Sepulang dari piknik, kenapa Heriyul jadi suka melihat penampakan mahluk gaib? Apa pula "peran" Gagah di dalam diri Heriyul? Dan bagaimana hubungan kakak adik Jalung dan Gagah?

Simak utas berikut.

#kamismisteri #bumilangit #ceritahorror #horror #horrorthread #malamjumat
1. Dodo sudah memegang mug berisi kopi panas, mau minum tapi penasaran, “Yang datang dan nemui Heriyul itu apa maling yg sekarat di kampung itu?”
“Nah, itu yg ada dalam pikiran Heriyul.” Jalung menjelaskan. Ketakutan Heriyul teredam oleh logikanya, dia sadar apa yg telah terjadi.
2. Tiba-tiba sosok itu hilang, Heriyul segera keluar rumah dan berlari ke arah kerumunan. Masih terdengar teriakan2. Menjelang Heriyul tiba, suasana berubah hening.
Salah seorang bicara, “Bagaimana bisa begini? Kalian sudah kuperingatkan.”
Heriyul mendekat. Dia kaget luar biasa.
3. Yang di depan matanya sekarang adalah sosok mengerikan yg tadi mendatanginya di dekat kamar mandi!
Yang tadi teriak, sekarang diam setelah melihat kondisi terduga maling itu. Pak Dukuh datang terlambat, melihat situasi dan kondisi itu dia marah.
Heriyul berdebar, “Bagaimana...
4. bisa aku didatanginya?”
Selama ini Heriyul sama sekali tidak pernah bersinggungan dengan klenik, mistis, hantu-hantuan. Tapi sejak perjalanan pulang dari pantai tadi, semua dimulai.
Pada saat itu Heriyul melihat agak jauh. Gagah berdiri, sendiri, lampu jalan menerpanya.
5. Wajahnya terlihat dengan senyum ke arah Heriyul. Mereka berpandangan singkat, Gagah lalu pergi. Entah apa yg ada di pikiran Heriyul, dia curiga bahwa semua ini karena ulah Gagah. Heriyul tersadar setelah ada mobil polisi datang, “Minggir! Minggir!”
Heriyul pulang dengan marah.
6. “Yakin aku dikerjain Gagah, tapi bagaimana aku membuktikannya?”

