Halo...
Setelah sebulan penuh libur akhirnya ada cerita lagi yg masuk. Sementara cerita pendek2 dulu. Yg panjang masih disimpan kalau sudah sempat. Seperti biasa akan coba ditulis secepat mungkin.
2001
ADA satu orang anak di kelasku yg kala itu terlihat paling aneh. Dia yg mau aku ceritakan. Alif namanya. Anak pendiam yg suka duduk di pojok ruang kelas. Oh iya, namaku Tika. Waktu itu aku baru duduk di bangku kelas 1 SMP. Saat aku mengenal Alif
Alif ini tak pernah fokus ketika diajak bicara. Dia lebih banyak diam di kelas. Kata teman2 dia ini termasuk anak yg punya kemampuan khusus melihat hal2 gaib. Tapi saat itu aku tidak terlalu percaya. Hantu2 menurutku hanya ada di dalam cerita2 horor atau film.
Sampai suatu hari sebuah kabar buruk menimpa temanku,Linda. Dia mengalami kecelakaan saat akan berangkat ke sekolah. Kata wali kelas, Linda dan bapaknya tertabrak angkot yg sedang melaju kencang. Bapaknya selamat, tapi Linda yg saat itu tidak menggunakan helm mengalami luka parah
Hari itu, jam belajar sekolah tak dilanjutkan sampai usai. Wali kelas mengajak anak2 di kelas untuk takjiyah ke rumah Linda. Aku yg waktu itu sangat dekat dengan Linda merasakan kesedihan yg sangat dalam. Aku terus menangis dari sekolah sampai ke rumah Linda
Semua temanku juga menangis saat itu. Kecuali Alif. Dia tampak menyendiri duduk di ujung rumah Linda. Seperti sedang berbicara dengan seseorang.
Esoknya kelas berjalan seperti biasanya. Bangku Linda yg ada di belakangku kosong. Beberapa teman masih ada yg membicarakan kematian Linda. Aku juga masih merasakan kehilangan. Biasanya Linda ada di belakangku, mencoleku ketika akan meminjam pensil atau rautan.
Di tengah pelajaran sejarah yg sedang berlangsung, aku sesekali menoleh ke belakang. Aku merasa diawasi. Tapi yang aku lihat di belakangku hanya bangku kosong, dan temanku yg sibuk mencatat di belakangnya. Aku kembali meneruskan pekerjaanku. Tapi lagi2 ada perasaan diawasi
Aku menoleh ke arah Alif. Dia melihat tajam ke arahku, matanya seperti menatap ke bangku kosong yg ditinggalkan Linda. Aku merasa tidak nyaman sebenarnya, tapi ya sudahlah. Alif memang sering memandang tidak jelas seperti itu
Jam pelajaran pertama dan kedua sudah lewat. Tinggal dua jam pelajaran lagi sebelum pulang sekolah. Aku kembali mengamati Alif di dalam kelas. Aku berpura2 menempelkan tanganku di pipi, lalu ekor mataku melirik Alif. Ternyata Alif masih menatap tajam ke arahku!
Setelah jam pulang sekolah, aku mulai tak sabar. Kudatangi Alif yang berjalan paling belakang setelah semua teman di kelas keluar.Alif gugup melihatku mendekatinya.
"Kamu kenapa melihatku seperti itu Lif!" kataku langsung didepanya.
