Brii Profile picture
12 Aug, 102 tweets, 11 min read
Satu lagi rentang bagian kisah seram prekuel “Rumah Hantu di Perkebunan Karet” terungkap. Seramnya makin menjadi, ngerinya sampai ke hati.

Simak petualangan Yudar selanjutnya, hanya di sini, di Briistory..

*** Image
Gemuruh mulai terdengar, langit yang sejak tadi sudah kelihatan gelap, sekarang makin menghitam.

Masih jam lima sore, seharusnya matahari masih menyinari dataran bumi, tapi gak kali ini, ditambah rindang pepohonan suasana gelapnya makin menjadi.
Kayuhan Yudar pada pedal sepeda makin cepat, sambil sesekali melirik ke atas, berharap gelayutan air di awan jangan dulu tumpah.

“Duh, semoga keburu sampai rumah sebelum hujan.” Yudar berharap cemas.
Bukan tanpa sengaja kalau masih dalam perjalanan pulang ke rumah di penghujung hari seperti ini, memang sudah jadi kebiasaan rutin kalau setiap hari selasa Yudar menjual hasil kebun ke kota, sekalian juga membeli keperluan rumah.
Tapi mungkin hari ini sedikit di luar kebiasaan, biasanya paling telat jam empat Yudar sudah di rumah, tapi kali ini kebetulan tadi sempat bertemu dengan teman sekolah dan berbincang hingga lupa waktu.
Sudah beberapa kali Yudar berjanji kepada Neneknya untuk gak akan pulang terlalu sore seperti ini, dia berjanji sebelum jam empat sore sudah sampai rumah. Tapi ya itu tadi, hari ini Yudar lupa waktu lagi, akibatnya dia harus menemui jalan pulang berbalapan dengan turunnya hujan.
Sesekali kilatan cahaya petir mulai muncul mengagetkan mata, walaupun hanya sepersekian detik, cukup mengubah gelap jadi terang, rentang pandang jadi bisa melihat isi hutan. Tentu saja, gemuruh suara petir langsung muncul menggelegar beberapa detik setelah kilatan cahayanya.
Yudar jadi makin cemas melihat itu semua.
Jalur pulang dari kota ke desa memang cukup menantang, Yudar harus menembus rindangnya pepohonan di hutan pedalaman, ditambah kontur jalan tanah yang banyak tanjakan turunan, kanan kiri dipenuhi semak belukar yang kadang tingginya lebih dari tubuh orang dewasa.
Kalau ditambah hujan, otomatis jalanan akan jadi licin.

Gak ada angin sama sekali, semua pepohonan nyaris diam tanpa pergerakan,
Sementara, langit makin gelap, sepertinya awan gak bisa lebih lama lagi menahan air. Benar, akhirnya rintik hujan mulai berjatuhan, sedikit demi sedikit.

Tetesan air sesekali jatuh di tubuh Yudar, wajah dan tangan gak tertutup pakaian yang paling pertama merasakan.
“Yaaahh, mulai gerimis.” Keluh Yudar.
Ya, akhirnya hujan mulai turun, ketika Yudar masih jauh dari rumah, di tengah hutan belantara.

Kayuhan masih tetap cepat, namun kali ini Yudar harus tambah jeli dan berhati-hati karena jalanan mulai basah.
Gerimis kecil berangsur berubah jadi agak besar, tapi walaupun begitu Yudar memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan.
Gelapnya keadaan dan situasi yang gak memungkinkan untuk menyalakan obor, membuat Yudar hanya mengandalkan naluri dan ingatan untuk menyusuri jalan. Tapi, kilatan cahaya petir yang sesekali muncul bisa menerangi gelap sepersekian detik, cukup membantu penglihatan.
Dan benar, gerimis mulai berubah jadi hujan sedang menjurus besar, buliran air yang sebelumnya kecil berganti jadi guyuran deras.
Tubuh dan pakaian mulai basah, namun gak juga menyurutkan niatnya untuk terus melanjutkan perjalanan. Selama masih bisa melihat jalan, Yudar gak akan berhenti mengayuh sepedanya.

