Awalnya, ia hanya membagikan bubur kepada para tetangga yang tak jauh dari rumahnya di daerah Babakan Ciparay. Namun seiring berjalannya waktu, area kirimnya semakin meluas.
Bahkan, sehari-hari ia dapat mengirim bubur sampai ke daerah Cilengkrang, Manglayang, Soreang, Cimahi, dan Kabupaten Bandung Barat.
Kegiatan tersebut dimulai sejak awal Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Untuk warga yang sedang isoman, Ghufron mengirimkan sepaket bubur ayam dan diantar melalui ojek online.
Syarat mendapat bubur gratis dari Ghufron tak sulit. Orang yang membutuhkan tinggal mengirim nama, alamat, jumlah pasien isoman, dan foto hasil tes swab PCR atau antigen positif.
Namun, saat ini ia mengaku tak hanya memberikan bubur pada yang sedang isoman saja, melainkan siapa saja yang terdampak pandemi.
Dalam sehari, rata-rata ia membagikan bubur ayam hingga 300 porsi. Telah berjalan kurang lebih satu bulan, sudah di atas 10 ribu porsi yang ia berikan secara cuma-cuma. Karena bertambahnya jumlah dan jangkauan kirim, ia pun dibantu oleh karang taruna untuk pendistribusian.
“Awal mula saya melakukan kegiatan bubur gratis untuk isoman ke luar daerah waktu awal Juli. Dagangan begitu sepi karena efek PPKM. Karena sering ada sisa dan dibawa pulang lagi, (cont)
akhirnya saya coba bikin pesan berantai lewat grup Whatsapp soal bubur gratis buat isoman dengan radius 2 km dari tempat saya,” ujar Ghufron saat dihubungi GNFI, Sabtu (14/8/2021).
“Lalu yang berkembang di lapangan ternyata broadcast saya berubah jadi radius 10 km dan pada tanggal 7 Juli, pesan masuk ke handphone saya ribuan. Saya kaget, bingung harus bagaimana karena keuangan saya tidak mungkin cukup,” lanjutnya.
“Nah, di situ Saya ngobrol sama istri untuk bongkar tabungan yang rencananya buat dp rumah. Alhamdulillah istri setuju. Dalam tiga hari, uang yang saya kumpulkan bertahun-tahun habis dan kemudian selanjutnya ada para dermawan yang membantu.”
Ghufron sendiri mengaku tak berjualan pada tiga minggu awal ia mulai membagi-bagikan bubur gratis. Setiap harinya, banyak pesan masuk untuk permintaan bubur ayamnya.
“Baru minggu sekarang saya mulai berjualan lagi, karena pesanan masuk lebih sedikit jadi bisa sambil berjualan.”
Ia pun memiliki niat untuk terus membagikan bubur pada yang membutuhkan selama pandemi masih ada. Meski ia pun tahu memiliki keterbatasan secara ekonomi.
“Saya sangat prihatin dengan keadaan sekarang ini, banyak yang kehilangan pekerjaan, mereka tidak bisa berjualan, terus sakit lagi. Orang tua saya sering bilang kalau dengan bersedekah bisa menolak bala dan rejeki nya bisa di mudahkan, saya yakin itu,” pungkas Ghufron.
Yuk yang mau tahu tentang pendekar Covid-19 satu ini, yuk klik artikelnya yaaa
Jika Kawan memiliki cerita2 serupa yg berkaitan dgn aktivitas solidaritas sosial, GNFI akan dengan senang hari memuat dan mengabarkannnya kepada masyarakat. Hal ini kami lakukan sebagai bagian dari kampanye sosial kami, yakni:
Rumah Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur 56--kini Jalan Proklamasi, didatangi para pemuda yang sudah mengetahui Jepang sudah menyerah kepada Sekutu.
Sampai ia diculik ke Rengasdenglok, Bung Karno menolak desakan para pemuda agar saat itu juga kemerdekaan diproklamasikan. Dia lebih memilih tanggal 17 Agustus.
