdullah al-Muhajir, dan para tokoh salafi jihadi lain.
Ideologi kematian ini adalah manivestasi dari cita-cita politik, bukan cinta-cita Islam. Ideologi ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang sesungguhnya. Bahkan, ideologi kematian ini justru sangat merugikan Islam.
. Modal utama Islam sebagai agama damai, sesuai namanya, digerus habis oleh ideologi kematian ini.
Mereka mengubah citra Islam: dari agama penyebar kedamaian menjadi agama penyebar kekerasan dan teror. Jahat sekali. Sangat pantas untuk “diperangi”.
Dalam kitab Fathul Bari syarah Shahih Bukhari, Juz 12, h. 253 Ibnu Hajar mengutip pendapat Ibn Hubairah terkait Khawarij, yaitu pendahulu kelompok takfiri yang kerap menggunakan kekerasan dan menghalalkan darah sesama umat Islam:
أن قتال الخوارج أولى من قتال المشركين. والحكمة فيه أن قتالهم حفظ رأس مال الإسلام، وفي قتال أهل الشرك طلب الربح. وحفظ رأس المال أولى.
“Sungguh memerangi Khawarij lebih utama ketimbang memerangi orang-orang musyrik...
Hikmahnya adalah bahwa dalam memerangi Khawarij terpelihara modal pokok Islam, sementara memerangi orang musyrik dapat laba. Menjaga modal pokok lebih utama ketimbang mencari laba.”
Di era modern gerakan penganut ideologi ini bisa saja dipicu oleh faktor lain, misalnya klaim kezaliman dan ketidakadilan atau operasi intelijen. Dulu Dzul Khuwaisirah juga memprotes Nabi atas dasar klaim ketidakadilan.
Nabi saja diprotes, orang paling mulia yang diangkat oleh Allah, apalagi cuma, negara.
Ideologi kematian ini akan terus ada. Bergentayangan ke mana-mana dan menyasar siapa saja. Jangan denial. Akui dan buat program antisipasi yang tegas agar ideologi ini bisa diminimalisir penyebarannya. Jangan pula “dipermainkan”.
Melawan ideologi kematian ini merupakan jihad kita untuk menegakkan Islam yang rahmatan lil alamin; menegakkan kemanusiaan.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Tanya: bolehkah beragama tanpa madzhab? Jawab: tidak boleh. Memang ada orang yang beragama terkesan tidak bermadzhab, tapi sejatinya mereka bermadzhab.
Hanya saja mereka tidak mampu menjelaskan ke-bermadzhaban-nya karena tidak pernah ngaji (belajar) secara serius soal rincian ilmiah cara beragama.
Mereka shalat pakai madzhab, puasa pakai madzhab, haji pakai madzhab, dst. Ketika ditanya ikut madzhab siapa, mereka tidak bisa menjawab.
Artinya: “Dan sekiranya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah dirobohkanlah biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.” (QS. Al-Hajj: 40).
Ayat ini menarik, karena menegaskan bahwa tempat-tempat ibadah orang Yahudi, Kristen dan Islam ditegaskan sebagai tempat di mana nama Allah disebutkan atau dizikirkan. Inklusif sekali.
Kehebatan seorang komponis diketahui lewat nada-nada musiknya, tetapi menganalisis nada-nada saja tidak akan mengungkapkan kehebatannya. Keagungan penyair termuat dalam kata-katanya, namun mempelajari kata-katanya tidak akan mengungkapkan inspirasi.
Tuhan mewahyukan eksistensi-Nya dalam ciptaan, tetapi dengan meneliti ciptaan secermat apa pun Anda tidak akan menemukan Tuhan. Demikian juga bila Anda ingin menemukan jiwa melalui pemeriksaan cermat terhadap tubuh Anda.
Lantas, bagaimana kita akan menemukan Tuhan?
Dengan melihat ciptaan, tapi bukan dengan menganalisisnya.
Dan, bagaimana kita harus melihat?
Saat ngisi pengajian setelah magrib tadi, ada peserta yang tanya soal ikhlas. Apakah ikhlas itu ada tingkatannya? Saya jawab: ada. Ikhlas adalah berbuat baik karena Allah. Tidak berharap balasan dari manusia., tapi berharap hanya pada Allah. Tingkatannya ada tiga:
1. Mengharap balasan dari Allah secara spesifik. Contoh: berbuat baik, kemudian berharap mendapatkan balasan rezeki yang banyak agar bisa beli ini dan itu. Ini level ikhlas yan berhubungan dengan nama (asma) Allah, yaitu Ar-Razak, Yang Maha Memberi rezeki.
2. Mengharap balasan dari Allah tidak secara spesifik, tapi terserah Allah. Ini level ikhlas yang berhubungan dengan sifat Allah, Qodiran (Yang Maha Kuasa) dan Muridan (Yang Maha Berkehendak.
Dulu, pada akhir-akhir masa sahabat, hadits-hadits diriwayatkan sedemikian gencar, hingga masyarakat tidak bisa memastikan antara hadits yang benar-benar dari Rasulullah dan hadits-hadits palsu.
Terlebih, pada masa itu memang ada orang-orang yang “berprofesi’ sebagai al-qassas, tukang dongeng. Al-qassas ini dibayar untuk berorasi di tempat-tempat keramaian yang tujuannya adalah memuji-muji seseorang (politisi) yang membayarnya dan menjatuhkan lawan politiknya.
Maka, mereka tidak segan membuat hadits-hadits palsu untuk mengangkat kemuliaan orang yang membayarnya.
Kondisi seperti ini membuat gelisah Khalifah Umar ibn Abdul Aziz. Umar menjadi khalifah tidak lama, hanya 2 tahun 137 hari, pada usia 34 tahu (w. 101 H).
Ada yang tanya ke saya:
Jika ada orang mengaku mimpi melihat Nabi Muhammad apakah kita harus percaya?
Jawab: boleh percaya boleh tidak. Tapi sebaiknya jangan mudah percaya.
Tanya lagi: jika ada orang benar-benar bermimpi melihat Nabi, apakah yang dia lihat itu benar-benar Nabi? Jawab: benar. Karena setan atau jin tidak bisa menyamar jadi Nabi Muhammad Saw.
Tanya lagi: jika ada orang bikin karikatur Nabi, pasti tidak benar dong? Jawab: pasti tidak benar, karena orang seperti itu tidak mungkin pernah bermimpi melihat Nabi.