Fredyaspiree Profile picture
Sep 12, 2021 70 tweets 10 min read Read on X
BISIKAN
- sepenggal cerita kelam sebuah keluarga

@HorrorTweetID
@horrornesia @ceritaht @IDN_Horor
@bacahorror
@Penikmathorror
#Horrortruestory
#bagihorror #Horrorthread #bacahorror #ceritahorror #Penikmathorror Image
2002

SUARA resleting tas dan langkah kaki anak-anak Mira bersahutan siang itu. Mereka harus segera bergegas meninggalkan rumah kontrakan yang sudah empat tahun mereka tempati. Uang yg dimiliki Mira tinggal bertahan untuk seminggu.
Salsa, anak pertama Mira hanya bisa secepat mungkin membantu adik2nya mempersiapkan diri. Siang itu juga mereka harus berpindah. Waktu kontrak rumah sudah habis tiga hari lalu. "Ayo.. Ayo cepat, ini angkot terakhir," kata Mira meneriaki Dela anak keduanya dan dua adiknya
Mobil Carry berwarna kuning yg ditumpangi Mira dan keempat anaknya melaju cepat menembus teriknya hari. Jalanan aspal lebar yang dilalui kendaraan besar, kini berganti dengan aspal desa. Semakin lama, mobil angkot masuk ke tengah pedesaan yang semakin rimbun.
Jalan aspal lalu mulai berganti dengan tanah keras berbatu. Deretan tanaman tebu dan jagung menyambut di kiri kanan jalan. Seperti pagar hidup yang mengurung semua yang melintas. Tepat setelah adzan ashar, mobil angkot yang dicarter Mira berhenti di depan sebuah rumah tua besar
Tak lama setelah sopir membuka pintu mobil, pemilik rumah juga membuka pintunya. Salsa melirik dari balik jendela mobil yang dipenuhi barang pindahan. Dia melihat seorang perempuan berusia sekitar 45 tahun keluar rumah dan menyapa ibunya.
Sekilas, wanita berkerudung hitam itu kelihatan ramah. Setelah berbincang singkat dengan Mira, wanita itu menyuruh dua orang pembantunya mengangkat barang2 dari dalam angkot.