Bisa Dihargai Rp30 Juta, Babi Jadi Hewan yang Disakralkan di Papua
Terdapat beberapa aturan tidak tertulis bagi wisatawan yang berkunjung ke Lembah Baliem, Papua. Salah satunya, soal memotret babi.
📷: Tanya Keisha (shutterstock)
Aturan tidak tertulis di Lembah Baliem itu tidak boleh memotret sembarangan tanpa izin Suku Dani yang sedang berkoteka. Seusai memotret, wisatawan wajib memberi tips bagi pria berkoteka.
"Sebaiknya izin dulu dan seusai memotret wajib berikan tips kepada pria berkoteka itu," kata peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto yang dikabarkan Tempo, Jumat 1 Januari 2021.
Ini Perbedaan Pakaian Adat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar
Perlu tahu bahwasannya suku Baduy terbagi menjadi dua bagian, yakni suku Baduy dalam dan juga suku Baduy luar. Keduanya mempunyai ciri yang berbeda-beda namun masih dalam lingkup yang sama.
Selain ikat kepala yang hingga saat ini masih menjadi sebuah ciri khas, ternyata warna busana pun disinyalir mempunyai perbedaan antara kedua suku tersebut.
Lantas bagaimana cara membedakan suku Baduy dalam dan Baduy luar? Yuk kita simak ulasannya.
1) Warna putih untuk Suku Baduy Dalam
Laki-laki yang bermukim di Baduy dalam memakai busana lengan panjang serta berwarna putih polos biasa disebut dengan “jamang sangsang”. Disebut demikian lantaran cara memakainya hanya disangsangkan atau diletakkan di badan saja.
Walau masih terbilang muda untuk sebuah organisasi yang memiliki tujuan mulia, IDE nyatanya sudah melaksanakan berbagai program gerakan sosial lintas disiplin ilmu, lewat empat sub-bidang pengabdian yang meliputi pendidikan, kesehatan, ekonomi pariwisata, dan lingkungan.
Terpaan pandemi yang melanda nyatanya tidak menyurutkan semangat Dewi dan rekan-rekannya di IDE untuk melanjutkan semangat pengabdian lewat aksi sosial yang berlangsung.
Mirip Urap, 5 Sajian Ini juga Ditaburi Parutan Kelapa
Indonesia memiliki berbagai olahan sayuran. Mulai dari yang diolah dengan cara ditumis hingga direbus saja. Bahkan, sajian sayuran di beberapa daerah juga memiliki khasnya tersendiri
📷: Asian Food Network
Urap sangat nikmat disantap bersama dengan nasi hangat dan beberapa hidangan pelengkap, seperti tempe goreng, telur, hingga kerupuk. Namun, ternyata terdapat beberapa sajian dari daerah lain yang mirip dengan urap. Kira-kira apa saja, ya?
1. Trancam
Sajian ini merupakan masakan khas Jawa Tengah. Sangat terlihat mirip dengan urap, tetapi sebenarnya terdapat perbedaan antara keduanya. Jika urap menyajikan sayuran dengan direbus, trancam menyajikannya masih dalam keadaan mentah.
Berlaku Mulai 2022, Ini Fakta Penggantian Warna Putih pada Pelat Kendaraan Pribadi
Bukan hal baru, kabar soal penggantian warna pelat kendaraan pribadi ini sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 2017, tepatnya di bulan September.
📷: Muhd Imran Ismail/Shutterstock
Berdasarkan pemberitaan Lokadata (25/7/2018), kabar ini juga diperkuat oleh akun instagram/polantasindonesia yang pertama kali mengunggah tampilan fisik baru dari pelat kendaraan pribadi yang dimaksud.
Langsung mengundang banyak reaksi, Brigjen Halim Pagarra yang menjabat sebagai Direktur Registrasi dan Identifikasi Korlantas Polri kala itu,