***
Hujan deras.

Kilatan-kilatan cahaya terus muncul dari langit.

Gemuruh petir bersahutan.

Sering kali Yudar menyeka wajahnya, membersihkan mata dari air untuk memperjelas pandangan.
Menurut perhitungannya, gak akan lama lagi sampai di Sindang Hulu setelah sudah cukup lama berjalan menembus hutan, makanya dia memutuskan untuk gak berhenti berjalan untuk berteduh menghindari derasnya hujan.
Tapi, sepeda gak bisa berjalan cepat ketika hujan lebat seperti ini, gak mungkin.
Sialnya, niat Yudar untuk cepat sampai rumah jadi makin terhambat oleh keadaan, hujan bukannya mereda malah makin besar dan deras. Yudar semakin tersiksa, ditambah hari sudah gelap total, dia jadi makin gak bisa melihat jalan.
Sampai akhirnya, pada satu bagian jalan yang menurun sepeda terpeleset, Yudar jatuh terjerembab.
Gak ada luka, sukurlah, tapi memaksa Yudar untuk harus berhenti sebentar.

“Gila, hujannya deras sekali, aku jadi gak bisa melihat jalan.” Begitu pikir Yudar dalam hati.
Tapi memang begitu adanya, keadaannya memang seperti itu, sama sekali Yudar gak bisa melihat jalan.

“Sepertinya aku harus berhenti sebentar, menunggu hujan sedikit reda.”
Melihat sekitar, Yudar coba mencari tempat untuk berteduh. Tapi tanpa hasil, di sekeliling hanya ada pepohonan.
Ya sudah, Yudar akhirnya memilih untuk berteduh di salah satu pohon besar yang jaraknya sekitar 10 meter dari jalan, kemudian dia berjalan sambil mendorong sepeda menuju pohon itu.
Untungnya, di dekat pohon besar ini ada beberapa pohon pisang, dengan begitu Yudar bisa mengambil daunnya untuk dijadikan payung darurat.

Dalam kegelapan hutan yang sedang hujan lebat, di bawah pohon besar, Yudar berpayung daun pisang..
Beberapa saat lamanya Yudar berdiam seperti itu, sambil terus berharap hujan akan reda.

Tapi ternyata cukup lama, hujan terus lebat dan malah lebih deras.

Mungkin kira-kira satu jam..

***
“Ah, mulai reda, nih. Sukurlah..”

Melihat intensitas air yang turun mulai berkurang, Yudar berniat untuk melanjutkan perjalanannyalagi. Dia langsung berjalan sambil menuntun sepedanya menuju jalan setapak.
Sementara kilatan-kilatan cahaya langit masih sering muncul diiringi gemuruh petir yang suaranya gak sekeras sebelum hujan tadi.
Kilatan-kilatan petir yang sesekali muncul itu sedikit memberi penerangan, meluaskan penglihatan jadi bisa memandang agak jauh.

Kilatan-kilatan inilah yang akhirnya jadi awal dari pemandangan seram yang akan Yudar lihat dalam beberapa menit ke depan.
Iya, pemandangan seram..
Ketika sedang berjalan mendekat ke jalan setapak, tiba-tiba kilatan cahaya petir menerangi seisi hutan. Keadaan yang gelap pekat, jadi terang walau hanya sepersekian detik.
Ketika kilatan cahaya menerangi pertama kali, Yudar merasa kalau ada sosok yang sedang berjalan di kejauhan, di sisi sebelah kanan dari tempat Yudar sedang berdiri. Tapi saat itu dia belum bisa melihat dengan jelas, karena hanya sepersekian detik.
Penasaran, Yudar lalu berhenti sebentar untuk coba lebih memperhatikan lagi siapa yang sedang berjalan itu. Mungkin saja itu orang lain yang kebetulan menuju jalan sama dengannya, Yudar berharap seperti itu.
Beberapa detik kemudian, kilatan cahaya petir muncul lagi, kali ini agak lama, dua atau tiga detik, waktu yang cukup membantu Yudar untuk melihat dengan jelas..
Setelah kilatan itu, Yudar malah kemudian mundur perlahan manjauhi jalan setapak, mendekat lagi ke pohon besar yang jadi tempat berteduh sebelumnya.

