Soal bocoran. Pertama, soal UTBK ini termasuk rahasia negara, tetapi (sepemahaman saya), sebuah set soal bersifat rahasia hanya sampai soal itu selesai dikerjakan. Setelah itu, ya ... bukan rahasia lagi namanya. Itu pertama.
Jadi, jika ada oknum-oknum yang menyebarkan soal UTBK yang sudah dikerjakan, itu bukan “bocoran”, melainkan soal UTBK yang sudah dikerjakan saja. Apakah rahasia? Tidak. Apakah ada larangan menyebarluaskan soal tersebut? Saya enggak yakin, hanya saja, ini lebih ke masalah etika.
Definisi “bocoran” (dalam pemahaman saya) adalah sesuatu yang belum diungkapkan (atau dalam konteks UTBK, belum dikerjakan sejak hari pertama), tetapi kemudian disebarluaskan oleh pihak tertentu. Itu namanya “bocoran”.
Artinya, oknum-oknum yang dengan sengaja meyebarluaskan soal UTBK yang sudah dikerjakan itu bukan menyebarkan bocoran, tetapi perilakunya saja yang tidak etis.
Jadi, kita perlu paham bahwa etika itu berhubungan dengan moral, dengan hati nurani. Dengan demikian, menyebarkan soal UTBK yang sudah dikerjakan, atas alasan apa pun, itu tidak etis.
Sampai sini, kita harus “sepaham” dulu.
Kedua, kalaupun soal-soal UTBK yang sudah dikerjakan selama gelombang I tersebar luas, apakah itu menguntungkan mereka yang belum UTBK? Bisa iya, bisa tidak. Kita enggak tahu, itu tergantung pribadi masing-masing.
Yang jelas, percayakan saja kepada LTMPT bahwa, biar bagaimanapun, mereka merancang banyak set soal. Mereka tentu sudah memikirkan hal-hal semacam ini.
Jadi, hanya karena membaca satu set soal UTBK yang disebarluaskan, tidak akan menjamin orang itu bisa lancar mengerjakan soal ketika tiba waktunya dia ujian nanti. Masa mental kalian yang berbulan-bulan belajar mau dijatuhkan begitu saja dengan golongan ini?
Ingat, yang jelas, kejujuran itu akan selalu menang.
Enggak perlu khawatir dengan orang-orang yang berusaha menggunakan cara-cara yang tidak etis. Kita enggak akan pernah bisa “memberantas” yang semacam itu. Dari dulu, isu seperti ini selalu ada.
Yang paling penting adalah kalian tetap berpegang teguh pada kejujuran. Itu yang utama. Orang lain mau berbuat apa, biarlah, toh belum tentu sukses juga, untuk apa kita pikirkan?
Sekali lagi, beban (pikiran) kalian sudah berat, jangan ditambah-tambah lagi dengan hal-hal yang enggak perlu atau bukan kapasitas kita untuk memikirkannya.
Fokuslah pada ujian. Datang, kerjakan, lupakan. Selesai. Selebihnya: berdoa.
Serius, berdoa. Enggak perlu mendoakan yang jelek-jelek untuk orang lain, fokus pada diri sendiri. Tuhan tidak tidur, teman-teman. Jadi, untuk apa risau?
Sekali lagi, orang-orang yang berusaha mengambil kesempatan dengan cara yang tidak jujur atau etis selalu ada, di mana-mana. Namun, percayalah, yang seperti itu bukan jalan yang baik.
Teman-teman, khususnya yang muslim, ini bulan yang baik, bulan Ramadan. Percayalah pada diri kalian sendiri. Berdoa, Insya Allah semuanya akan baik-baik saja.
Tahun lalu itu berat. Bukan karena angkatan 2020 enggak bisa. Saya mengikuti angkatan 2020, segala “drama” di media sosial, “drama Ambisverse”, saya kenal banyak anak 2020 (sekalipun belum pernah bertemu langsung), mereka luar biasa “ambis”.
Belum lagi, catatan bertebaran di mana-mana, timeline Twitter saya tiba-tiba penuh dengan catatan matematika dan bahasa Indonesia. Angkatan 2020 itu semangat juangnya luar biasa.
Namun, tahun lalu memang enggak mudah, ditambah ujiannya pun enggak mudah. Tiap hari, “laporan” yang saya terima itu hampir sebagian besar laporan kesedihan, enggak ada yang seperti tahun ini.
3. Versi pilihan (ringkas) materi yang harus kalian kuasai untuk “menaklukkan” PBM sejak H-30 UTBK. Ada 29 materi, ini saya pilihkan materi yang saya pikir perlu kalian ketahui dan selama ini sering ditanyakan dalam ujian.
Makna afiks dalam bahasa Indonesia sangat banyak dan, sejujurnya, mustahil menghafalkan semuanya. Namun, kali ini saya coba bahas makna sejumlah afiks pembentuk verba dan ini pun TIDAK semuanya.
baik ... maupun ...
tidak hanya ..., tetapi juga ...
bukan hanya ..., melainkan juga ...
demikian ... sehingga ...
sedemikian rupa sehingga ...
apa(kah) ... atau ...
entah ... entah ...
jangankan ..., ... pun ...
Konjungsi subordinatif:
Dibagi menjadi 13 kelompok. Selengkapnya di sini. 👇🏼