"Jauh ya mir? Tapi aku jamin kamu nanti betah kalau sudah tinggal disni," kata Wanita itu disamping Mira
Wanita itu bernama Puspita. Dia tinggal seorang diri di rumah itu. Salsa mendengarkan semua obrolan Mira dan Puspita di ruang tamu tak lama setelah barang2 dipindahkan. Mira dan Puspita kenal di salah satu acara pengajian bulanan. Entah bagaimana ceritanya, Puspita dan Mira akrab
Mira bahkan menceritakan masalah suaminya yang sudah lebih dari satu tahun tak memberi kabar. Suami Mira merantau, biasanya paling lama dua bulan akan ada kabar dari suaminya. Termasuk kiriman uang untuk Mira dan empat anaknya.
Tapi kali ini kabar dari suami Mira tak kunjung terdengar. Simpanan uang sudah habis.masa tinggal di Kontrakan juga sudah hampir selesai. Mira tak tahu harus bercerita kepada siapa. Sampai kemudian Puspita menawari Mira tinggal di rumahnya.
Salsa mulai bosan mendengarkan cerita Puspita dan Mira. Masalah rumah tangga terlalu rumit untuk anak duabelas tahun. Salsa mencolek pundak Dela, mengajak adiknya berkeliling rumah. Dela mengangguk, meninggalkan Ranti dan Bela yang tertidur di kursi kayu
Rumah Puspita cukup luas untuk ukuran orang desa. Bangunannya mirip peron stasiun lama. Dengan atap tinggi tanpa plafon. Sebagian warna dindingnya kusam seperti sering terkena asap. Salsa terus berjalan ke lorong belakang rumah.
Dicarinya tulisan kaligrafi atau lafal bertuliskan nama Allah atau Nabi Muhammad. Tapi hampir tidak ada di sudut mana pun. Padahal umumnya, rumah2 di desa saat itu terutama untuk mereka yg beragama islam selalu ada benda-benda dengan lafal itu
"Kak, ayo ke mama. Aku takut," Dela tiba-tiba berbisik ketika Salsa berjalan ke kamar nomor 7. Salsa menoleh ke Dela, lalu mengangguk. Salsa membatin jika rumah itu ternyata cukup besar. Ada sekitar delapan ruangan di dalamnya.
Ketika sampai di ruang tamu, Puspita dan Mira sudah akan beranjak. Mereka menggendong tubuh Bela dan Ranti yang masih tertidur. Puspita mengajak Mira untuk masuk ke kamar yang akan mereka tempati. Salsa langsung mengikuti sambil menggotong tas dan barang yg mereka bawa sebelumnya
Kamar untuk Mira dan empat anaknya ternyata berada di luar rumah Puspita. Setelah melewati lorong rumah, Puspita terus berjalan keluar melewati tanaman kopi yang tumbuh di belakang rumahnya. Sekitar 30 meter, ada sebuah rumah kayu yang berdiri di antara tanaman cengkeh dan kopi
Puspita membuka pintu rumah lalu meletakan tubuh Ranti di satu-satunya kasur besar yang ada di dalam rumah. Setelah menaruh kedua anak itu, Puspita mengajak Mira kembali keluar. "Salsa, mama keluar dulu. Kamu sama Dela jaga adik2 dulu. Nanti mama kembali bawa nasi,"
Salsa dan Dela tak menjawab banyak. Mereka masih merasa butuh penyesuaian. Dela yg terlihat lelah langsung merebahkan tubuhnya menyusul dua adiknya. Semilir angin yang masuk melalui celah jendela membuat Dela segera mengantuk. Salsa memilih berjalan mengelilingi rumah kayu
Dibukanya jendela rumah bagian belakang. Hamparan tanaman kopi dan pohon-pohon asam besar langsung terlihat. Ditatapnya semua sudut pepohonan. Nyaris tak terlihat ada manusia di sana. Hanya ada dua rumah yang terlihat berdiri. Bentuknya sama, rumah kayu
Salsa mulai bosan. Biasanya, di rumahnya yg lama ada banyak hiburan yg bisa dia lakukan. Tapi di sini, hanya ada pohon dan sepi. Salsa berjalan keluar rumah. Dia duduk di kursi bambu panjang yang ada di depan rumah kayu. Tak ada yg bisa dilihatnya selain batang2 kopi
"kak.. Kak Salsa.. Kak"
Salsa terbangun kaget mendegar suara Bela setengah berteriak. Ternyata dia tertidur di depan rumah kayu. Semuanya gelap. Dengan kepala pusing, Salsa menebak-nebak posisi rumah. Dia baru ingat jika adik-adiknya tertidur di dalam rumah
'Kemana mama! "batin Salsa jengkel. Kaki Salsa beberapa kali tersandung batu bata yang ada di sekeliling rumah. Tanganya meraba-raba dinding mencari letak pintu rumah."cklek.. Kreeek"
Salsa berhasil membuka knop pintu. Langsung dicarinya letak kasur lalu memeluk ketiga adiknya
Bela si bungsu langsung menangis setelah tangan Salsa mendekapnya. "Maaf kak, aku baru bangun setelah mendengar suara Bela," Salsa mengusap pundak dan kepala adik2nya. Dia tak tahu harus berbuat apa. Malam terlalu gelap. Salsa tak berani keluar untuk mencari Mira.
Di tengah kondisi gelap, keempat anak itu tiba2 mendengar suara gesekan ranting pohon yang cukup kencang. "Sreeek... Sreeek" suara itu seolah mengelilingi dinding rumah. Ranti mencengkram tangan Dela. Bela memeluk erat tubuh Salsa. "Sreek sreeek" suara itu terus mendekat
"Dok..dok..dok.." kali ini suaranya seperti di depan pintu.

