Kasus reinfeksi atau infeksi ulang Covid-19 yang muncul belakangan, termasuk salah satu artis, sebenarnya memberitahu hal ini:
Kita tidak dapat mengandalkan kekebalan yang diperoleh dari infeksi alami untuk sebuah kekebalan kawanan alias herd immunity.
Gelombang baru pandemi di berbagai negara juga memberi tahu kita bahwa kekebalan kawanan memang belum sepenuhnya tercapai. Hal itu menguatkan temuan-temuan yang menyatakan bahwa varian baru dapat lolos dari kekebalan infeksi alami.
Perlu juga dicatat. Beberapa studi menunjukkan kalau infeksi ulang Covid-19 justru mengakibatkan penyakit yang lebih buruk daripada infeksi pertama.
Temuan studi itu mengingatkan kita agar praktik protokol kesehatan harus tetap dilakukan meski statusnya sebagai penyintas.
Dengan munculnya kasus-kasus reinfeksi, maka akan jadi kunci kita untuk memahami vaksin mana yang mampu memberikan kekebalan kawanan.
Yang jelas, vaksin yang ada saat ini mungkin tidak mencegah infeksi ulang, tapi bisa mencegah penyakit yang serius dan mematikan.
Terima kasih
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Saya ingin berbagi cerita tentang masa kecil yang tak terlupakan: tarawih di Sekolah Rakyat (SR) Muhammadiyah Ngupasan, Yogya atau di pelataran Masjid Gede, Kauman.
Salatnya mungkin biasa saja. Yang tak biasa ya kenakalan kami yang bikin kesal para guru dan marbot.
Yang istimewa dari tarawih itu karena adanya sesi teatrikal tentang kisah-kisah Winnetou dan Old Shatterhand yang dibawakan dengan sangat hidup oleh seorang kakak senior di lingkungan kami. Catat, dibawakan, bukan dibacakan.
Kakak senior itu hafal betul kisah sosok rekaan Karl May, seorang pengarang asal Jerman yang lahir hampir seratus tahun sebelum saya lahir itu.
Cara dia bercerita kisah-kisah petulangan Winnetou sungguh hidup, membuat kami yang masih kecil jadi tersihir.
Hari Tuberkulosis (TB) Sedunia dan TB tidak pergi ke mana-mana ketika pandemi Covid-19 melanda. Yang jelas, pengobatan pasiennya terganggu, petugas kesehatan teralihkan dan sistem kesehatan di beberapa negara kewalahan.
Sebuah utas…
Meski TB telah ada sejak zaman firaun, satu-satunya vaksin yang disetujui telah berusia 100 tahun dan tidak sepenuhnya berfungsi, terutama pada orang dewasa.
Pengobatan lini pertama TB juga sudah berusia beberapa dekade, dan resistansi obat terus meningkat. Mengkhawatirkan.
Sampel TB paling kuno diketahui terdapat pada mumi firaun yang hidup 2.000 tahun silam. Mumi itu dicek seluruh DNA-nya dan para ahli menemukan DNA mycobacterium pada tulang belakangnya.
Ada wacana sertifikat vaksin Covid-19 akan digunakan sebagai syarat bepergian ke luar kota atau naik transportasi publik seperti pesawat terbang.
Apakah kita benar-benar membutuhkan sertifikat vaksin Covid-19 ini?
Berikut jawaban saya:
Ini wacana menarik. Bayangan saya, calon penumpang pesawat harus menunjukkan sertifikat vaksin pada bagian kontrol dan tak ada lagi testing atau karantina pada saat kedatangan.
Padahal, kita belum tahu, sejauh mana vaksin mencegah penerimanya untuk menularkan virus korona.
Sebab itu, sebelum muncul kebijakan ini, kita harus tahu dulu, kapan orang itu akan terlindungi dari infeksi setelah divaksinasi.
Apakah jika sekarang divaksin, besoknya kebal? Kan tidak. Seminggu? Belum juga. Sebulan? Itu baru muncul kekebalan yang lumayan.
Sedang ramai soal vaksin Covid-19 AstraZeneca yang diduga menyebabkan pembekuan darah. Alhasil, sejumlah negara di Eropa menangguhkan pemakaian vaksin itu.
Bagaimana dengan Indonesia? Dan, apakah benar AstraZeneca menyebabkan pembekuan darah?
Ini jawaban saya:
Yang terang, WHO telah menyatakan bahwa tidak ada hubungan sebab akibat antara vaksin AstraZeneca dan pembekuan darah.
Mereka saat ini sedang meninjau data-datanya. Kita tunggu saja bagaimana nanti perkembangannya.
Penting dipahami, penangguhan AstraZeneca yang dilakukan sejumlah negara itu, karena mereka sedang meneliti data-data kematian di sana. Bukan menolak.
Dus. Tidak ada pengaruhnya juga di Indonesia. Karena vaksin ini sudah melalui uji klinis yang baik. Bisa dilihat studinya.
Sebanyak 48 kasus mutasi N439K telah terdeteksi di Indonesia. Kemudian, apa yang harus kita ketahui tentang varian N439K ini?
Ini penjelasan saya:
Varian N439K diduga muncul dua kali secara terpisah. Pertama kali itu di Skotlandia. Pada waktu awal pandemi. Lalu, kali kedua, dengan jangkauan lebih luas di Eropa—dan saat ini sudah sampai Indonesia.
N439K ini awalnya dianggap menghilang saat lockdown diberlakukan di Skotlandia. Tapi justru muncul di Rumania, Swiss, Irlandia, Jerman dan Inggris. Dus, mulai November tahun lalu, varian ini dilaporkan menyebar secara luas.