𝐏𝐄𝐋𝐄𝐂𝐄𝐇𝐀𝐍 𝐒𝐄𝐊𝐒𝐔𝐀𝐋 𝐎𝐋𝐄𝐇 𝐆𝐔𝐑𝐔 𝐒𝐌𝐀

[Sebuah utas]
.
.

(1) Aku gak tau harus senang atau sedih ketika mengalami pelecehan seksual oleh guru SMA-ku.

Karena jujur aja aku sangat mengaguminya. Aku sering mengkhayalkan dia. Aku sering coli membayangkan dia.
(2) Jadi ibarat ketiban rezeki, aku mendapatkan apa yg selama ini ku impikan. Meski mungkin caranya agak² mendebarkan. Dan semua itu gak ku sangka².

Selama ini akulah yg membayangkan bakal merayu dia utk ku isap. Tapi aku memang gak akan berani melakukan itu.
(3) Ssbelumnya aku blm tau apa² soal dunia LGBT. Maklumlah aku hidup di perkampungan dan jauh dari kehidupan begituan. Dan aku gak tau sama sekali apa ada orang ngeseks laki² sama laki².

Yang jelas aku menyukai Bapak² umur 50 th keatas. Dan khayalanku adalah mengisap burungnya.
(4) Bahkan aku mengira cuma akulah satu²nya orang di dunia ini yg memiliki rasa suka dgn Bapak². Hanya akulah yg punya keinginan mengisap burung Bapak².

Perasaan aneh itu ku simpan dlm diriku, karena aku jg sadar itu pasti gak benar. Herannya aku cuma suka sama Bapak² aja.
(5) Ke lelaki dibawah 50 aku gak tertarik sama sekali. Tapi kenapa hanya melihat Bapak² ganteng umur 50-an aku sering grogian, deg²an, sampai gemetaran.

Banyak guru²ku yg kukagumi dan ku perhatikan ke pisak celananya. Salah satunya guru yg melakukan pelecehan ini.
(6) Ceritanya waktu itu, aku pulang sekolah agak telat karena aku giliran nyapu ruangan kelas sepulang sekolah.

Kami ada 3 orang, tapi yg pulang dari gerbang utara cuma aku, dan 2 org lagi dr gerbang selatan. Oya, aku kan berangkat dan pulang sekolah jalan kaki.
(7) Seperti biasa para guru jg bnyk yg telat pulang, mungkin karna adanya pekerjaan yg blm selesai di kantor guru.

Jadi saat itu aku barengan dgn Bapak itu, namanya Pak Tasman. Sehabis melewati gerbang sekolah, kami jalan menyusuri ladang jagung di kanan, ladang kakao di kiri.
(8) Pak Tasman juga ke sekolah jalan kaki karena gak punya sepeda motor.

Tiba² datanglah gerimis, tapi kami tetap aja melanjutkan langkah. Tapi lama² hujannya makin deras sehingga kami hrs mencari tempat utk berteduh. Kamipun berteduh ke sebuah gubuk atau pondok di ladang kakao.
(9) Pondok itu berada sekitar 10 mtr dari tepi jalan. Pondok yg memiliki tiang berlantai papan, berdinding gedhek dan beratapkan ijuk.

Pondoknya dilengkapi pintu namun gak ditutup si pemilik ladang, sehingga kami bisa masuk ke dalamnya. Aku makin grogi di hadapan Pak Tasman.
(10) Mungkin Pak Tasman bisa melihat kegrogianku. Aku berusaha menenangkan diri tp gak bisa. Aku malu karna Pak Tasman memperhatikan kegrogianku.

Di sekolah aku dikenal pemalu dan pendiam. Aku gak memiliki mental kuat seperti teman²ku yg lain. Bicara aja aku pelan².
(11) Pak Tasman duduk nyandar di hadapanku dgn kedua kaki diluruskan/dilebarkan. Aku melihat sekilas ke arah anunya, ngejendol ke kanan.

Aku lgsg menjauhkan pandangan karna udah gemetaran. Aku takut Pak Tasman tau aku tertarik melihat anunya. Makanya aku pura² gak lihat.
(12) Kadang² Pak Tasman melipat sebelah kakinya ke lantai ataupun ke atas. Dia sering meng-ubah² cara duduknya sambil terus mengepul rokoknya.

Sekali² aku nyuri² melihat jendolannya, tapi aku gak puas, karna aku gak berani melihat lama². Padahal udah pengen kali liatnya terus.
(13) Pak Tasman juga ngaku gak tahan duduk lama² lagi, langsung pada pegal atau kesemutan.

Dia menaikkan kaki celananya keatas sambil menggaruknya. Kulihat bulu kakinya lebat kali. Kakinya putih bersih. Pak Tasman memang orgnya putih, berkumis. Gantenglah pokoknya.
(14) Hujan makin lebat aja, kami aja bicara mesti kuat² biar kedengaran. Pak Tasman memintaku meng-urut² kakinya. Diapun menarik kedua kaki celananya keatas.