"Ma....mama.."Salsa memanggil pelan.

Tak ada sahutan. Suara gesekan itu memelan, lalu berhenti.

"Maa...." Salsa kembali memanggil.

"Kikikik... Kikikikik. Kikikikik" panggilan Salsa dibalas suara tawa melengking.
Suara itu melengking mengelilingi rumah. Lalu terdengar semakin ke atas. Salsa memejamkan mata sambil memeluk erat tiga adiknya. Bela menahan tangis mendengar suara wanita yg mirip burung cekakak itu mengitari rumah.

Keringat membasahi kepala dan punggung Salsa.
Kondisi itu berlangsung hampir sepuluh menit lamanya. Suara cekikikan itu seperti berpindah dari satu pohon ke pohon lainya.

Perlahan, bunyi suara cekikikan itu menghilang. Berganti dengan suara langkah kasar yang seolah berjalan dengan cepat
,
Dalam keadaan ketakutan, Salsa hanya bisa menoleh ke kanan dan kiri sambil membekap adiknya. Tiba-tiba dari kaca depan rumah kayu muncul nyala api. Salsa berteriak, tak bisa lagi menahan ketakutanya.

Engsel pintu kayu lalu terbuka. Seorang pria berusia sekitar 50 tahun berdiri
Dia membawa obor sambil mengamati anak-anak kecil yang ada di depanya.

"kalian siapa?" Tanya pria itu sambil menatap. Salsa. Anak2 itu hanya bisa terdiam dengan raut yang masih pucat. "Saya Salam, rumah saya dibelakang sana," Pria itu memperkenalkan diri
Dia lalu berjalan mendekati lampu minyak yang ternyata dipasang tak jauh dari kasur. Ada dua lampu minyak. Perlahan cahaya api mulai menerangi sekeliling kamar.
"saya Salsa pak, anaknya Bu Mira. Temanya Bu Puspita," kata Salsa setelah melihat pria yg didepanya bukan orang jahat
Singkat cerita. Pria itu kemudian menunggui anak2 itu di depan rumah. Sambil menanti Mira dan Puspita pulang. Salsa yang mulai merasa tenang lalu mulai terlelap bersama adik2nya.

Esoknya, Salsa terbangun ketika hidungnya mencium aroma nasi goreng. Perut Salsa langsung bereaksi
Dia melihat ibunya sedang memindahkan nasi goreng dari wajan ke empat piring-piring kecil.

"Sudah bangun Sa? Maaf ya kemarin sore mama pergi pengajian. Tempatnya jauh, mama baru bisa pulang tadi subuh." kata Mira sambil memandang Salsa
Hati Salsa cukup jengkel sebenarnya melihat kelakuan ibunya. Apalagi jika mengingat ketakutan yang dirasakanya semalaman. Tapi Salsa berusaha menahan. Dia memilih membangunkan adik-adiknya untuk sarapan. Hari itu semua berjalan normal. Mira menemani anak-anaknya hingga malam
Hingga hari ke tujuh, aktifitas Mira dan keempat anaknya hanya berputar di sekitar rumah. Mira mencarikan sekolah untuk Salsa dan ketiga adiknya. Salsa dan Dela mendapatkan sekolah yang berjarak sekitar 300 meter dari rumah kayu. Sedangkan Ranti dan Bela sedikit lebih jauh
Sekolah mereka harus melewati persawahan dan kebun yang berbatasan dengan jurang.

