Ada seorang gadis kecil bernama “Mawar”. Ia masih duduk di bangku SD. Hari itu ia baru masuk sekolah lagi setelah tragedi Mei 1998
Ketika pulang sekolah, ia bertanya kepada ayahnya,
"Ayah, siapakah nama saya?”
1/22
Tentu saja sang ayah bingung, diam terhenyak, ia mengatakan : “Namamu Mawar”
Tetapi si anak terus mendesak, minta agar diberi tahu nama sebenarnya
Kini, sang ayah baru tahu apa yang dimaksud dengan pertanyaan itu
2/22
Rupanya si gadis kecil ditanyai oleh teman-temannya mengenai “nama aslinya”, yang bukan “Mawar”
Kulitnya yang kuning dan matanya yang agak sipit telah membuat teman-temannya bertanya tentang “nama aslinya”
3/22
Kisah ini dimuat sebagai kata pengantar editor dalam Majalah Matra (Juli 1998)
Disini ingin diungkapkan, bagaimana Tragedi Mei 1998 tidak hanya menghancurkan sendi perekonomian Jakarta, tetapi juga membawa dampak pada identitas seseorang
4/22
Gadis itu memang seorang anak keturunan etnis Tionghoa, tetapi oleh orang tuanya ia tidak diberi nama Tionghoa lagi
Namanya, ya Mawar itu...
5/22
Persoalannya memang lebih daripada sekedar nama asli
Dalam pertanyaan itu sebenarnya orang berusaha menggali identitas yang dianggapnya telah disembunyikan
“Siapa nama aslimu”, sama saja bertanya “Apakah kamu Cina?”
6/22
Orang yang memiliki nama “Mawar” atau nama apa saja, seakan-akan didesak untuk menelanjangi diri dan mengatakan jati dirinya
Bagi si penanya, ini hebatnya, identitas “kecinaan” seseorang tidak akan berakhir
7/22
Dalam pandangannya, “kecinaan” itu abadi, diturunkan dari generasi ke generasi, tidak mungkin diganti, apalagi ditutupi
Timbul pertanyaan: Sampai kapan “kecinaan” seseorang itu berhenti?
Apakah ketika ia berganti nama?
8/22
Apakah ketika ia memilih kewarganegaraan Indonesia?
Apakah kalau ia berperilaku seperti orang Indonesia?
Apakah kalau ia memeluk agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk Indonesia?
9/22
Banyak individu-individu yang telah berusaha keras untuk menghentikan “kecinaan” mereka, tetapi tidak berhasil
Mereka pada akhirnya tetap harus menyerah kepada kenyataan bahwa status “kecinaan” itu tidak mungkin dihapuskan
10/22
Ada yang dengan tulus mengidentifikasikan dirinya dengan Indonesia dan ingin menyumbangkan keahliannya untuk Indonesia
Ada yang sudah hidup di tengah-tengah masyarakat Jawa dan mengambil alih seluruh adat dan kebiasaan Jawa
11/22
Tetapi semua itu tiba-tiba menjadi tidak ada artinya ketika mereka berurusan dengan birokrasi
Begitu para birokrat melihat orang yang berkulit kuning, bermata sipit dan berambut lurus, mereka pasti akan memasukkannya ke dalam “kotak”
12/22
Pegawai kelurahan, pegawai imigrasi, pegawai kementerian, dan sebagainya akan serta merta melihat orang-orang ini sebagai kelompok yang siap ‘diperas’
Puncak dari pertarungan batin itu adalah apa yang disebut “Tragedi Mei 98”
13/22
Ketika itu toko-toko, kantor, dan harta milik etnis Tionghoa dirusak, dihancurkan dan dibakar
Semua itu membuat kelompok ini benar-benar terlempar pada kesadaran bahwa mereka tetaplah orang Tionghoa, tidak peduli apapun yang telah mereka perbuat
14/22
Tragedi Mei 1998 dikatakan telah menjadi sebuah relevasi yang meyakinkan bahwa cinta mereka seperti bertepuk sebelah tangan
15/22
Fakta menunjukkan bahwa dalam peristiwa itu, golongan etnis Tionghoa secara sistematis dan terorganisir dijadikan sasaran amuk massa
Sulit menolak jika dikatakan bahwa, peristiwa tragis itu memang diarahkan kepada keturunan Tionghoa
16/22
Dahulu, kata ‘CINA’ diciptakan oleh para ilmuwan atau sarjanawan untuk mengkhususkan sekelompok orang yang berasal, atau setidaknya mempunyai nenek moyang dari daratan Tiongkok
