Minggu lalu kita sempat dihebohkan konten Atta Halilintar yang dituding sebagai eksploitasi.
Nah, kali ini Logos membahas fonomena serupa dalam anime "Perfect Blue" yang terkait dengan eksploitasi perempuan dalam dunia hiburan dan konsep Male Gaze.
A Thread!
Pada 1997, sutradara Satoshi Kon berhasil mengguncangkan dunia dengan film anime Perfect Blue. Perfect Blue sendiri bergenre psychological-thriller yang menceritakan kehidupan salah seorang anggota idol pop yang memutuskan beralih karir ke dunia akting dan modelling.
Idol pop tersebut adalah Mima Kirigoe sekaligus tokoh utama dari anime ini. Ia merupakan leader dari idol grup Cham. Seusai penampilan terakhirnya ia menelepon ibunya mengabari kemantapan hatinya untuk beralih karir menjadi seorang aktris dan model.
Mima yakin akan meninggalkan karirnya sebagai idol pop yang mulanya ber-image polos nan imut. Ia ingin mengubah image-nya sebagai wanita dewasa, serta memutuskan untuk meninggalkan grup tersebut. Mima memulai karir akting dengan membintangi film thriller.
Namun semuanya tak berjalan lancar. Ia mendapati berbagai teror yang menggoyahkan keputusannya. Mulai dari website, surat serta beberapa crew yang mengalami kemalangan. Teror tersebut diiringi dengan doppelgänger dalam bentuk idol Mima yang merendahkan pilihan karirnya.
Mima merasa tertekan terutama saat diejek kotor saat melakukan adegan diperkosa serta pemotretan foto bugil dirinya.
Doppelgänger Mima menanyakan bagaimana perasaan Mima saat itu, Mima kemudian menjawab bahwa sesungguhnya ia merasa tidak nyaman seraya menangis sembari mengusir ilusi dirinya.
Pada saat memerankan adegan diperkosa, alih-alih menggoda, bagian ini malah sungguh suram. Satoshi Kon berhasil membuatnya seakan mental Mima yang sedang diperkosa oleh tuntutan dunia hiburan.
Perspektif Mima dalam adegan ini secara tersirat langsung anime ini mengkritik industri hiburan yang berorientasi male gaze. Apaan tuh?
Male gaze di sini adalah bagaimana dunia dipandang dari kacamata laki-laki.
Konsep male gaze dikemukakan oleh Laura Mulvey, ia menyatakan bahwa tayangan film memberikan beberapa kepuasan kepada penikmatnya, yakni kepuasan pandangan.
Kepuasan pandangan tadi dibagi menjadi dua, yaitu dimana laki-laki sebagai pihak yang aktif dan perempuan sebagai pihak yang pasif. Perempuan sebagai objek seksual dari pandangan laki-laki heteroseksual.
Peran perempuan sebagai objek seksual dalam tayangan memiliki fungsi sebagai objek erotis
bagi karakter dalam cerita, serta sebagai objek erotis bagi penontonnya.
Kenikmatan yang didapat tidak hanya dari karakter pada film itu saja, tetapi juga penonton laki-laki khususnya laki-laki heteroseksual.
Male gaze cenderung memposisikan perempuan sebagai objek sehingga menyebabkan empati terhadap pengalaman batin perempuan.
Ini juga merupakan alasan mengapa kasus Atta-Aurel yang sempat trending minggu lalu terjadi.
Anime ini merepresentasikan bagaimana kendali laki-laki heteroseksual dalam industri hiburan bisa jadi amat buruk dalam proses metamorfosis Mima menjadi perempuan independen.
Kondisi dalam anime ini juga memperlihatkan industri hiburan yang didominasi laki-laki. Meskipun manajer Mima sendiri yakni Rumi, merupakan seorang perempuan. Rumi bahkan tak dapat menolong Mima.
Nah, kembali lagi menyoal eksploitasi.