Hari ke delapan, Mira mulai sering datang ke pengajian lagi dengan Puspita. Karena menjadi anak tertua. Salsa lah yang akhirnya mulai mengurusi kebutuhan rumah. Mulai menyiapkan makanan .
sampai mengantar jemput Ranti dan Bela. Salsa senang sebenarnya dengan aktifitas ibunya. Mira menjadi lebih rajin Sholat saat ini. Jauh berbeda daripada ketika masih di rumah kontrakan lama. Ibunya sering marah-marah sampai lupa beribadah.
Tapi hal itu rupanya menjadi sebuah awal yang berbeda untuk kehidupan Salsa dan adik-adiknya. Di hari ke sepuluh mereka tinggal di rumah Kayu, Mira kembali tak pulang sampai malam hari. Salsa langsung mengajak tidur adik-adiknya, membekap mereka dalam balutan selimut
Untuk anak seumuran Salsa, berada di sebuah rumah kayu yang dikelilingi kebun kopi dan pepohonan besar tetaplah menakutkan. Sepuluh menit berselang, adik-adiknya sudah terlelap. Tapi mata Salsa justru sama sekali tak bisa terpejam. Dilihatnya jendela yang hitam pekat
tak ada cahaya dari luar rumah kayu. Suara gesekan daun dan dahan kopi terdengar bersahutan di luar rumah. membuat suasana di rumah kayu semakin terasa tidak menyenangkan. Salsa menarik selimut menutupi wajahnya. Berharap segera diserbu rasa kantuk.
Satu jam berjalan, kesadaran Salsa mulai hilang. Ditengah kondisinya yang baru mulai terlelap, suara knop pintu terdengar sedang dibuka dari luar. Salsa ingin menengok, tapi matanya sudah mulai sayu. "Sepertinya Mama" batin Salsa. Dia hafal suara pintu yang dibuka ibunya
Baru setengah jam tertidur, Salsa mendengar suara jendela yang terbuka. Dia pun membuka matanya dan melirik ke arah Jendela. Nafas Salsa tertahan, dia melihat seorang perempuan menggunakan mukena berdiri menghadap jendela yang terbuka. Tanganya terangkat seperti orang berdoa
Jendela itu beberapa kali terbuka dan tertutup seperti dipermainkan angin. "Ma...mam,,mam"panggil Salsa pelan. kepala perempuan itu menoleh ke arah Salsa. Rupanya memang Mira, tapi ekspresinya hanya menatap dingin. Mira lalu kembali menatap jendela. Mulutnya terus bergumam
Salsa mulai merasakan ada yang aneh dengan Mamanya, tapi dia memilih diam. Dilihatnya lagi Mira yang masih dalam posisinya. Berdiri mematung dengan tangan mengadah ke arah jendela. Salsa ingin memanggil lagi, tapi tak jadi. Lalu kembali melanjutkan tidur.
Esoknya, Salsa melihat ibunya kembali beraktifitas seperti biasa. Ibunya memasak makanan untuk sarapanya dan adik-adiknya. Tapi kali ini, Mira nyaris tak berbicara sepatah kata pun. "Mama sakit?" tanya Salsa sebelum berangkat ke sekolah. Mira menatap Salsa sebentar.
Kepalanya menggeleng kaku, lalu keluar rumah sambil menggandeng Bela dan Ranti.
Malam harinya, Mira tak pulang lagi ke rumah. Salsa mulai merasa tidak nyaman. Dia ingin keluar rumah dan mencari Mira ke tempat Puspita, tapi malam selalu terasa pekat. Salsa tak berani keluar rumah bahkan untuk ke rumah Puspita yang hanya berjarak 30an meter.
Mira baru kembali saat subuh. Memasak untuk anak-anaknya seperti hari biasa. Lalu hilang tak lama setelah Adzan berkumandang. Biasanya, Mira pergi ketika Salsa dan adik-adiknya sedang bermain ke rumah tetangga yang ada di depan rumah Puspita.
Tapi Salsa hampir tidak pernah melihat ibunya keluar ke jalanan. Padahal itu satu-satunya jalan keluar dari area perkebunan kopi.