Akupun meng-urut²nya secara beraturan. Pandai kamu ngurut ya, kata Pak Tasman.
Aku deg²an dan senang bisa menyentuhnya.
(15) Aku juga makin punya kesempatan melihat jendolannya. Karna Pak Tasman bergerak². Kadang dikangkangkannya kakinya, kadang di rapatkannya.

Akupun ngaceng. Disitulah imanku aku sangat lemah. Aku udah pengen kali lgsg menggrepe Pak Tasman tapi aku takut bisa geger besok.
(16) Aku kan blm tau ada kehidupan begitu. Jadi kalau ku beranikan diri mengutarakan keinginanku, kujamin Pak Tasman akan marah dan menolak.

Aku bisa malu di sekolah, dan orangtuaku bisa di panggil besok. Habislah aku. Makanya aku ragu utk menuruti nafsu setanku.
(17) Aku sering² menatap wajah Pak Tasman utk melihat dia sedang melihat kemana. Aku segan melihat jendolannya, malulah kalau dia tau aku melihat itu.

Jadi utk melihat jendolannya, aku melihat wajahnya dulu. Kalau gak sedang melihatku, lgsglah kulihat jendolannya.
(18) Tapi mata kami sering beradu. Aku kesal kenapa Pak Tasman sering melihat wajahku.

Kalau udah beradu mata kami, aku gak berani lg melihat jendolannya. Asal kulihat ke dia, eh dia melihat aku. Aku takut, jangan² dia udah tau aku dari gelagatku.
(19) Lalu Pak Tasman menggaruk anunya. Tapi aku gak berani melihatnya. Bentar dulu, kata Pak Tasman sambil menarik kakinya.

Dia bergegas berdiri. Mau pipis dulu, karna hujan ini jadi sesak pipis, katanya sambil turun kebawah dan pergi ke samping pondok. Ya olloh, gumanku.
(20) Dia pergi ke balik dinding yg ku sandari. Lalu dgn pelan² aku memberanikan utk membalikkan tubuhku, siapa tau bisa kelihatan.

Tapi aku jg takut jgn sampai dia jg melihat dari luar sana kalau aku mengintipnya. Kulihatlah dari celah bilik bambu itu. Astaghfirullah!
(21) Ternyata Pak Tasman berdiri menghadap dinding, bukan membelakangi. Makanya aku bs melihat burungnya.

Burungnya besar, kencingnya sngt deras dan bnyk, jembutnya panjang². Lalu setelah dia mau selesai kencing, buru² aku membalikkan badan, takut ketauan. Tapi aku gemetaran.
(22) Sampai depan pintu, Pak Tasman blm mengancing celananya. Disitu dia menaikkan reslitingnya dan memasang kepala ikat pinggangnya.

Aku jg udah kebelet pipis, tapi aku malu. Aku pengen jg melihat kencingnya Pak Tasman tadi, siapa tau msh nampak. Di urut lagi Pak, tanyaku.
(23) Iya boleh²! Nunggu hujan reda. Katanya. Tapi kamu gak pipis? Pipis dulu, sambungnya. Lalu aku sempat mikir, lalu jawab iya Pak.

Tapi aku bingung, aku ke balik dinding yg ku sandari atau yg dia sandari. Lalu aku putuskan ke tempat Pak Tasman kencing tadi.
(24) Tapi aku kencing membelakangi dinding, bukan menghadap. Aku takut nampak sama Pak Tasman. Malulah burungku kecil.

Cepat² aku menoleh ke kanan melihat bekas kencing Pak Tasman, eh nampak membasahi tiang pondok dan tanah dibawahnya. Aku gemetar melihat msh ada buih²nya.
(25) Air itu cpt meresap ke debu tebal dibawah pondok. Lalu aku masuk pondok lagi, dan mengurut kaki Pak Tasman lagi. Dia jg memberikan tangannya sekalian.

Kamu udah punya pacar, tanya Pak Tasman. Aku diam gak menjawab. Aku cuma senyum malu². Kamu udah pacaran, tanyanya lagi.
(26) Akhirnya aku menjawab dgn sngt pelan dan malu². Belum Pak, jwbku sambil senyum tertahan.
Kenapa, blm tertarik, atau blm mau. Tanyanya.

Aku kembali terdiam. Tunggu tamat dulu SMA baru pacaran, atau lgsg nikah nanti? Tanya Pak Tasman lagi. Lagi² aku gak memberi jawaban.
(27) Dalam hati aku udah pengen kali ngisap punya Pak Tasman. Aku berharap dia yg merayuku, menyuruhku mengisap burungnya.

