KENAPA KITA MUDAH SEKALI PERCAYA HOAX, tersangka utama adalah literasi kita. Di sisi lain, kita senang dengan apa yang ingin kita percaya bukan berusaha mencari kebenaran.
Dengan tak senang membaca, kita miskin data sebagai referensi. Kita tak tau dimana kita berdiri. Dengan tak memahami logika, etika dan estetika, kita akan buntu. Dan dengan tak memiliki imaginasi, kita terlebih hanya sebuah program.
Percaya BOLEH - ga percaya juga BOLEH, menurut World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 dan di bawah kita ada Botswana. Tau ga ada negara bernama Botswana?
Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca.
Ketika kita bandingkan dengan data bahwa jumlah penduduk kita yang memiliki gadget ternyata melampaui 100 juta orang (tahun 2018 no 4 negara terbanyak memiliki hp), tentu kita bertanya, untuk apa gadget tersebut?
Ternyata, menurut data yang lain, Jakarta adalah kota paling cerewet di dunia maya sepanjang masa. Aktivitas kicauan dari akun Twitter yang berdomisili di ibu kota kita itu jauh melebihi Tokyo dan New York.
Jakarta didaulat sebagai kota paling cerewet. Laporan ini berdasarkan hasil riset Semiocast, sebuah lembaga independen di Paris.
.
.
Ga usah dibuat kesimpulan yak?😉
Itu bisa kita cari dengan mudah pada debat online surga neraka yg sama-sama ga pernah mereka saksikan keberadaannya, bisa berlangsung hingga berhari-hari hanya karena akibat satu cuitan pendek saja. Bersambung dan terus akan tersambung dalam hasrat dan kesungguhan. Totalitas..🙄
Pun pada cuitan tentang dukung mendukung capres, ga tidur 2 hari 2 malam demi saling membela junjungannya akan kita "jabani" dengan semangat 45.
Jadi ga heran ya bila narasi tak ada ibadah haji tahun ini yang diumumkan oleh Kerajaan Arab Saudi dinarasikan sebagai Indonesia menunggak hutang pada Arab dan banyak di antara kita percaya.
Mana mungkin mereka mau mencari tahu bahwa pada Februari lalu Arab Saudi pernah membuat larangan bagi banyak negara untuk tak melakukan ibadah haji. Apalagi karena sebab kenapanya dan sampai berapa lama bukan?
Pun pada saat ini, dan secara kebetulan Indonesia adalah salah satu dari 13 atau 14 negara yang secara spesifik disebut dalam list tersebut.
Bahwa new normal pernah kita gunakan, di Arab Saudi saat ini kebijakan offline sedang digaungkan. Itu terkait telah meratanya vaksin mereka mampu lakukan.
Sementara, pada cara mereka melihat Indonesia, peristiwa berantem pada mudik, liburan di Ancol dan hingga Pangandaran bukan tak mungkin menjadi salah satu rujukannya.
Intinya, Kerajaan Arab Saudi tidak percaya pada data tentang covid-19 di negara kita.
Bukti bahwa banyak dari kita lebih percaya pada apa yang kita ingin dibandingkan dengan kebenaran, terbukti di sini. Mereka tak suka pada rezim ini dan apapun hal tak baik tersiar keluar, filter tak lagi mereka butuhkan.
Sejarah, filsafat dan sastra sebagai mata pelajaran di sekolah sepertinya sudah sangat mendesak. Kita butuh sadar posisi maka kita butuh sejarah. Kita perlu belajar filsafat agar logis, etis dan estetis pikiran kita menjadi terlatih.
Dan ketika imajinasi sebagai hal utama bagi anak didik negara ini mampu berpikir jauh, sastra adalah jawabannya.
.
.
.
Di web KANALKITA.ID teman - teman bisa baca versi web utas tanpa judul ini berikut utas lainnya.
RENSTAR ALUTSISTA1.760 TRILIUN
.
.
H o a x...?
.
.
.
*Utas Panjang
.
.
"Bisa dapat apa aja sih duit 1.760 triliun itu bila kita belikan alutsista?"
Masih ingatkah sejarah ketika negara kita tiba-tiba menjadi kekuatan terbesar di Asia Pasific pada tahun 1962?
Gara-gara Belanda tidak commit atas hasil Konferensi Meja Bundar 1949, Presiden Soekarno marah.
.
.
Atas dukungan Uni Soviet, alutsista kita langsung membengkak dalam ukuran fantastis.
Alat perang terbaru dengan daya gentar sangat menakutkan tersebut secara langsung dan seketika membuat Belanda tak lagi berminat melanjutkan konfrontasi dengan kita. BELANDA MUNDUR.
.
.
Pasar capres 2024 tiba-tiba bergeliat. Lebih ramai dia dibahas dibanding rasa khawatir kita pada pandemi global dan redup ekonomi dunia.
Peristiwa Semarang memberi ide pada pendukung Ganjar untuk menaikan promosi berbasis dzolim PDIP pada kandidat capres tersurvey tinggi.
Tak ada kader PDIP memiliki keterpilihan survey setinggi Ganjar namun karena Puan yang diinisiasi mengganjalnya adalah anak sang Ketum, telah memberi jalan pada narasi tersebut.
.
.
Percaya atau tidak, ternyata anak-anak berlatar belakang IPA justru adalah mereka yang mudah disusupi paham radikal. Paling tidak ini adalah apa yang pernah menjadi temuan BNPT pada tahun 2018 silam.
Hal tersebut mereka temukan pada banyak universitas negeri maupun swasta. Mereka tersebar pada fakultas eksakta dan kedokteran.
"Anak eksakta, karena dia cara berpikirnya logic dan pragmatis, sehingga dia hanya melihat black and white. Ini akan terjadi pemahaman itu. Kalau memahami agama adalah black and white, ya kayak gitu.
BADAI PASTI BERLALU
.
.
.
.
Hari Lahir Pancasila
.
.
.
Seperti memberi permen agar anak tak lagi ingat apa yang telah membuatnya marah atau menangis karena satu dan lain hal dilakukan oleh Soeharto sejak awal dia memerintah negeri ini.
Penguasa Orde Baru memberi sebuah hadiah berupa peringatan 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila sebagai ganti hari lahir Pancasila pada 1 juni.
Hal tersebut terjadi pada tahun 1970 di mana pemerintah Orde Baru melalui Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) melarang peringatan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila.
PECAT GURU MN
.
.
.
Apa pendapat anda terhadap narasi yang berbunyi seperti berikut :
"Sertifikat izin masuk dari pemerintah Palestina tahun 1935 untuk Siimon Perez sebagai cleaning service. Puluhan tahun kemudian ia menjadi PM Israhell dan mendzolimi serta membantai bangsa
Palestina..!! mirip dg cina masuk ke Indonesia unskill Labor bertahun² tinggal di Indonesia tahu² jadi presiden,”
.
.
"Bisa apa si Abdee? Ini benar-benar sudah keterlaluan. Mau jadi apa negara ini bila semua relawannya dikasih jabatan?"
Bagi masyarakat biasa yang tak banyak tahu bagaimana demokrasi kita bekerja, komplain itu memang terdengar menyakitkan. Namun tidak bagi mereka yang biasa terjun pada dunia politik. Itu sesuatu yang sangat biasa bahkan keniscayaan.
Berapa banyak jabatan komisaris diberikan pada relawan Prabowo ketika yang bersangkutan akhirnya memilih menjadi Menhan?
Berapa banyak pengikut Erick Thohir duduk pada posisi itu karena yang bersangkutan berhasil duduk menjadi menteri BUMN?