17/22
Ketika kata itu digunakan, mereka (etnis Tionghoa) akan memakainya untuk menafsirkan panggilan itu sebagai diri mereka sendiri
Mereka pun akan memiliki kesadaran diri sebagai ‘orang cina’, bukan sebagai orang Indonesia
18/22
Bagi penduduk lokal, dengan adanya kata panggilan itu ikut menebalkan kepercayaan mereka akan adanya ‘orang cina’ di tengah-tengah mereka
19/22
Dengan terus menggunakan kata CINA tersebut, secara tidak langsung, orang-orang yang masih terus menggunakannya hingga saat inilah yang sebetulnya telah menciptakan JARAK di masyarakat
Entah itu digunakan oleh orang Tionghoa sendiri, atau oleh penduduk lokal
20/22
Berkaca pada tragedi Mei 1998,
“Massa mungkin memang digerakkan oleh seorang provokator, namun massa tidak mungkin akan bergerak kalau tidak tersimpan rasa sentimen terhadap 'orang cina'. Harus ada ‘bahan bakar’ agar dapat dibakar”
21/22
✍️ Herman Tan
22/22
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Apanya yg ditakutkan dari paham komunisme? Takut tak beragama?
Hanya orang2 yg “buta huruf” dan “pikun sejarah” yg menganggap komunisme = orang2 yg tak percaya kepada Tuhan (atheis)
1/14
Tidak ada hubungannya antara komunisme dan atheisme
Karl Marx bukan anti-agama, ia hanya mengkritik keras para pelaku agama yg mandul dan gagal menggunakan agama sebagai “kekuatan revolusioner” untuk melawan kapitalisme
2/14
Marx geram dengan orang2 yg hanya memakai agama sebagai “topeng monyet” untuk melegitimasi politik dan menutupi “borok-borok” kekuasaan
TENTANG FREEMASON
.
.
.
Freemason awalnya adalah sebuah gerakan sosial dan filsafat untuk melawan dominasi gereja (Katolik) di jaman kegelapan Eropa dulu
1/25
Saat itu gereja memiliki kekuasaan absolut, semua raja2 di Eropa harus mendapatkan restu dari gereja sebelum mereka bertahta
Bahkan, siapapun yg mempertanyakan doktrin dan kewenangan gereja bisa dianggap heretic atau infidel (murtad/kafir)
2/25
Contoh yg paling terkenal adalah Galileo Galilee yg dikurung seumur hidup karena menyatakan "bumi adalah bulat"
Sebuah pemahaman yg berbeda dengan gereja saat itu yg percaya bahwa bumi adalah datar
Miris, melihat tayangan TV yang mengupas tentang tarif dakwah para ustad kondang yang mematok harga tinggi
Serta fenomena gaya hidup mereka yang terlihat hedonis dan demonstatif dengan kehidupan mewahnya
1/13
Lengkap dengan tayangan aktifitas hobi mereka yang gemar mengendarai mobil mewah, motor gede, hingga jalan2 ke manca negara, semua mencerminkan kehidupan papan atas
Gaya hidup yg memang benar2 mencerminkan selebritis
2/13
Namun, ada juga ustad kondang yang meskipun sering muncul dan berceramah di televisi, tapi mereka terlihat masih biasa saja, hidupnya sederhana, dan jarang mengumbar kehidupan pribadinya
ANAK MUDA & HTI
.
Siapa anak muda yg tak tau Felix Siauw? Dia dikenal sebagai seorang mualaf yg kemudian memeluk “akidah politik” tertentu, yaitu keyakinan bahwa mendirikan khilafah adalah kewajiban agama
Akidah politik ini diperjuangkan oleh kelompok yg bernama HTI
1/16
Sejak pemerintah melarang HTI, tekanan terhadap para aktivis HTI meningkat tajam
Hampir semua kekuatan2 Islam yg dominan, terutama NU dan Muhammadiyah, melakukan tekanan secara intelektual maupun sosial atas kelompok ini
2/16
Secara nasional nyaris ada semacam kesepakatan (tentu saja yang tidak sepakat ada juga, tetapi jumlah mereka lebih kecil) bahwa kelompok ini merupakan ancaman atas eksistensi NKRI, dan karena itu langkah waspada harus diambil untuk menhadapinya