Mira hampir tak pernah ada di rumah kayu pada malam hari. Meski masih merasa takut, Salsa mulai memaksakan dirinya untuk terbiasa.
Menidurkan Bela dan Ranti. Membantu Dela mengerjakan tugas sekolah setiap malam. "Kak, mama kemana ya. Kok sekarang pergi terus?" tanya Dela sesaat setelah menyelesaikan tugasnya.

"Gak tau dek, mungkin mama masih pengajian, menenangkan diri. Mendoakan papa,"sahut Salsa
Esoknya, sepulang sekolah, Salsa tak sengaja mendengar cerita beberapa orang wanita yang baru pulang dari kebun. Mereka menceritakan sosok wanita misterius yang setiap malam muncul di sungai dekat area pemakaman umum. "Sepertinya orang gila buk, atau orang lagi ngelmu,"
Wanita yang mengaku sempat melihat langsung itu mengatakan jika wanita yang dilihatnya itu memakai pakaian serba putih. "Mungkin orang stres buk, atau malah setan penasaran. Hiiii,"wanita satunya menyahut sambil mengangkat bahu
Salsa mempercepat langkahnya sampai ke rumah kayu. Dela yang berjalan pelan dibelakangnya ditarik supaya berjalan lebih cepat.

Sesampainya di rumah, Salsa melihat ibunya sedang menjemur pakaian. Bela dan Ranti bermain tanah liat dibawahnya. "Sudah pulang Sa, ayo makan dulu,"
Mira tersenyum sambil melebarkan mukena yang dijemurnya. Salsa langsung masuk ke dalam rumah tanpa banyak bicara. "Kak, wajah mama kok pucat ya?" celetuk Dela sambil mengikuti langkah Salsa masuk ke rumah kayu. "Mungkin sakit," Sahut Salsa singkat.
Malam harinya, Mira lagi-lagi tak ada di rumah. Salsa yang baru bangun tidur selepas isya kaget melihat kondisi rumah gelap gulita. Dirabanya tubuh adik-adiknya yang ternyata sudah terlelap di kasur. Salsa beranjak turun dari kasur, mencari-cari korek kayu
Dinyalakanya dua lampu minyak disamping kasur. Setelah menyala, Salsa mencoba mencari cari di sekeliling rumah. Ternyata memang ibunya tidak ada.

"Del...Dela.. Bangun"Salsa menggoyangkan pundak Dela yang masih tertidur memelik Ranti.
"Del, Dela..Del!"
Dela akhirnya menggeliat dan membuka matanya. "Apa kak?"kata Dela sambil mengangkat alis.

"Mama hilang lagi. Ayo kita cari,"bisik Salsa.

Dela melirik tubuh Bela dan Ranti yang masih terlelap.
"Mereka biarkan di sini dulu, nanti kakak kunci pintunya dari luar"
Dela mengangguk, lalu turun dari atas kasur. Dimasukanya jarinya ke dalam gelas berisi air putih, lalu diusapnya kedua kelopak matanya.