Di pos ronda Risto menyela, “Sebenarnya bagaimana, Lung? Apa benar Gagah usil begitu?”
Ilyas menyela, “Sikapmu tadi, Lung sudah bisa menjawab, hehehe..”
Jalung terlihat tidak nyaman, “Kami mirip kembar, tapi aku
7. lebih tua setahun dari Gagah.”
Orangtua ku memperlakukan kami adil. Tapi kata ibuku, “Waktu kalian masih balita, Gagah paling usil, suka nendang atau mukul kamu.”
Risto ngekek, “Pasti kamu manut aja dipukul atau ditendang, hihi.”
Jalung senyum pahit, “Katanya sih iya.”
8. “Nah, waktu aku umur 5 tahunan, aku dan Gagah main ke TK ku, ngga jauh dari rumah. Tante Lili yg nemani kami. Tante Lili waktu itu SMA, hobinya baca novel. Nah, ketika nemani kami dia bawa novel, jadi kami bermain, dia baca.” Jadi Tante Lili tdk begitu memperhatikan bagaimana
9. Jalung dan Gagah bermain. Lalu terjadilah...
Jalung bermain ayunan, lalu Gagah mendorong Jalung pas mengayun. Jalung jatuh dengan kepala mengenai batu. Tante Lili tdk melihat peristiwa itu, dia asyik baca novel. Dia menoleh ketika terdengar suara “Brug!”
Tante Lili melempar...
10. Novelnya dan lari ke Jalung yang diam saja. Gagah berdiri tersenyum senang.
Risto jengkel, “Gagah sejak kecil memang nakal, ya? Lalu kecelakaan itu yang bikin kamu koma?”
Jalung menjawab. “Iya.”
Dodo nyambung, “Apa yang terjadi ketika kamu koma?”
Jalung bercerita, “Awalnya...
11. “Awalnya aku jalan mulai dari rumah ke sekolahku, rasa2nya kami diikuti banyak orang. Jalung pada saat itu takut, dia sering menggandeng tangan Tante Lili. Gagah nampaknya biasa2 saja. Di jalan, Gagah suka merusak tanaman orang. Tante Lili sampai bosan menghardiknya."
12. Ketika Jalung mulai naik di bangku ayunan, dia melihat samar beberapa orang jongkok di depannya, seolah mereka sedang menantinya.
Ketika Jalung jatuh dan tidak sadar, orang-orang yang berjongkok itu satu per satu berdiri, mereka ternyata orang-orang yang tidak utuh tubuhnya..
13. Mereka orang-orang mati. Pakaian mereka compang-camping, wajah mereka mengerikan, tidak utuh juga. “Mereka berebut diriku sambil melolong, menangis, menggeram mengerikan.”
Tapi mereka tidak bisa menyentuhku, ketika aku merasa melayang, sosok-sosok itu berusaha menggapaiku.
14. Mereka mengiba-iba ikut, mereka minta aku kembali, tapi aku tetap melayang ringan, naik dan terus naik, dalam perjalanan itu aku melewati gelap, lalu terdengar teriakan, tangisan, dan ada sosok yang muncul. Tapi sosok-sosok itu lenyap begitu saja diiringi teriakannya.
15. Lalu ada cahaya di sela-sela kegelapan itu, terlihat sosok2 abu-abu yang terkesan berjongkok dan ada sosok putih yang besar dan tinggi berdiri di depan mereka, mereka diam memperhatikanku. Lalu ada kabut putih yang melayang mengelilingiku. Tapi hanya sebentar, lalu lenyap.
16. Nah, lalu aku melewati satu ruang berkabut yang membuatku takut, banyak sosok bermacam-macam bentuk, mereka berujud mengerikan, perpaduan hewan dengan manusia. Mereka ganas dan berusaha menyerangku, seolah mereka hewan yang sangat lapar dan menemukan makanan lezatnya.
17. Tiba2 ada yg menarikku dengan cepat dan aku sudah tiba di tanah lapang yg tiada ujung, putih bersih tapi tdk menyilaukan. Ada pohon di sana, setinggi orang dewasa. Lalu aku ke sana, duduk di bawah pohon. Bingung mau ke mana lagi. Aku mencari Bapak, Ibu, Tante Lili, dan Gagah.
18. Tengok kanan kiri tidak ada apa2 dan siapa2. Aku nangis dan memanggil “Ibuu, nenek…” Lalu ada titik di kejauhan, semakin membesar, dan ternyata itu adalah orang yg mendatangiku. Laki-laki tua ramah menyejukkan. Dia hanya memakai kain putih panjang yang diikatkan di perutnya,
19. tanpa pakaian atas. Rambutnya panjang putih digelung, kumisan dan brewokan putih tapi rapi. Dia mendekatiku, “Duh nak, cucu Nenek Varere, kamu mainnya kejauhan.” Orang tua itu tahu nama nenekku. Lalu kedua telapak tangannya menggenggam kedua tanganku, ada rasa hangat mengalir
20. ke tanganku menuju kedua telapak tanganku. Hangat berangsur panas tapi tidak menyakitkan. Lalu aku membuka telapak tanganku, telapak kiri ada gambar bintang dan kanan gambar tujuh gelombang air. Lalu orang tua itu mengusap dengan lembut mata dan kepalaku, “Pulang ya nak...
21. banyak yang menunggumu.”
Aku membuka mata, ternyata aku tidur di tempat tidur rumah sakit. Di sampingku ada Nenek Varere, nenek yang sangat kucintai. Nenek tersenyum dan memelukku. Lalu nenek membuka kedua telapak tanganku, dia memejamkan matanya.
Nenek sekali tersenyum...
22. “Bapak ibumu segera ke sini, Lung. Kamu tidur tujuh hari tujuh malam, sekarang lebih kuat, kan?”
Aku memeluk nenek, “Aku ditemui kakek-kakek, dia baik.” Nenek menjawab, “Ya, aku tahu, Lung.”
Lalu aku membuka telapak tangan, tidak ada bekas apa pun di situ.

Bersambung.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Bumilangit Official

Bumilangit Official Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(