Ada yang pernah berpikir begitu? Atau, misalnya, kenapa harus hip-hop? Kenapa bukan hop-hip? Atau kenapa zig-zag, bukan zag-zig? Atau ... tip-top, bukan top-tip? Ping-pong, bukan pong-ping? Chit-chat, bukan chat-chit?
Kadang, pertanyaan-pertanyaan semacam ini melintas secara tiba-tiba tengah malam, dan ya ... akhirnya saya enggak bisa tidur dan mencoba mencari tahu karena saya enggak suka dengan jawaban “terima saja, memang sudah dari sananya”.
Ternyata jawabannya memang berkaitan erat dengan linguistik.
Hal semacam ini memang merupakan bentuk reduplikasi dalam bahasa Inggris. Namun, sebagian besar orang memang tidak mempertanyakan ini, apalagi penutur jati bahasa Inggris itu sendiri.
Yang jelas, kalau ada yang bilang tac tic. Selain itu, tak akan ada yang mau buat tandingan Kit Kat dengan nama “Kat Kit”. Siapa pun tahu bahwa itu salah. Namun, mengapa?
Dalam aturan reduplikasi bahasa Inggris, ada kata-kata yang mengubah konsonan, seperti lovey-dovey, fuddy-duddy, atau nitty-gritty, ada pula bentuk yang mengubah vokal.
Aturannya sebagai berikut:
1. Jika terdapat tiga kata yang direduplikasi, urutan vokalnya harus I, A, O.
2. Jika ada dua kata, yang pertama HARUS vokal I dan yang kedua adalah A atau O.
Contoh:
Ding-dang-dong, mish-mash, chit-chat, dilly-dally, shilly-shally, tip top, tick tock, hip-hop, flip-flop, tic tac, sing song, ding dong, King Kong, ping pong.
Pertanyaan selanjutnya, kenapa “green little sweet apple” terdengar aneh?
Pertanyaan ini juga sering mengganjal dalam pikiran saya.
Siapa pun yang telah lama belajar bahasa Inggris tentu tahu bahwa frasa green little sweet apple itu aneh. Yang benar: sweet little green apple. Atau, tokoh Si Kerudung Merah (The Little Red Riding Hood) tidak pernah disebut The Red Little Riding Hood. Kenapa?
Ternyata, kata sifat dalam bahasa Inggris harus mengikuti urutan ini:
opini-ukuran-usia-bentuk-warna-asal-bahan-tujuan + kata benda.
Jadi siapa pun dapat memiliki lovely little old rectangular green French silver whittling knife, tetapi kalau urutan tersebut diacak, misalnya little lovely old green rectangular silver whittling French knife, penutur jati bahasa Inggris akan tahu bahwa itu salah.
Tiap penutur jati bahasa Inggris terbiasa menggunakan urutan tersebut, tetapi tidak ada yang dapat menuliskan urutannya.
Lantas, kenapa yang benar Big Bad Wolf?
Berdasarkan aturan susunan kata sifat tersebut, seharusnya yang benar Bad Big Wolf, dong? Kalau kita ubah dengan frasa lain, kita tentu akan mengatakan dengan spontan evil little cat, bukan little evil cat.
Salah, dalam hal ini Big Bad Wolf mengikuti aturan sebelumnya: I-O-A.
Jadi, siapa pun yang bilang Bad Big Wolf pasti akan terdengar aneh.
Sampai sini, setidaknya saya merasa linguistik memang menarik.
Seluruh penjelasan ini saya dapatkan dari buku The Elements of Eloquence: How to Turn the Perfect English Phrase karangan Mark Forsyth. Masih banyak hal menarik lain dalam buku ini, tetapi dua hal tadi bisa dibilang favorit saya.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Seperti yang saya janjikan, silakan bergabung kalau tertarik. Kelas ini sepenuhnya gratis (sayang Zoom-nya tidak terpakai). Kapasitas tiap sesi 500 orang. Mulai Kamis, 6 Mei 2021.
Mana yang disebut nama sekolah? SD 05 Sukamaju, misalnya. Itu NAMA sekolah, tetapi SD itu sendiri bukan nama. Karena itu kepanjangan-nya tidak ditulis dengan huruf kapital.
Apakah KTP itu nama kartu? Bukan, itu CUMA JENIS kartu. KTP hanyalah jenis dokumen penanda identitas berbentuk kartu. Karena itu, kartu tanda penduduk hanyalah JENIS kartu.
Salah satu “masalah” jurnalis saat ini adalah sering kali “mengaku-ngaku” mewawancarai narasumber, padahal cuma mengutip dari siaran pers. Ini sering terjadi dan sudah jadi kebiasaan. Mengapa? Karena si editornya pun tidak peduli. Padahal, yang seperti ini termasuk pembohongan.
Loh, kok pembohongan? Iya dong, mengeklaim sesuatu yang tidak dilakukan itu berarti kan pembohongan sekalipun “tidak langsung”.
Coba perhatikan, kalau kita menuliskan “kata”, “ucap”, “komentar”, dsb., setelah kutipan langsung, itu berarti kita mewawancarai langsung si narasumber. Tidak harus bertemu langsung, bisa jadi lewat saluran telekomunikasi. Yang jelas, tidak melalui perantara.