Mata Alif melihatku terkejut. "gak apa-apa Tik"
"jangan bohong,dari tadi kamu melihat ke aku.Bilang kalau gak suka!"sahutku lagi.Tubuh Alif yg jauh lebih kecil dariku itu kemudian tiba-tiba mendekat. Alif berbisik ke telingaku."Ada Linda".Aku langsung melangkah mundur. Kubentak lagi Alif. Aku tak terima dia berkata seperti itu
Alif seperti paham dengan apa yg ada dipikiranku, dia mendekatiku lagi dengan posisi tubuh menunduk. "besok datang lebih pagi. Jam setengah 6. Nanti kamu tahu" bisik Alif lagi, dia lalu berlari ke luar kelas meninggalkanku. Aku masih merasa marah campur bingung saat itu
Kulirik sekeliling, sudah tidak ada orang di kelas. Entah kenapa ada perasaan takut tiba2 melihat kelas sepi. Apalagi setelah melihat posisu kursi Linda yang tiba2 sudah mundur dari posisi awalnya. Aku langsung ikut berlari ke luar kelas. Mencari angkutan untuk pulang
Pagi harinya, aku ikuti kemauan Alif. Sebenarnya aku bingung, tapi ada rasa penasaran juga. Ayahku kuminta mengantar ke sekolah pukul 05.15. Aku beralasan ada les tambahan dari guru. Di sekolah suasana masih sangat sepi, hanya penjaga yang terlihat masih menyapu halaman
"Tumben pagi mbak Tika," kata Pak Kamto menyapaku. Aku hanya tersenyum saja sambil berlari ke arah kelas. Disana kelas masih benar2 sepi. Tidak ada orang sama sekali. Tapi pintunya sudah terbuka. Entah kenapa aku seperti takut masuk ke dalam kelas. Akhirnya aku memilih menunggu
Kusandarkan tubuhku di tembok kelas sambil melirik ke arah lorong. 10 menit kemudian Alif datang dengan langkah pelan. Dia melihatku, tapi tanpa eksperi sama sekali. Begitu sampi di depanku, Alif lagi2 mendekatkan mulutnya di telingaku. "Kita tunggu di sini ya" bisiknya
Jempol Alif lalu menyentuh bagian belakang leherku. Anehnya aku yang biasanya tak suka sembarangan disentuh, memilih diam. Alif mengajakku berjalan sedikit menjauh. Di dekat pohon besar yang tetap bisa menatap ke arah lorong kelas. tempat siswa-siswa datang.
5 menit berlalu, salah satu teman sekelasku mulai datang. Si juara kelas yg memang biasanya datang paling pagi. Lalu satu dua orang mulai datang. Sampai akhirnya datang siswa ke empat. Nafasku langsung mendadak berat. Kakiku tiba2 terasa dingin
Aku melihat siswa dengan seragam putih biru. Seharusnya hari ini semua siswa menggunakan baju batik. Tapi siswa ini menggunakan baju putih biru. Semakin dekat, aku semakin mengenalnya. Ya, dia Linda. Datang dengan wajah pucat dan baju putih yang terciprat noda darah
Tubuhku semakin kaku ketika Linda berjalan semakin dekat ke arah kelas.Kulihat jelas bagaimana kepala Linda yang luka pesok sebelah,sehingga alis mata kirinya masuk ke dalam.Dia berjalan lurus seolah mengabaikan semuanya. Sesaat sbelum masuk ke dalam kelas, Linda menoleh kepadaku
Mulutnya seolah mengatakan sesuatu, tapi tak ada suara yg keluar. Aku menahan kaku, antara takut dan heran dengan situasi yg aku rasakan. Linda lalu tersenyum dengan raut bibir yg belum pernah aku lihat sebelumnya. Linda lalu masuk ke dalam ruang kelas, mengikuti siswa lainya
Di dalam kelas, aku memilih duduk dengan Alif. Siswa kelas mulai berdatangan. Jari alif masih menyentuh tengkukku. Ini membuatku bisa melihat Linda yang duduk di kursinya. Linda menatap lurus ke arah papan tulis sesekali tanganya tampak mengacung ke arah guru. seperti biasanya
Hari itu matahari cukup cerah sebenarnya, tapi sejak tangan alif menyentuh tengkukku, cahaya di dalam kelas seolah menjadi temeram. Aku pun menyapu pandangan ke sudut kelas yg lain. Ternyata tak hanya Linda yg menjadi sosok gaib yg bisa aku lihat. Di dekat pintu, ada sosok lain
Wujudnya seorang anak laki2 seumuranku. Dengan seragam sekolah yg terlihat lusuh. Kelopak matanya tampak hitam, dia berdiri di sebelah temanku Atim yg duduk di bangku depan. Anak dengan wajah pucat itu meniup niup telinga Atim. Mata atim tampak mengantuk setelah ditiupi
Ternyata ini alasan kenapa Atim selalu mengantuk saat dikelas. Seperti tahu diperhatikan, anak berwajah pucat itu menatapku, lalu tersenyum. Tak lama dia kembali lagi meniupi telinga Atim.