Ada apa?

Ternyata, ada yang membuat Yudar tiba-tiba jadi ketakutan.
Ketika sedang berada di pinggir jalan tadi, ketika ada cahaya kilatan petir, beberapa detik Yudar melihat dengan jelas bentuk dari sosok yang sedang berjalan itu.
Sosok itu sangat menyeramkan buat Yudar, kelihatan dari bentuknya Yudar merasa kalau dia pernah melihat sosok ini sebelumnya.

Sosok tinggi besar, hitam seperti bayangan.
Iya, bentuknya sama persis dengan mahluk menyeramkan yang Yudar lihat beberapa hari yang lalu, ketika pulang dari rumah Umay.

Karena itulah Yudar jadi sangat ketakutan, lalu memutuskan untuk menunda pulang, memilih untuk menjauhi jalan.
Sementara hujan masih turun walau gak deras, Yudar akhirnya kembali berada di bawah pohon besar, namun kali ini dia berdiri di belakangnya, bersembunyi.
Kilatan-kilatan petir jadi semakin sering, entah kenapa, cahayanya membuat Yudar bisa terus memperhatikan situasi, mengintip dari balik pohon.
Tubuh Yudar gemetar, ketika akhirnya tebakan dia sebelumnya ternyata benar, ada sosok seram yang sedang berjalan menyusuri jalan setapak.
Oh, bukan. Ternyata sosok tinggi besar itu bukan sekadar berjalan, tapi bergerak melayang, namun kakinya tetap bergerak layaknya orang sedang melangkah.
Kali ini Yudar melihatnya sangat jelas, tinggi besar, mengenakan jubah panjang berwarna gelap, sungguh sangat menyeramkan..
Sosok ini bergerak menyusuri jalan menuju desa Sindang Hulu, tujuan Yudar pulang.

Gerimis terus turun, kilatan cahaya petir juga masih ada, mengiringi pergerakan sosok itu.

Hingga akhirnya, sosok pertama hilang dalam gelap hutan, hilang dari pandangan.
Sosok pertama?

Iya, ternyata beberapa meter di belakang sosok seram tadi ada sosok berikutnya dengan bentuk yang sama, tinggi besar, hitam seperti bayangan, berjalan melayang juga.
Yudar semakin ketakutan, namun tetap penasaran dengan terus mengintip dari balik pohon, mengamati.

***
Sekali lagi, ditambah dengan hujan yang masih saja turun, dan kilatan-kilatan cahaya petir makin membuat seram suasana, serpihan terang beberapa detik menjadikan sosok itu dengan semua pergerakannya jadi jelas terlihat.
Jubah panjangnya melambai tertiup angin yang datang dari arah berlawanan, dan kalau diperhatikan lebih seksama, Yudar dapat mendengar ada suara yang timbul dalam senyap, “Sssssssss...”, kira-kira seperti itu suaranya, berdesis panjang, seram.
Sosok kedua sama persis dengan yang pertama, berjalan terus ketika melintas di depan Yudar, sampai kemudian beberapa belas detik kemudian menghilang juga dari pandangan, tertutup gelap rimba alam.
Nafas Yudar masih tertahan, tangannya beberapa kali mengusap wajahnya sendiri, menyeka air bercampur keringat yang jatuh membasahi. Badannya terus gemetar, bercampur antara rasa takut, cemas, dan menggigil kedinginan.
Gak berlama-lama, tiba-tiba terdengar suara desis panjang sekali lagi, “Ssssssss..”

Sekali lagi nafas Yudar berhenti, untuk bernafas pun gak berani, menantikan ada apa gerangan selanjutnya yang akan terjadi.
Namun kali ini ada yang berbeda, tiba-tiba angin mulai bertiup, dahan dan dedaunan dari hampir semua pohon jadi melambai diterpa udara bergerak. Bertahap, yang awalnya hanya bertiup pelan, lama kelamaan angin semakin kencang, sampai menimbulkan riuh suara dalam senyap.
Kilatan-kilatan petir masih sering muncul, dengan begitu Yudar bisa melihat kalau (sekali lagi) ada sesuatu yang sedang bergerak melayang dari kejauhan. Serpihan cahaya putih membuat Yudar bisa melihat dengan jelas ada pergerakan sosok menyeramkan itu dari sela-sela pepohonan.
Jubah panjangnya bergerak tertiup angin, perlahan dia terus melayang dari arah kanan, menyusuri jalan setapak..