Menurut Oxford Learner's Dictionary, 'exploitation' is (1) The action or fact of treating someone unfairly in order to benefit from their work. (2) The action of making use of and benefiting from resources.
Dari definisi itu, hal yang dialami baik Mima maupun Aurel bisa dikategorikan sebagai eksploitasi.
Dan dapat dikategori sebagai eksploitasi perempuan dalam media massa karena menggunakan penggambaran perempuan untuk meningkatkan perhatian yang tidak menghormati hak perempuan.
"Loh kan, pihak perempuannya sudah ada kesepakatan? Mereka juga dapat duitkan?"
Coba pikirkan kembali, apakah mereka memberi kesepakatan tanpa ada tekanan? Bagaimana dengan kondisi mental mereka ketika bagian tubuh yang biasanya ditutup dari publik, lantas diumbar?
Tekanan pasar yang didominasi male gaze, mau tak mau mesti disepakati perempuan. Memang benar perempuan-perempuan ini sepakat. Tetapi bagaimana kondisi batin, mental, jiwa mereka? Apakah sebanding dengan keuntungan yang didapat?
Digelari dengan “Hujjatul Islam”, al-Ghazali menjadi “Bukti Islam” atau pembela Islam pada masanya. Ia memiliki kepiawaian dalam berargumen dengan lisan yang indah dan fasih.
Kali ini, Logos membahas perjalanan hidup dan beberapa pemikiran al-Ghazali.
A Thread!
Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali merupakan seorang ulama besar, mistikus, sufi, ahli hukum, filsuf dan pendidik. Ia mewariskan banyak ilmu yang berpengaruh pada budaya, sejarah agama, dan pendidikan di seluruh dunia.
Sama halnya dengan Konfusius dan Plato, al-Ghazali juga berkontribusi besar dalam bidang pendidikan. Ia telah menulis sebanyak sekian ratus buku, dimana 78 diantaranya masih ada hingga sekarang.
“Millenial suka banget ngeluh. Gak seperti generasi kita yang mau bekerja keras.”
Kalian pernah dikomplain orang yang lebih tua? Atau malah kalian hobi komplain tentang yang lebih muda? Ternyata fenomena ‘nyindir’ ini ada penjelasannya lho!
A Thread!
Untuk pembahasan kali ini, kata generasi akan merujuk kepada generasi sosial. Definisi paling mudahnya, generasi adalah kelompok individu yang hidup pada saat yang sama.
Terus gimana cara menentukan seseorang masuk ke generasi yang mana? Ada 3 kriterianya:
Pertama, mengalami kejadian bersejarah yang sama ketika sedang berada dalam rentang usia yang berdekatan. Kemudian, memiliki kesamaan pola perilaku dan kepercayaan. Dan, terakhir, Menyadari kesamaan pengalaman dan sifat tersebut, sehingga mempunyai rasa keterikatan.
Denger-denger, lagu baru BTS yang rilis hari ini meraih 50 juta views dalam kurun waktu kurang dari 8 jam. Sebenarnya, gimana sih identitas fans Kpop ini yang massanya kuat sekali?
Manusia memiliki 3 aspek universal kehidupan yang menjadi bagian penting dalam human experiences: labor, work, dan action.
Mari kita mengupas buku legendaris Hannah Arendt yang berjudul Human Condition dalam 5 menit!
- a thread!
Dalam buku Human Condition, Arendt membahas 2 topik besar. Pertama adalah aktivitas manusia yang selanjutnya akan disebut Vita Activa. Kedua adalah kehidupan manusia di ranah privat dan publik.
Kita akan mulai dari Vita Activa yang terdiri dari 3 bagian penting, yakni labor, work, dan action.
Labor itu, dijelaskan Arendt, sebagai aktivitas manusia yang memungkinkan manusia untuk memenuhi kebutuhan fisiknya (aktivitas cyclical manusia untuk bertahan hidup).