Belajar dari Sejarah: Pandemi itu Real, Bukan Konspirasi & Vaksinasi Berhasil Mengatasinya
____
Ini postingan lama yg saya upload lagi, berhubung maraknya berita konspirasi seolah pandemi ini tidak real & banyak yang menolak program vaksinasi, termasuk tokoh masy berpengaruh
Seperti seorang tokoh agama yg baru2 ini nyatakan bahwa Indonesia akan dibantai tidak lewat perang tapi lewat vaksin
Lebih sedih lagi ketika sesetokoh seperti mantan Menkes, Bu SFS berdialog dengan Bu TT, menyatakan tidak ada vaksinasi yg berhasil sepanjang sejarah...
...dan vaksin tidak diperlukan di masa sekarang selama virusnya masih mutasi. Katanya pandemi di masa lalu terhenti karena virusnya berhenti bermutasi baru vaksin bisa berhasil.
Benarkah?
Mari kita tengok sejarah, di masa lalu belum ada teknologi sequencing untuk mengetahui virus sudah berhenti mutasi atau belum.
1. Difteri
Kisah 8 anak dari satu keluarga yang meninggal karena difteri hanya dalam jangka waktu 17 hari.
Difteri pernah mewabah dengan fatality rate 40% di era 1920-an & salah satu penyumbang kematian tertinggi, hingga akhirnya teratasi dengan adanya vaksin kombinasi difteri-pertusis-tetanus (DPT) dari era 1940 sampai sekarang.
Hampir di semua negara, herd immunity telah tercapai & tidak ditemui lagi kasusnya, bahkan di negara maju semisal USA, cakupan vaksin sampai 94%.
Di Indonesia, difteri sempat terkendali & hanya dongeng sejarah yg dikenang mahasiswa kedokteran karena tidak ditemukan lagi.
Sampai munculnya gerakan antivaks menjelang 2010. Imbasnya difteri hanya mewabah di 3 negara: India, sub sahara Afrika & Indonesia, puncaknya tahun 2017.
Kalau wabah terkendali karena virus berhenti mutasi kenapa barengan dengan program vaksinasi?
Dan kenapa muncul lagi puluhan tahun hanya di 3 negara saja ketika cakupan vaksin menurun?
2. Smallpox (cacar, bukan cacar air)
Penyakit mematikan ini sudah ada dari puluhan ribu tahun lamanya. Tidak hanya mumi mesir sebagai buktinya, penyakit ini juga terdokumentasi di era ilmuwan Islam th. 900-an M.
Selama abad 20 saja tercatat kematian dari 200 sampai 500 juta.
Setelah vaksin cacar digalakkan besar-besaran di seluruh dunia, tahun 1980 wabah smallpox dinyatakan musnah, sampai sekarang tidak ada satupun kasusnya ditemukan.
Ini bukti terbesar keberhasilan vaksinasi.
3. Tuberkulosis (TB/TBC)
Indonesia menjadi negara peringkat kedua kasus TB di dunia.
Padahal TB sudah ada vaksinnya, dan di negara maju tingkat penularan sudah terkendali R < 1 dan tidak lagi mewabah, semisal Belanda dengan R = 0.24 (artinya TB di Belanda semakin menurun, di atas 1 berarti suatu penyakit akan semakin naik)
Kita percaya manfaat vaksin berdasarkan sejarah & bukti-bukti ilmiah. Tapi kita juga gak telan mentah-mentah dan asal terima vaksin aja seperti yg dituduhkan sebagian antivaks.
Mari Belajar Tahap Pengembangan Vaksin: Kenapa vaksin Covid-19 bisa cepat? Kenapa ada dokter menolak vaksin? Ternyata tak paham beda pre-clinical trial & clinical trial
- Utas
Karena ada beberapa pertanyaan seputar alasan vaksin negara lain bs cepat, saya angkat lg tulisan ini
Agar tidak gagal paham tentang tahapan penelitian vaksin.
Mungkin banyak yg heran kenapa vaksin yg biasa dibilang butuh pengembangan 10-15 tahun bisa dikebut dalam setahunan? Apa karena konspirasi elit global buat jualan vaksin?
Kalau benar Pak Mahfud ngomong kayak gini, duh, kok masih banyak aja ya pemikiran kayak gini? Merata pula dari masyarakat, pejabat daerah, bahkan sampai menteri
Ivermectin, antara Obat yg Belum Terbukti dan Mencari Keuntungan di Tengah Pandemi
_____
Indonesia Corruption Watch (ICW) mengungkap jejaring bisnis dan politik PT Harsen Laboratories, perusahaan yang memproduksi ivermectin.
Penemuan penting dari penelusuran ini yakni kaitan antara PT Harsen Laboratories dengan politikus PDI Perjuangan (Ribka Tjiptaning) & Kepala Staf Kepresidenan (Moeldoko).
Gambarannya adalah ada sebuah perusahaan mencoba mencari keuntungan dengan menjalin relasi dengan berbagai pihak, di antaranya adalah politisi & pejabat publik.