Nafas Yudar terus tertahan..

Sampai akhirnya sosok ini tiba-tiba sudah berada persis di depan Yudar yang masih terus mengintip dalam diam.
Berbeda dengan dua sosok sebelumnya, yang satu ini tubuhnya lebih besar, lebih tinggi, lebih menyeramkan..
Yudar mulai menangis pelan, rasa takut sampai di titik maksimal ketika melihat kalau sosok tinggi besar ini malah berhenti, tepat di depannya..!
Dia berhenti..

Diam, masih melayang..

Lalu perlahan kepalanya bergerak ke kiri, menoleh pelan ke arah pohon besar yang di belakangnya ada Yudar..

Sosok seram ini seperti menyadari akan keberadaan Yudar, dia menatap dalam gelap..
Gak tahu harus berbuat apa, Yudar malah tetap terus mengintip, beberapa saat lamanya mereka saling bertatapan..
Dalam remang gelap, akhirnya Yudar dapat melihat cukup jelas wajah dari mahluk menyeramkan ini, kilatan cahaya petir membantunya menatap garis wajah seram yang gak akan pernah dia lupakan.

Wajah kusam dan kelam, dua matanya menyala berwarna merah redup, memperhatikan..
“Ya, Tuhan, tolong aku..” Yudar menangis berdoa.

Sementara suara desis panjang masih terdengar..

“Sssssss...”

Gemuruh suara petir mengiringi rentang waktu mengerikan ini,
Membuat Yudar yang tadinya berdiri jadi jatuh terduduk, menunduk, gak lagi mampu untuk mengintip menyaksikan..

Yudar pasrah.

***
Telapak tangan mengeriput pucat, tubuh Yudar menggigil kedinginan, hujan terus turun mengguyur mambasahi badan.

Angin mendadak berhenti bertiup, tetiba hening sunyi di tengah suara turun air yang masih bergemericik.

Kilatan cahaya petir masih muncul sesekali.
Masih berposisi duduk, perlahan Yudar memberanikan diri untuk mengintip sekali lagi, melihat situasi.

Sepi, jalan setapak sudah kosong, mahluk seram itu sudah gak kelihatan lagi.

Yudar menghela nafas panjang, nafas yang tertahan sejak tadi.
Bangkit dari duduk, dengan sedikit keberanian Yudar mulai berjalan sambil menuntun sepeda, mendekat kembali ke jalan setapak.
Jalan tanah basah terlihat kosong sejauh mata mampu memandang, berbatas gelap dan rindang pepohonan.
Yudar belum berani menaiki sepedanya, masih mendorong berjalan kaki sambil terus memperhatikan keadaan, sangat berhati-hati dalam melangkah, licinnya jalan membuatnya kawatir terpeleset lagi.
Ditambah, dia gak mau kalau nanti harus bertemu lagi dengan tiga sosok menyeramkan itu, karena sepertinya mereka menuju arah yang sama, desa Sindang Hulu.
Yudar sudah sangat hapal Jalur jalan pulang ini, banyaknya belokan tanjakan dan turunan sudah dihapal luar kepala, makanya Yudar tahu ketika sudah mulai mendekati batas desa.
“Tinggal dua belokan lagi, setelah itu sampai di batas desa.” Begitu pikir Yudar bergumam sendiri, merasakan sedikit kelegaan karena sebagian doanya terkabul, di sisa perjalanan gak menemui peristiwa seram lagi.
Batas bagian timur desa Sindang hulu ditandai dengan dua pohon jati yang sangat besar, masing-masing berdiri di kanan dan kiri jalan, terlihat seperti gapura.