Salsa mengunci pintu rumah kayu dari luar. lalu berjalan.tanpa penerangan, dia menggandeng Dela melewati dahan-dahan kopi yang menutupi jalan.
Salsa mulai hafal jalan meskipun tanpa penerangan sama sekali. Suara cekikik yang pernah didengarnya dulu sayup-sayup terdengar dari jauh. Salsa mempercepat langkahnya, lalu setengah berlari sampai ke bagian belakang rumah Puspita
Rumah besar milik Puspita tenyata juga gelap. Nyaris tidak ada penerangan sama sekali.Salsa beberapa kali mengetuk pintu.Dia berharap ibunya juga ada di dalam rumah. Empat, lima,enam sampai sepuluh ketukan tidak ada sahutan dari dalam. Salsa beranjak, berjalan ke arah pintu depan
Baru tiga langkah kakinya berjalan, Salsa dan Dela mendengar suara pintu yang dibuka. Suaranya terdengar keras, tapi dari dalam rumah. Salsa berpikir Puspita terbangun dan mendengar panggilanya. Dia pun kembali ke pintu belakang. Diketuknya lagi rumah Puspita.
Suara pintu terbuka terdengar lagi dari dalam rumah. Salsa memundurkan langkah, menunggu pintu belakang dibuka pemilik rumah. Suara knop pintu belakang terbuka perlahan. Salsa membuka buka matanya berusaha menangkap wujud dibalik pintu.
Tapi semuanya terlalu gelap, dia tidak bisa melihat apapun dari pintu. Angin hangat tiba-tiba mengalir menghantam wajah Salsa dan Dela, diiringi aroma harum kayu dupa. Salsa melangkah mundur, dia merasa ada yang tidak beres. Dipegangnya tangan Dela yang ada dibelakangnya
Salsa lalu berlari mengitari rumah, menuju jalan setapak yang ada di depan rumah Puspita. Dia berhenti tepat di bawah lampu jalan yang bercahaya oren. Dilihatnya rumah Puspita yang tampak gelap gulita dari jauh.
Kaki Salsa terus melangkah jauh menyusuri jalanan yang gelap dan sepi. Entah kenapa, Salsa merasa ada kaitan antara sosok wanita yang diceritakan ibu-ibu siang tadi dengan hilangnya mamanya. Dia terus berjalan menebak-nebak sungai yang diceritakan para wanita.
Mendekati perbatasan dusun, Salsa melihat aliran sungai. Ada pondok kecil di dekatnya. Dia lalu berjalan mendekati pondok itu. Dibelakangnya, Dela menggenggam erat bagian punggung kaos Salsa. Semakin dekat dengan sungai, Salsa melihat ada hamparan kain putih di dalam sungai
Kain itu seperti terapung diam. Salsa terus mendekat meskipun keringat di kepalanya mulai mengalir. Diamatinya kain putih itu dari pinggiran. Tiba-tiba kain itu naik perlahan,lalu berdiri seutuhnya.

"Mama!" Salsa berteriak melawan rasa kagetnya.
Sosok itu mengangkat wajahnya. Menatap Salsa sambil memelototkan matanya.

"Maaa...mama" Dela ikut memanggil dari punggung Salsa.

sosok itu tak bergeming. Mira tetap beridiri dengan Mukena basah. Menatap kosong kedua anaknya.

"Mama, Ayo pulang ma" Salsa memelas di depan Mira
"Tidak!, kalian anak iblis. Aku mau di sini!" Mira tiba-tiba membalas dengan bentakan.

Dela yang selama ini tdk pernah dimarahi Mira, langsung terkejut. Lalu menangis. Salsa berusaha menahan diri. Didekati tubuh mira, lalu dirayunya lagi agar mau pulang.
Tapi Mira tak bergeming. Beberapa kali Salsa memeluk tubuhnya,Wanita itu tetap menatap kosong.

"Kalian harus disucikan!" mulut Mira tiba2 terbuka lagi.

Salsa melihat wajah Mamanya yg tampak seperti orang lain malam itu
"Iya ma.. Iya, ayo pulang dulu tapi." Salsa kembali memohon, memegang tangan Mira.

sosok itu tiba2 mengangkat telapak tanganya. Lalu meludah beberapa kali sampai tanganya penuh lendir. "Cuci mukamu, lalu minum" Mira menyodorkan tanganya ke wajah Salsa.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Fredyaspiree

Fredyaspiree Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @fredyraskin

Jul 22, 2021
"Jerat"

Dia adalah teman baik. Tapi apa yg telah dilakukanya membuatku harus melakukan ini.

