Sepertinya Isu soal pelanggaran HAM pada proyek Mandalika oleh pakar PBB untuk Hak Asasi Manusia yang mendesak Pemerintah Indonesia menghormati HAM dan hukum yang berlaku terlalu hiperbola. Berlebih-lebihan sebagai sebuah fakta.
Bukankah bila benar pemerintahan Jokowi terindikasi melanggar HAM, FZ, NP hingga barisan ondel - ondel tanpa rem sudah heboh kebakaran jenggot bukan?
Cerita itu memang pernah mencuat pada Oktober 2020 saat 15 orang pengadu dengan 17 bidang lahan mempermasalahkannya. Itu terkait tumpang tindih dan klaim lahan yang seharusnya wilayah perdata.
Bila benar ada kekerasan atau ancaman dari pihak aparat negara, seharusnya itu pasti sudah ramai dan kita dengar. Ingat ini jaman hari ini kejadian hari ini juga trending.
Kita sebagai rakyat Indonesia justru tak pernah dengar namun kenapa di luar sana bisa heboh tentu harus menjadi pertimbangan. Ada aroma tak logis pada era seperti ini.
Bila heboh pernah ada, komnas Ham Indonesia berdasarkan hasil pemantauannya pernah memberi rekomendasi dan meminta kepada Gubernur untuk dapat menjalankan fungsinya.
Dalam pernyataanya PBB khawatir proyek pariwisata senilai US$3 miliar itu menimbulkan perampasan tanah yang agresif, penggusuran paksa terhadap masyarakat adat Sasak dan intimidasi serta ancaman terhadap pembela hak asasi manusia.
"Ganti rugi di masa Jokowi sudah berubah menjadi ganti untung. Mungkinkah hal ini terlewat pada masyarakat adat Sasak?"
Potensi pariwisata super prioritas ini akan membuat kita semakin pesat dalam menarik para turis mancanegara dijamin benar akan terjadi. Namun pelanggaran Ham, terasa agak mustahil...🙄
Ini pasti terkait tentang pihak asing khawatir pada Indonesia yang berjalan pada track benar dan membuat negara ini akan terlalu cepat maju terutama setelah pandemi ini.
Ini tampak seperti iseng pihak asing dengan bersembunyi pada pelaggaran HAM demi agenda lain. Mereka tampak seperti terintimidasi pada fakta kemajuan negara kita terutama pada beberapa tahun terakhir ini.
.
.
.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
B U K I T A L G O R I T M A
.
.
.
.
Dimana Asa Kita Mulai Disemai
.
.
Belum lama ini bu Sri Mulyani berujar betapa sulit negeri ini keluar dari jebakan sebagai negara berpenghasilan menengah. Bahasa kerennya middle income country.
Seperti kutukan, predikat itu tetap melekat pada kita seumur hidup.
"Apa susahnya sih menjadi negara kaya?"
Mudah bagi kita mendirikan toko kelontong sepanjang ada modal dan tempat.
Menjadikan dia besar, butuh effort. Saat toko kelontong itu hanya mampu memberi kita hasil cukup bagi sekedar makan, kita masih dianggap dalam klasifikasi miskin.
Bila anda percaya bahwa pohon yang baik juga akan memberikan kita buah yang baik, Gibran pantas kita anggap buah itu.
Namun apakah buah yang baik pasti akan memberi kita hasil maksimal, itu tergantung bagaimana cara kita merawatnya.
Petani tahu cara kerjanya. Mata petani tahu sejak buah itu masih berupa bunga dan maka dia tahu pula bagaimana mengelola perkara itu sehingga hasil maksimal dia dapat.
Sebagai anak dari pasangan keluarga yang baik, Gibran adalah aset.
Aset itu kini ingin dipanen, ingin diambil manfaat baik atas seharusnya baik yang sama telah dibuat oleh kedua orang tuanya. Dan maka dia diminta menjadi Walikota Solo seperti dulu bapaknya pernah.
Bila 70% halaman rumah kita adalah air, seharusnya kita pasti lebih mengerti tentang apa itu konsep air. Kaki dan badan kita senang dengan basah-basah dan kita pandai berenang.
Kita mencari sekaligus mendapati banyak keuntungan atas air melimpah kita miliki.
Ikan dan segala jenis makhluk hidup di sana adalah makanan kita, mata pencaharian kita. Kita berperahu dan memanennya sebagai berkah.
Di sana, kita pun mengenal apa itu perahu dengan segala perniknya. Termasuk ilmu navigasi di dalamnya.
"Adakah alasan logis sehingga kita tak lagi mengenalnya? Tak mengambil manfaat atas itu?"
Sekelompok orang beratribut ormas agama kembali berulah. Dengan kasar mereka melakukan pembubaran paksa sebuah tradisi kuda kepang di Medan.
“Setan lah yang kalian puja-puja itu, kesyirikan yang disebar ke mana-mana,” ucap salah satu anggota ormas.
“Syirik itu, bubar-bubar,” ujar yang lain.
Warga dan artis acara tradisi lokal itu sempat melakukan perlawanan, namun mereka bukan lawan seimbang. Tampak dalam video seorang penari perempuan luput "dikeplak" pada kepala namun ludah yang terarah pada wajah artis tersebut tak dapat dihindarinya.
Pada tahun 1949, dunia arkeologi digemparkan oleh penemuan situs Kapal Nabi Nuh di atas pegunungan Ararat - Turki, yang diperkirakan panjangnya mencapai 150 meter.
Sebagai perbandingan, kapal induk AS Gerald R. Ford yang adalah kapal induk terbesar di dunia dan panjangnya adalah 337 meter. Kapal induk terkecil dimiliki oleh Thailand dengan panjang 182 meter.
Artinya, dari ukuran kapal yang tersangkut di Ararat Turki itu sudah mendekati ukuran sebuah kapal induk. Dengan ukuran seperti itu pula pesawat terbang sejenis Sea Harrier yang bisa mendarat secara vertikal atau helikopter dapat berfungsi dengan baik di sana.