Dalam kitab Mukâsyafatu al-Qulûb Imam Al-Ghazali bercerita:
Ada seseorang yang melaksanakan shalat. Ketika ia sampai pada bacaan “hanya kepada-Mu aku menyembah (iyyâka na’budu)", terdengar suara lirih yang mengatakan kepadanya, “tidak.
Engkau tidak menyembah Sang Khalik, tapi engkau menyembah makhluk!” Seketika itu ia menghentikan shalatnya dan mulai menjalani hidup menyendiri (uzlah).
Ia shalat lagi, dan ketika sampai pada bacaan “hanya kepada-Mu aku menyembah (iyyâka na’budu)", terdengar suara lirih, “tidak. Engkau tidak menyembah Tuhanmu, tapi engkau menyembah hartamu!” Ia lantas menyedekahkan semua hartanya.
Setelah menyedekahkan hartanya, ia mulai melaksanakan shalat. Ketika sampai pada bacaan “hanya kepada-Mu aku menyembah (iyyâka na’budu)", terdengar suara lirih yang menyatakan, “tidak. Engkau tidak menyembah Tuhanmu, tapi engkau menyembah pakaianmu!”
Tak ayal, ia segera menyedekahkan semua pakaiannya kecuali sekadar yang ia pakai.
Merasa sudah melepas semuanya, ia segera melaksanakan shalat. Ketika sampai pada bacaan “hanya kepada-Mu aku menyembah (iyyâka na’budu)", terdengar suara lirih yang terakhir, “kali ini engkau benar-benar telah menyembah Allah!’
Kitab Mukâsyafatu al-Qulûb adalah kitab tasawuf yang ditulis oleh Imam Ghazali. Dalam tasawuf, pesan-pesan yang disampaikan sering menggunakan ungkapan metaforik dan menohok.
Perlu renungan lebih jauh untuk memahaminya dengan baik agar sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi dan psikologi orang yang serius menjalankan laku tasawuf.
Pesan-pesan dalam tasawuf selalu tidak mudah untuk ditular-nalarkan kepada orang lain, namun jauh lebih berguna jika dihayati sebagai jalan spiritual untuk diri sendiri.
Daripada sering memaki dan bertindak arogan (intoleran) atas nama Tuhan yang suci, jauh lebih baik selalu bersikap mawas merawat batin ini dan terus meningkatkan spiritualitas dalam beragama. Inilah pentingnya ilmu tasawuf.
Ramadhan kariiim…
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Anas ibn Malik meriwayatkan hadis tentang sahabat yang bertubuh cebol bernama Zahir ibn Haram. Zahir tinggal di desa, bukan di kota bersama Rasulullah dan sahabat lainnya. Zahir rajin mengunjungi Rasulullah dan selalu membawakan buah tangan dari desanya.
Sebaliknya, jika Zahir hendak pulang, Rasulullah selalu membekalinya dengan oleh-oleh. Karena proses interaksi yang baik ini, Rasulullah pernah berkata, “Zahir adalah orang desa bagi kita, dan kita orang kota bagi Zahir.”
Pernah terjadi kisah menarik antara Rasulullah dan Zahir, tepatnya kisah humor. Suatu hari Zahir sedang berdagang di pasar dan berteriak menjajakan barang dagangannya. Ketika itu Rasulullah datang dari arah belakang Zahir.
Pemuda itu selalu tenggelam dalam perasaan rindu. Ia rindu akan kebenaran. Ia seberangi lautan dan ia daki gunung untuk menemukan kebenaran. Bertahun-tahun mengembara untuk menemukan kebenaran sampai usia menua.
Banyak penderitaan dan kesengsaraan yang ia alami selama masa pengembaraan.
Wajahnya tampak sedih. Di usianya yang sudah uzur itu, ia belum berhasil menemukan kebenaran. Dengan perasaan duka, ia memutuskan untuk kembali ke rumahnya.
Butuh waktu yang lama untuk dapat pulang ke rumah karena pengembaraannya telah sedemikian jauh.
Dalam bahasa Arab hati disebut qalbu yang juga sering diartikan sebagai sebongkah daging dalam dada manusia. Tapi, bukan hati dalam pengertian seperti ini yang ingin saya jelaskan, melainkan hati sebagai kesadaran bathin manusia.
Hati sebagai kesadaran bathin memiliki lima lapisan. Lapisan pertama disebut BASHIRAH yang berarti mata hati. Tugas bashirah adalah membedakan baik-buruk, benar-salah, hak-batil.
Pengetahuan dr bashirah kemudian dikirim kpd lapisan hati kedua yg disebut DHOMIR. Dhomir adalah sumber moralitas yang tugasnya hanya satu dari dua: lakukan atau jangan lakukan. Yg baik, yang benar, dan yang hak, lakukanlah. Yang buruk, yang salah, dan yang batil, jangan lakukan.
Dia guru yang sangat dihormati dan dimuliakan. Setiap hari banyak orang berdatangan kepadanya untuk meminta nasihat dan doa. Namun, ia punya seorang tetangga yang selalu mengecam dan mengkritiknya.
Orang-orang benci pada tetangga guru itu. Orang yang sangat mereka hormati dan muliakan, selalu dicibir dan dicela oleh tetangganya. Di dalam hati, mereka ingin sekali melihat pencela dan pencibir itu celaka atau bahkan mati.
Benar saja; suatu hari sang tetangga itu meninggal dunia. Secara lahiriah orang-orang menunjukkan sikap turut berduka-cita karena kematiannya, tapi dalam hati mereka mensyukurinya. Bagi mereka, tetangga itu adalah begundal atau setan dalam bentuk manusia.
Dalam pengajian online beberapa hari yang lalu, ada jamaah yang tanya: apa tanda-tanda orang yang mendapatkan Lailatul Qadr?
Jawab: sebenarnya kita semua sudah mendapatkan apa yang turun pada Lailatul Qadr, yaitu Al-Quran (Sesungguhnya Kami telah menurunkannya [Al-Qur'an] pada Malam Kemuliaan. (QS. A-Qadr). Malam itu disebut Malam Kemuliaan karena turunnya Al-Qur'an. Apa lagi yang kalian cari?
Kalau mau mendapatkan keagungan yang nilainya lebih dari ibadah seribu bulan, ya silakan anda membaca, memahami dan mengamalkan Al-Quran.
Yulianti Muthmainah, Ketua Komunitas Aisiyah ITB Ahmad Dahlan Jakarta, menyampaikan pendapat bahwa perempuan sedang haid tidak dilarang berpuasa.
Pendapat ini ia sampaikan
dalam diskusi online yang diadakan oleh Pusat Studi Islam, Perempuan dan Pembangunan Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD) Jakarta bersama Komnas Ulama Perempuan Indonesia (KUPI).
Secara pribadi saya sangat menghargai pendapat Yulianti ini. Ia mendasari pendapatnya dengan argumentasi sebagai berikut. 1. Menurutnya, dalam Al-Quran tidak ada larangan perempuan haid untuk berpuasa.