#ceritahorror #bacahorror #horrorthread @bacahorror @PayungH11101101 Image
1975

BUAH buah durian berguguran sore itu. Angin kencang baru saja menerpa kebun durian milik Makrufin dan Wahid. Keduanya tertawa senang karena tak perlu susah susah menunggu buah durian jatuh sendiri.
"Lumayan Hid, banyak yang jatuh" Makrufin langsung mendekati buah2 yg jatuh.
Wahid juga tak mau kalah. Diambilnya karung goni mencari-cari buah durian yang banyak menggelinding sampai ke arah sungai. Keduanya tertawa senang menghitung banyaknya durian yang mereka kumpulkan.
Read 162 tweets
May 10, 2021
Dia Yang Tetap Bersekolah
- sebuah pengalaman horor

@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor
#bacahorror #ceritahoror Image
Halo...
Setelah sebulan penuh libur akhirnya ada cerita lagi yg masuk. Sementara cerita pendek2 dulu. Yg panjang masih disimpan kalau sudah sempat. Seperti biasa akan coba ditulis secepat mungkin.
2001

ADA satu orang anak di kelasku yg kala itu terlihat paling aneh. Dia yg mau aku ceritakan. Alif namanya. Anak pendiam yg suka duduk di pojok ruang kelas. Oh iya, namaku Tika. Waktu itu aku baru duduk di bangku kelas 1 SMP. Saat aku mengenal Alif
Read 51 tweets
Apr 13, 2021
Satu lagi kisah horor dari salah satu narasumber. Kali ini saya tidak janji selesai sehari, tapi diupayakan secepatnya. Bagi yg paham lokasi atau orang yg terlibat dalam thread yg saya tulis, saya harap bisa menyimpannya secara pribadi 🙏
2011.

SIANG itu suasana pabrik serasa lebih cerah dari biasanya. Setidaknya itu yg dirasakan Tatang. Bujangan yg sudah bekerja selama tiga tahun di salah satu pabrik yg ada di pesisir Jawa Tengah. Bukan karena gajinya yg naik, tapi siang itu ada banyak buruh perempuan baru.
Read 93 tweets
Apr 4, 2021
Sisa Jembatan Gantung
- sebuah pengalaman horor

@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @cerita_setann
#bacahorror #ceritahoror #ceritasetan Image
SELASA siang itu hari terakhir cuti kerja Karno. Besok dia harus kembali bekerja sebagai buruh di salah satu kota industri di Jawa Barat. Karno memilih menghabiskan hari terkahir cutinya mengunjungi tempat wisata andalan di kota kampung halamanya.
Beberapa hari sebelumnya, tempat wisata yg dikunjungi Karno mendapat musibah. Sebuah jembatan gantung putus saat ada belasan wisatawan yg berdiri di atasnya. Akibatnya beberapa orang tewas menjadi korban. Ada rumor yg mengatakan jika mereka tumbal dari tempat wisata itu
Read 26 tweets
Mar 26, 2021
Lemah Kubur
- sebuah pengalaman horor

@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor
#bacahorror #ceritahoror Image
Satu lagi cerita pendek pengalaman horor salah satu teman. Seperti biasa kalau bisa ditulis cepat, langsung diselesaikan.
1997

EKONOMI keluarga Dewi berkembang pesat tahun itu. Maklum, bapaknya Pak Dullah kala itu menjadi kepala desa di wilayah yg terbilang subur. Meskipun belum digaji seperti sekarang, tapi pendapatan Pak Dullah bisa dibilang lebih dari cukup
Read 48 tweets
Mar 22, 2021
Kapok
- sebuah pengalaman horor

@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor
#bacahorror #ceritahoror Image
Cerita ini sudah lama terjadi. Sebuah pengalaman pendek salah satu teman yang kebetulan mampir ke rumah. Oke langsung ya
2004

para pemilik pohon berbuah di sebuah dusun kecil di Jawa Timur ramai kala itu. Penyebabnya, banyak pohon2 mereka yg seharusnya siap panen justru kehilangan buah2anya. Tak banyak sebenarnya. Hanya satu dua karung. Tapi untuk ukuran orang dusun, jumlah sebanyak itu lumayan.
Read 50 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(