Ada yg bilang kita disuruh memposisikan diri sebagai HR nya. Oke let's try it.
Perusahaan butuh lowongan admin finance. Sebar lah itu job recruitment.
Eh ternyata yg masuk 50 lamaran lebih. Tentu capek dong kalo harus screening satu-satu.
Sehingga paling gampang tentu aku lihat riwayat pendidikan dan pengalaman mereka. Oh ternyata sama semua. Oke lah rata-rata. Beberapa ada yg dieliminasi.
Tapi aku tetep harus mengkerucutkan kandidat lagi nih. 20 orang terlalu banyak kalo mau lanjut interview.
Liat muka orangnya ah. Apalagi karyawan yg skrg gak ada yg bisa buat cuci mata. Terakhir ada yg cakep ternyata resign krna menikah dan ikut merantau sama suaminya.
Yak lumayan lah. Yg cakep ada 4 orang. Yaudah mereka aja yg kupanggil. Daripada ribet2 panggilin semua.
Itu kalo aku memposisikan diri jadi HR yg lowongannya rame pelamar. Masalahnya ga semua job desc rame peminat.
Misal, perusahaan butuh engineer buat eksekusi project automasi mesin.
Pelamarnya mungkin gak sebanyak admin finance. Eh beneran ternyata yg apply cuma 3 orang.
Kalo cuman 3 orang yg apply, tentu gak bisa eliminasi mereka pake indikator muka orangnya. Mau gak mau harus dilihat bener kualifikasi dan rekam jejak karirnya.
Yaudah kupanggil semua aja buat interview awal. Sisanya terserah user mau cocok apa nggak. 😆
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Ketika kita pertamakali mengenal sesuatu, kita sering merasa excited, penasaran, dan semangat untuk mempelajari hal tersebut lebih jauh.
Namun pada suatu titik, kita mungkin merasa jenuh dan ndak lagi tertarik dengan hal itu.
Dalam hubungan pun kurasa demikian. Ketika awal kita suka sama seseorang, kita sering senyum-senyum sendiri.
Tukeran meme dan video lucu. Ngerasa excited jalani hari. Kurang lengkap rasanya kalo ndak baca chat atau denger suaranya dalam sehari.
Everything feels right.
Bahkan saat jadian pun adrenalin itu masih ada. Sering menghabiskan waktu bersama.
Beragam aktivitas pun dilakukan. Nonton bioskop, liat konser, makan malam romantis, touring motor berdua, piknik santai ke pantai, hingga menaklukkan puncak gunung bareng.
Jika Rasulullah kemudian memperlakukan istrinya dengan lembut, baik, dan hormat, itu bukan krna faktor beliau feminist. Tapi emang perintah Islam yg mengharuskan demikian.
Islam itu balance. Suami gak boleh dzolim sama istri. Dan istri gak boleh ngelawan suami. Fair. Adil.
Islam memerintahkan laki-laki menurunkan pandangan. Namun Islam juga memerintahkan wanita menutup auratnya. Fair. Adil. Gak ada itu my body my authority. Semua udah ada aturannya.
Jadi mbuk ya tolong jangan sembarangan ngeklaim Rasulullah sbg feminist kyk kaum woke jaman skrg.
Aku bingung sama so called perusahaan gede yg mampu jor-joran bakar duit, mampu bikin acara eksklusif di TV, hingga kontrak brand ambassador artis korea, tapi gak bisa sediain fasilitas dan gaji layak buat karyawannya.
Mungkin lupa ada istilah yg disebut internal marketing.
Monopoly market merupakan situasi dimana hanya ada SATU unit perusahaan yg beroperasi di suatu market share.
Sedangkan menurut data @StatistaCharts di taun 2019 aja market share industri market global cukup merata seperti ini. Sehingga belum bisa dikategorikan sbg monopoli.
Sejauh yg kupahami, setidaknya ada dua cara sebuah perusahaan biar bisa jadi pelaku monopoli :
1. Hak eksklusif pemerintah 2. Merger dan Akuisisi
1. Hak eksklusif pemerintah
Pemerintah memberikan hak ekslusif kepada sebuah badan usaha tertentu untuk mengelola suatu barang dan jasa. Biasanya yg menyangkut hajat orang banyak.
Ini yg sering kita temui dalam BUMN, seperti : PLN, Pertamina, atau PT. KAI
INFRASTRUCTURE STIMULUS – Is It Playing An Important Role During Economic’s Recessions?
Thread ini kubuat menyikapi pro kontra project pemindahan ibu kota yg terus berjalan.
Disini aku pengen jelasin opiniku kenapa kok pemerintah bersikeras melanjutkan itu. 🍵
DISCLAIMER :
Sebelum thread ini dipelintir macem-macem sama si tangan jahil, aku perlu menegaskan sikapku menolak pemindahan ibu kota baru – setidaknya buat saat ini.
Aku melihat masih banyak sektor lain yg perlu perbaikan – seperti pemerataan fasilitas pendidikan di pelosok.
Lalu kenapa pemerintah bersikeras melanjutkan project ini meskipun kita masih dihantam krisis? Baik resesi ekonomi ataupun pandemi covid.
Disini kita akan ulas apa yg disebut dgn stimulus infrastruktur. Namun sebelum itu kita bedah dikit apa itu kebijakan moneter dan fiskal.