Thread by @ProfesorZubairi

Malam.

Saya mau berbagi tentang lupus kembali. Kali ini tentang lupus yang dialami laki-laki.

Dari data, lupus dialami perempuan sekitar 90 persen pada usia 15-40 tahun. Persentase ini menurun dengan meningkatnya usia. Namun, bukan berarti laki-laki tidak dapat terkena.
...

Total jenderal, 22 persen kasus lupus terjadi pada laki-laki. Di Indonesia, odapus (orang dengan lupus) laki-lakinya mencapai 7 persen dari total pasien.

Data ini memastikan tidak benar lupus itu penyakit eksklusif perempuan. Lupus bisa kena siapa saja, termasuk anak-anak.

Syahdan, beberapa pengamatan pada hewan di penelitian menunjukkan adanya kaitan erat antara hormon seksual dengan patogenesis (kelainan) SLE (systemic lupus erythematosus).

Sementara itu, pada manusia sudah banyak bukti yang terdokumentasi bahwa lupus semakin aktif selama masa kehamilan, setelah persalinan, dan pada saat menstruasi.

Kenapa lupus aktif pada masa itu? Karena perubahan hormon yang terjadi secara cepat pada masa-masa tersebut.

Selain itu, lupus juga erat diasosiasikan dengan alat kontrasepsi hormonal (yang mengandung hormon estrogen).

Tetapi, karena odapus laki-laki tak menunjukkan kadar estrogen abnormal dalam tubuhnya, tampaknya estrogen tidak bisa dianggap sebagai faktor pencetus satu-satunya.

Manifestasi lupus pada laki-laki sebenarnya tidak terlalu beda dengan perempuan.

Tapi, beberapa penelitian didapati melaporkan hasil yang bervariasi. Yaitu kemerahan kulit pada pipi lebih banyak ditemukan pada perempuan.

Sementara, anemia hemolitik, gejala neurologis seperti kejang, dan antikoagulan lupus positif lebih banyak ditemukan pada laki-laki.

Antikoagulan lupus adalah zat antibodi dalam tubuh yang menyebabkan peningkatan risiko terjadinya pembekuan darah yang dapat menyumbat pembuluh darah.

Hal ini memudahkan timbulnya strok atau bekuan di pembuluh darah balik tungkai pada odapus.

Dari pengalaman saya, baik odapus laki-laki maupun perempuan, keduanya mengalami masalah yang praktis sama beratnya.

Kelelahan yang tidak diketahui sebabnya, nyeri sendi, kemerahan pada kulit dan tidak tahan paparan sinar matahari. Hal ini dialami keduanya.

Yang lain, seperti risiko pada ginjal, paru, jantung dan otak juga dialami oleh odapus laki-laki, sama seperti odapus perempuan. Tidak terlalu beda.

Memang. Belum begitu banyak yang diketahui mengenai lupus pada laki-laki.

Mungkin sekali karena sebagian besar kasus adalah perempuan.

Namun, studi-studi mutakhir menunjukkan bahwa laki-laki dewasa yang sakit lupus mempunyai tingkat kematian yang lebih tinggi pada tahun pertama dibandingkan perempuan dewasa.

Ini menandakan perjalanan lupus pada laki-laki sebenarnya lebih kompleks dibandingkan pada perempuan.

Selain itu, semakin banyak bukti bahwa odapus laki-laki lebih sering mengalami kejang demam, anemia (Hb rendah), serta lupus antikoagulan yang bisa mengarah pada thrombogenesis (proses koagulasi dalam pembuluh darah berlebihan sehingga menghambat aliran darah).

Di sisi lain, laki-laki tampaknya memiliki kemungkinan lebih kecil mengalami Sjögren syndrome, yakni salah satu jenis autoimun yang ditandai dengan mata dan mulut kering--sering disertai gangguan lain seperti rheumatoid arthritis.

Sebuah studi lain terhadap 50 pasien laki-laki dengan SLE melaporkan bahwa adanya prevalensi lebih rendah untuk masalah neurologis, trombositopenia dan alopecia (kerontokan rambut) pada laki-laki dibanding perempuan.

Akan tetapi, pleuritis alias peradangan pada selaput pembungkus organ paru-paru, lebih banyak terjadi pada odapus laki-laki.

Namun, laki-laki lebih sedikit mengalami serosistis (peradangan pada lapisan dalam paru maupun jantung [perikarditis]) pada awal sakit.

Meskipun masih banyak pengetahuan yang belum terungkap tentang lupus pada laki-laki, namun satu hal yang pasti: lupus hampir pasti tidak memengaruhi fungsi reproduksi laki-laki.

Artinya, lupus tidak memengaruhi seksualitas maupun kemampuannya untuk menjadi ayah biologis.

Akan tetapi, ada beberapa jenis obat seperti siklofosfamid (Cytoxan®) yang memengaruhi jumlah sperma. Karena itu penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter yang merawat.

Terima kasih.