Menurut cerita turun temurun, pohon jati ini sudah ada sangat lama, memang sengaja ditanam sebagai penanda batas desa.
Walaupun dalam keadaan gelap malam, ditambah gerimis kecil yang masih terus turun, ternyata perhitungan Yudar tepat, beberapa puluh meter di depan sudah terlihat dua pohon jati, melihat itu Yudar langsung menaiki sepedanya lalu mengayuh cepat-cepat.
Yudar yakin kalau ini sudah mendekati tengah malam, ketika sudah melewati batas dan memasuki wilayah desa, keadaannya sangat sepi, sama sekali gak terlihat ada penduduk yang wara-wiri, layaknya pemukiman mati.
Rumah Yudar letaknya di sisi desa sebelah barat, maka dari itu dia masih harus menyusuri jalan dari ujung ke ujung, melewati banyak rumah yang letaknya berjauhan satu sama lain.
“Rrrrrrrr, rrrrrr, rrrr..” Suara kayuhan sepeda Yudar terdengar sendirian memecah sunyi.
Gelap, sepi.

Gerimis hanya tinggal menyisakan rintik kecil..
Baru setengah bagian desa yang sudah terlalui, tinggal setengahnya lagi, makin bersemangat Yudar mengayuh, ingin rasanya cepat-cepat sampai rumah.
Peluh mengucur deras, membasahi tubuh dan pakaian yang belum juga kering karena kehujanan tadi. Sepoi angin bertiup dari arah berlawanan, menerpa wajah Yudar, dingin sekali rasanya.
“Sssssssssssssssss….”

Tiba-tiba, terdengar suara itu lagi..!

Degup jantung seperti berhenti tiba-tiba.
Yudar gak harus berpikir bertanya-tanya dari mana suara itu berasal, karena sudah sangat yakin kalau sumber suara berasal dari arah belakang..
Kalau memang dugaan Yudar benar, maka dia sedang diikuti oleh sosok meyeramkan itu.
Gak berani menoleh untuk memastikan, Yudar memilih untuk terus mengayuh sepedanya cepat-cepat, mencoba untuk menghindar jauh-jauh, berharap sosok-sosok yang sedang ada di belakang tertinggal menjauh.
Tapi ternyata gak begitu kenyataannya, suara berdesis panjang malah terdengar makin jelas, menandakan kalau jaraknya makin dekat.
Entah apa yang ada di pikiran Yudar, ketika serta merta dia malah menoleh ke belakang, coba untuk memastikan, benarkah sedang ada yang mengikuti?
Ternyata benar, walau hanya beberapa detik melihat, Yudar dapat memastikan kalau di belakangnya sedang ada mahluk menyeramkan itu, bukan hanya satu, tapi ada dua sosok berbentuk bayangan hitam yang sedang bergerak melayang mengikuti pergerakan Yudar.
Yudar ketakutan, sambil menangis dia terus mengayuh sepedanya lebih cepat lagi.

Sementara suara desis panjang terus terusan terdengar, “Ssssssssssss..”

Sekali lagi Yudar menoleh, namun dua sosok itu masih terus saja mengikuti.
Gak terasa, Yudar sudah hampir sampai di depan pemakaman umum, pemakaman besar yang biasa dipergunakan oleh penduduk dari tiga desa terdekat.

Dari pemakaman ini, rumah Yudar berada gak jauh lagi.
Beberapa belas meter di depan, akan sampai di depan gerbang masuk pemakaman, pemakaman gak berpagar, hanya beberapa tumbuhan setinggi pinggang yang menjadi batasnya.
Nah, ketika sudah mulai melintasi pemakaman inilah, sekali lagi Yudar melihat ada pemandangan aneh yang menyeramkan.
Memang, keadaan sudah sangat gelap gulita, tapi karena dibantu remang cahaya langit seadanya, Yudar dapat melihat ada “Aktivitas” di dalam area pemakaman. Sambil terus mengayuh, Yudar melihat ada beberapa sosok yang sedang berdiri melingkar seperti sedang mengelilingi sesuatu.
Ada sekitar tujuh atau delapan sosok. Yudar gak bisa melihat mereka dengan jelas, pandangannya hanya bisa menangkap kalau sosok-sosok itu berbentuk siluet hitam.
Pemandangan seram itu semakin jelas kelihatan ketika Yudar sudah berada persis di depan gerbang pemakaman.
Saat itulah, ketika rasa takut bercampur dengan penasaran..