aku merasakan sensasi yang tidak nyaman saat itu. Antara demam dan kedinginan. Aku kembali menoleh ke arah Linda. Dia masih di sana. Duduk menghadap ke arah papan tulis. Darah dikepalanya masih mengalir membasahi seragamnya. Aku tak berani menatap lama-lama
kutoleh Alif, kuberi isyarat untuk melepas tanganya. Alif tersenyum mengangguk. Tak sengaja, mataku menatap sesuatu yang ternyata sudah lama berdiri di belakang Alif. Dari awal aku mengira itu hanya bayangan. Sesuatu yang gelap, mataku terus mengikuti ke atas.
Sebuah wajah kecil yang menjadi puncak bayangan hitam itu ada di atas langit-langit. Aku hampir menjerit melihat wajah putih dengan dengan senyum dingin itu menatapku. Tapi Alif melepas tanganya lebih cepat. "Yang itu jangan dilihat, itu jahat,"Bisik Alif di telingaku
Seketika susana kelas kembali cerah seperti biasa. Tidak ada Linda di tempat duduknya. Bangku itu kosong. Anak yang tadi berdiri di samping Atim juga tak ada. Pandanganku kembali normal. Kulirik Alif yang membalas tatapanku dengan anggukan
Jam pulang sekolah tiba. Aku memilih tetap berjalan bersama Alif. Entah kenapa setelah melihat beberapa kejadian tadi aku merasa lebih nyaman di dekatnya. "Kamu mau lihat Linda lagi,?" Alif bertanya setelah keluar dari kelas. Aku mengangguk.
Dengan bantuan Alif, aku bisa melihat Linda yg berjalan di antara rombongan anak2 di kelas. Wajahnya menatap kosong lurus ke depan. Luka dikepalanya, dan darah menetes seolah tak dirasakanya. Di depan gerbang sekolah. Linda berhenti. Biasanya dia menunggu jemputan di sana
Aku berdiri agak jauh sambil terus melihat Linda yg berdiri menunggu sesuatu.sampai anak2 sekolah mulai sepi, Linda masih berdiri termangu disana. "Aku mau pulang saja Lif. Kasihan Linda.," kataku ke Alif. Tangan Alif menyingkir dari tengkukku, semua pemandangan kembali normal
Esok harinya semua berjalan normal. Aku sengaja tak meminta Alif melakukan hal yang sama. Karena ternyata cukup mengganggu mentalku. Semalaman aku bermimpi buruk, beberapa kali Linda seperti mengajaku bicara, tapi aku terus berlari ketakutan.
Sampai hari ke enam setelah kecelakaan yg menimpa Linda, aku mulai sedikit lupa dengan semua kejadian yg Alif perlihatkan kepadaku. Sampai di jam kedua sekolah, aku mulai merasakan hal2 aneh. Seperti ada orang yg terus berusaha memanggilku dari belakang. Aku menoleh.