“Apa yang sedang mereka lakukan di pekuburan?” pertanyaan itu yang ada di kepala Yudar.
Terus mengayuh sepedanya, setelah gerbang pemakaman terlewati, Yudar tiba-tiba memutuskan untuk menoleh ke belakang.
Ternyata dua sosok menyeramkan yang sejak tadi mengikuti sudah gak lagi di belakangnya, namun mereka masih kelihatan bergerak melayang, tapi malah berbelok masuk ke area pemakaman.
Pada saat itulah Yudar memutuskan berhenti sebentar untuk mengobati rasa penasaran. Pada ujung pemakaman, Yudar mengintip memperhatikan.
Banyak sosok seram itu ternyata sedang diam berdiri mengelilingi beberapa kuburan. Angin malam yang berhembus membuat suasana menjadi makin mencekam.
Kilatan petir dari langit yang sebelumnya mulai menghilang, tiba-tiba muncul lagi, menjadikan pemakaman yang gelap gulita menjadi terang benderang sepersekian detik.
Saat inilah Yudar dapat melihat pemandangan seram jadi lebih mengerikan lagi. Sosok-sosok menakutkan itu jadi sangat jelas kelihatan bentuknya..!

Gemuruh lagi-lagi muncul.

Gerimis yang tadinya sudah berhenti, perlahan rintiknya mulai turun lagi.
Sementara Yudar terus diam mengintip dari kejauhan.
Sungguh pemandangan yang sangat menyeramkan.

Hingga semuanya berakhir ketika Yudar melihat ada satu sosok yang mulai bergerak meninggalkan tempatnya, bergerak melayang pergi, menuju gerbang gapura pemakaman.
Melihat itu, Yudar seperti terkesiap tersadar, dia lalu langsung menaiki sepeda dan mengayuhnya cepat-cepat. Lagi-lagi kepanikan melanda.
Untungnya, rumah Yudar sudah dekat, hanya beberapa saat kemudian dia sudah berbelok masuk ke halaman rumahnya.

Membiarkan sepedanya tergeletak di teras, Yudar langsung mengetuk pintu. Gak lama, hanya beberapa detik kemudian pintu terbuka.
“Kamu dari mana aja Yudar, ini sudah tengah malam, kamu baru pulang.”

Dari balik pintu, nenek Sarmi bilang begitu dengan raut wajah kekawatiran.

“Nanti aja ceritanya. Cepat tutup dan kunci pintunya, Nek.” Gemetar suara Yudar bilang begitu.
“Ya sudah, sana cuci badan dan kakimu dulu. Setelah itu langsung tidur.”

“Malam ini, aku tidur di kamar Nenek lagi, ya. Aku takut, Nek.” Ucap Yudar sebelum ke kamar mandi.

Nenek Sarmi mengiyakan.
Malam itu, Yudar belum berani menceritakan tentang peristiwa yang baru saja dia alami kepada Neneknya, karena ketakutan masih memenuhi isi ruang bathinnya.
Sementara itu, di sisa malam “Aktivitas” menyeramkan masih berlangsung di desa Sindang Hulu, sosok-sosok misterius seperti terus berkeliling ke seluruh penjuru, menjadikan suasananya jadi makin mencekam, benar-benar seperti desa mati.

Ngeri..

***
Sekian episode malam ini, kita lanjut lagi minggu depan.

Cerita bersambung prekuel #rhdpk ini masih punya banyak sisi seram yang bisa diceritakan, semakin mengerikan.

Sampai jumpa minggu depan,
Tetap sehat, supaya bisa terus merinding bareng.

Salam,
~Brii~

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Brii

Brii Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @BriiStory

18 Nov
Keangkeran tempat kerja kadang terpaksa harus dihadapi. Keseraman lain dimensi, sesekali menghadirkan sosok-sosok ngeri.

Malam ini, ada teman yang akan bercerita tentang seramnya pabrik tempatnya bekerja. Tahun 2001 peristiwa ini terjadi.