Kulihat Alif dari bangkunya seperti memberi kode mengangkat alis. Tapi aku tak paham apa maksudnya. Telingaku juga beberapa kali merasa seperti ada yang meniup niup dari belakang. "apa mungkin Linda yang meniupiku" batinku
Karena tak sabar, begitu guru keluar kelas untuk berganti dengan guru selanjutnya, aku langsung pindah ke samping Alif. Tangan Alif langsung berpindah ke leherku. Pandanganku langsung kuarahkan ke bangku di belakang kursiku tadi. Bangku itu kosong. Tidak ada Linda di sana
Mataku lalu melirik ke arah belakang, ternyata Linda ada di dinding. Tubuhnya seperti dibekap jaring2 laba2 berwarna hitam. Wajah Linda seperti ketakutan. "Lif, gimana Lif" kataku spontan. Alif hanya menggeleng. Dia tersenyum aneh. "gak usah ikut urusan Tik, belum waktunya"
Aku bingung dengan jawaban Alif. Tubuh Linda kulihat masih menempel, jaring itu ada disemua dinding belakang. Ketika aku akan melihat ke atas, lagi2 Alif menarik tanganya. Sehingga aku tak melihat apa2.
Setelah bel istirahat berbunyi, Alif menarikku keluar kelas. Dia mengajaku berjalan ke arah lapangan sekolah yg ada di sisi belakang. Selama berjalan, Alif yg selama ini irit bicara, menasehatiku. Dia bilang, jika tak perlu ikut campur dengan urusan gaib, meskipun bisa melihatnya
Alif lalu menunjuk kolam ikan tua yg ada di belakang sekolah. Dekat dengan lapangan. Setelah jari Alif menyentuh Leherku, kolam ikan itu berubah. Ukurannya menjadi lebih luas. Di dalam kolam ada lima atau enam orang anak seumuranku. Mereka menggunakan seragam sekolah
Tapi dari modelnya seragam itu seperti seragam lama. Mungkin generasi ke 5 atau 10 di atasku. Mereka meringkuk kedinginan di tengah kolam.Mata mereka tampak kosong, sampai akhirnya salah satu dari mereka melihatku.Dia langsung beranjak mendekatiku. Anak laki2 itu setengah berlari
Belum sampai pinggir kolam, tiba2 air kolam bergolak. Anak laki2 itu langsung ketakutan menoleh ke kanan dan kiri. Air kolam itu mendadak meninggi. Tubuh anak laki2 itu seperti tertarik ke belakang. Wajahnya menangis, tapi tidak ada suaranya.
Lalu dari dalam golakan air muncul tubuh ular yang cukup besar. Badanya memenuhi semua sudut kolam. Keenam anak itu menangis, tubuh ular besar melilit mereka. Di sudut kolam berlumut itu lalu muncul pemilik tubuh. Ternyata seorang wanita tanpa pakaian. Setengah tubuhnya ular
"jangan dilihat wajahnya" kata Alif tiba2 sambil melepas tanganya. Kolam besar di depanku kembali menjadi kolam ikan berlumut. Alif lalu mengajakku kembali ke kelas. Sambil berjalan, Alif mengatakan lagi kalau tidak semua urusan dengan mahluk gaib harus diselesaikan
Seperti anak2 di kolam tadi. Anak2 itu kata Alif menjadi korban pemilik kolam. Secara fisik bisa terlihat karena kecelakaan. Tapi jiwa anak2 itu sebenarnya tertahan di sana. Karena kesalahan yg pernah mereka buat. "tapi tenang saja, Linda tidak akan seperti mereka.-
Besok dia akan pulang ke tempatnya," kata Alif sambil tersenyum.
Malam harinya, aku kembali bermimpi didatangi Linda. Kali ini dia datang dengan wujud normal. Persis seperti sebelum dia kecelakaan. Linda mengajaku duduk di sebuah taman." Ini tempat orang2 menunggu Tik" kata Linda
"menunggu apa Lin? Kok banyak orang di taman," aku bertanya ke Linda di mimpi itu. Linda hanya tersenyum. Dia lalu menunjuk sebuah jalan yg tak terlihat ujungnya. Beberapa orang di taman berjalan ke arah jalan itu. Linda lalu memegang tanganku, meminta maaf atas kesalahanya
Dia juga berpesan agar menyampaikan salam untuk kedua orang tuanya, karena tidak bisa memenuhi impian mereka berdua. Tak lama Linda lalu pergi ke arah jalan yang tak berujung itu. Aku terbangung dengan kondisi nafas naik turun.
Sesaat setelah bangun,aku sempat mencium bau parfum yg biasa dipakai Linda. Aku sempat menangis setelahnya.
Di sekolah, aku sempat sekali lagi meminta Alif membantuku melihat bangku Linda.Bangku itu kosong, tak ada sosok Linda di sana."sudah pergi dia Tik,doakan saja,".
Selesai
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
SUARA resleting tas dan langkah kaki anak-anak Mira bersahutan siang itu. Mereka harus segera bergegas meninggalkan rumah kontrakan yang sudah empat tahun mereka tempati. Uang yg dimiliki Mira tinggal bertahan untuk seminggu.
Salsa, anak pertama Mira hanya bisa secepat mungkin membantu adik2nya mempersiapkan diri. Siang itu juga mereka harus berpindah. Waktu kontrak rumah sudah habis tiga hari lalu. "Ayo.. Ayo cepat, ini angkot terakhir," kata Mira meneriaki Dela anak keduanya dan dua adiknya
BUAH buah durian berguguran sore itu. Angin kencang baru saja menerpa kebun durian milik Makrufin dan Wahid. Keduanya tertawa senang karena tak perlu susah susah menunggu buah durian jatuh sendiri.
"Lumayan Hid, banyak yang jatuh" Makrufin langsung mendekati buah2 yg jatuh.
Wahid juga tak mau kalah. Diambilnya karung goni mencari-cari buah durian yang banyak menggelinding sampai ke arah sungai. Keduanya tertawa senang menghitung banyaknya durian yang mereka kumpulkan.
Satu lagi kisah horor dari salah satu narasumber. Kali ini saya tidak janji selesai sehari, tapi diupayakan secepatnya. Bagi yg paham lokasi atau orang yg terlibat dalam thread yg saya tulis, saya harap bisa menyimpannya secara pribadi 🙏
2011.
SIANG itu suasana pabrik serasa lebih cerah dari biasanya. Setidaknya itu yg dirasakan Tatang. Bujangan yg sudah bekerja selama tiga tahun di salah satu pabrik yg ada di pesisir Jawa Tengah. Bukan karena gajinya yg naik, tapi siang itu ada banyak buruh perempuan baru.
SELASA siang itu hari terakhir cuti kerja Karno. Besok dia harus kembali bekerja sebagai buruh di salah satu kota industri di Jawa Barat. Karno memilih menghabiskan hari terkahir cutinya mengunjungi tempat wisata andalan di kota kampung halamanya.
Beberapa hari sebelumnya, tempat wisata yg dikunjungi Karno mendapat musibah. Sebuah jembatan gantung putus saat ada belasan wisatawan yg berdiri di atasnya. Akibatnya beberapa orang tewas menjadi korban. Ada rumor yg mengatakan jika mereka tumbal dari tempat wisata itu
Satu lagi cerita pendek pengalaman horor salah satu teman. Seperti biasa kalau bisa ditulis cepat, langsung diselesaikan.
1997
EKONOMI keluarga Dewi berkembang pesat tahun itu. Maklum, bapaknya Pak Dullah kala itu menjadi kepala desa di wilayah yg terbilang subur. Meskipun belum digaji seperti sekarang, tapi pendapatan Pak Dullah bisa dibilang lebih dari cukup
Cerita ini sudah lama terjadi. Sebuah pengalaman pendek salah satu teman yang kebetulan mampir ke rumah. Oke langsung ya
2004
para pemilik pohon berbuah di sebuah dusun kecil di Jawa Timur ramai kala itu. Penyebabnya, banyak pohon2 mereka yg seharusnya siap panen justru kehilangan buah2anya. Tak banyak sebenarnya. Hanya satu dua karung. Tapi untuk ukuran orang dusun, jumlah sebanyak itu lumayan.