Simak di sini, hanya di Briistory.

*** Image
Suara itu lagi, walaupun sudah pernah mendengar sebelumnya, tetap saja aku terkejut, tetap menoleh ke pintu walau tahu masih dalam keadaan tertutup.
Suara gesekan sapu ijuk dengan lantai, menggusur debu serta kotoran, membersihkan.

Suara sapu ini mungkin akan terdengar biasa saja kalau siang hari, tapi beda cerita ketika terdengarnya tengah malam seperti ini.
Read 85 tweets
11 Nov
Entah bagaimana cara dan prosesnya, berjalan lintas dimensi bisa saja terjadi. Siapa pun bisa mengalami, gak pandang bulu.

Malam ini, satu teman akan bercerita pengalaman seramnya, lintas dimensi merasakan kekacauan garis ruang dan waktu. Hanya di sini, di Briistory..

***
~Circa 2003, selatan Jawa~
Aku dan Virgo akhirnya menyerah, kami sudah gak kuat menahan kantuk.
Read 101 tweets
28 Oct
Banyak peristiwa menjurus seram terjadi ketika kita sedang berada di tempat asing, tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya.

So, simak cerita pengalaman salah satu teman, ketika dia terdampar di losmen hantu, di jalan lintas Sumatera.

Hanya di sini, di Briistory.
***
“Ada, Mas. Gak jauh lagi, kok.”

“Besar bangunannya, Pak?”

“Gak terlalu, tapi kamarnya lumayan banyak.”

“Oh, gitu. Ya sudah, nanti saya ke sana deh, Pak.”
Kemudian Bapak pemilik warung kecil ini kembali melanjutkan kegiatannya, membereskan warung untuk menutupnya segera, aku pelanggan terakhir.
Read 96 tweets
14 Oct
Sering kali dalam kondisi tertentu kita terpaksa harus tinggal di satu tempat, walau sebenarnya tinggal di situ sangat menguji ketahanan nyali.

Salah satu teman akan bercerita pengalaman ketika terpaksa tinggal di salah satu apartemen.

Simak di sini, hanya di Briistory.

***
***
~Beberapa hari sebelumnya~

“Ya udah, sih. Lo nginep di apartemen gw aja dulu, sampe dapet kostan yang baru, ribet banget hidup lo.”

“Takut aku, Hes..”

“Takut apaan, deh?”

“Takut malah betah, hahahahahaha. Ntar gak pindah-pindah aku, hahaha.”
Read 97 tweets
30 Sep
Tempat kost, harusnya jadi tempat yang nyaman untuk tinggal, tapi kadang malah jadi tempat yang sungguh menyeramkan.

Salah satu teman akan menceritakan kisah seram di tempat kost-nya di Bandung.

Simak di sini, di Briistory.

***
Aku langsung mematikan lampu, lalu memastikan kalau pintu sudah terkunci. Situasinya nyaris sama dengan beberapa hari yang lalu..

Sepinya beda, hawanya gak biasa.
Derit lantai kayu terdengar samar, suara yang seharusnya timbul karena ada seseorang yang sedang melangkah, masih samar karena sepertinya sumber suara masih jauh.
Read 101 tweets
23 Sep
Liburan bersama teman memang sangat menyenangkan, seru. Tetapi banyak pula acara liburan yang malah berubah jadi pengalaman seram, mengerikan.

Salah satu teman akan bercerita pengalaman seramnya ketika menginap di Villa Puncak, Bogor.

Simak di sini, hanya di Briistory.

***
“Lumayan, kan. Villa gratis, hehehe.” Rimba bilang begitu.

“Liburnya lama pula. Sedap beneeerr..”, Vero gak kalah antusiasnya.

“Iya, kata bokap, yang penting bisa jaga kelakuan dan kebersihan, soalnya gak ada yang bantu-bantu, jadi kita bener-bener sendirian,” ucap Deasi.
Percakapan menyenangkan itu terjadi di dalam kampus, tempat kami semua berkuliah.

Oh, iya, aku Bara, mahasiswa angkatan 2016 salah satu universitas di Jakarta.
Read 95 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(