Kalau aku yg duluan, gak bakal terjadi. Pak, suruhlah aku ngisap burungmu skrg! Pak suruhlah Pak, aku pasti lgsg mau, dan gak nolak, gumanku dlm hati.
(28) Aku pengen kali Pak Tasman ngasih burungnya ku isap, itulah khayalanku. Aku pasti akan mau dgn senang hati.

Meski aku blm prnh ngisap burung sebelumnya, bahkan nonton film aja blm prnh. Aku rasa aku akan tau melakukannya dgn mantap.
(29) Lalu Pak Tasman meng-garuk² burungnya. Gatal kali, ucapnya. Lalu sepertinya rasa gatal itu men-jadi², sehingga dia gak henti²nya menggarukinya.

Lalu dia duduk berjongkok dan membukai celananya biar bisa memasukkan tangannya ke dlm. Gatal kali, ada ulat gak nih, katanya.
(30) Maaf ya, katanya. Lalu dia membelakangiku, dan benar² menurunkan celana panjangnya.

Dia mengeluarkan alat kelaminnya dari balik CD-nya dan meng-usap2nya serta meng-garuk²nya terus.

Aku sih gak bs melihat kelaminnya, tapi aku tau udah di keluarkan semua. Dia menoleh ke aku.
(31) Tapi gak ada ulat atau semut, katanya sambil menoleh ke arahku. Atau mataku yg gak bs liat lagi ya, maklum udah rabun, tambahnya.

Sepertinya Pak Tasman mau menyuruhku melihatnya. Akupun bingung hrs bilang apa.

Kamu bisa bantu lihat, tanya Pak Tasman lagi.
(32) Aku lgsg gak tahan lagi. Segera ku jawab, bisa Pak.

Lalu dia membalikkan badannya ke arahku dan aku jongkok melihat semut di alat kelaminnya.

Aku menyentuh alat kelaminnya tapi mendadak badan dan tanganku gemetar hebat. Aku sangat grogi. Dan Pak Tasman tau itu semua.
(33) Kenapa kamu gemetaran, tanya Pak Tasman. Aku jg gak bs menahan keseimbangan tubuhku yg dlm posisi jongkok itu.

Aku ambruk ke lantai dan segera ku tahan dgn tangan kananku.

Lalu Pak Tasman memasukkan kelaminnya ke dlm CD-nya dan menaikkan reslitingnya separuh.
(34) Gak di naikkannya reslitingnya kandas dan gak dikancingnya celananya. Kamu grogi ya, kok bisa. Kata Pak Tasman.

Lalu dia menaikkan bagian bawah kemejanya keatas hingga nampak t-shirtnya.

Lalu dia berjalan kearah pintu pondok dan melihat kearah luar dan sekeliling.
(35) Kamu udah pernah ngocok gak, tanya Pak Tasman. Seperti biasa aku cuma senyum gak menjawab.

Udah pernah kan, katanya lagi. Udah Pak, kataku. Enak gak, tanyanya.

Lalu aku menatap wajahnya sambil tersipu. Ngocok aja kita yok, hujan gak berhenti² pula nih. Kata Pak Tasman.
(36) Lalu Pak Tasman kembali duduk di posisinya tadi dan menurunkan celana panjangnya hingga dibawah lutut.

Di keluarkannya batang kemaluannya dari bagian atas CD-nya dan di hempas²kannya keatas ke bawah.

Akupun makin menggigil melihatnya. Ditambah dinginnya hujan dari luar.
(37) Berlomba ngocok yok, siapa duluan nembak. Kata Pak Tasman lagi.

Tapi aku diam aja, aku malu kalau hrs menampakkan burungku yg kecil ke dia.

Sementara burung Pak Tasman masih loyo. Atau kamu aja yg ngocokkan ini ya. Bujuk Pak Tasman lagi. Tanpa menjawab aku lgsg mendekat.
(38) Kembali ku pegang burungnya, aku remas² dgn pelan, lalu ku pijit² lembut, serta ku goyang²kan.

Aku gak bs menahan lajunya getaran tubuhku. Sehingga kurang mantap megangnya karna tanganku bergetar amat parah.

Santai aja kamu, gak usah gemetaran. Kata Pak Tasman menenangkan.
(38) Aku kaget gak kepalang, mimpiku jadi kenyataan. Dan khayalanku bakal di suruh ngerjain anunya jadi terwujud. Benar² sesuai harapan.

Pak Tasman menurunkan CD-nya hingga pertengahan paha. Sementara celana panjangnya udah melorot hingga ke lantai.
(39) Kamu yg tenang, jgn gemetar. Kata Pak Tasman lagi.

Lalu kulihat batang penis Pak Tasman mulai membengkak dan mengeras.

Aku kocokin terus dgn tanganku. Aku gak sabar lagi pengen menggunakan mulut. Tapi aku masih segan dan enggan. Lagi² aku berharap Pak Tasman menyuruhku.
(40) Lalu entah keberanian dari manalah yg melandaku, aku lgsg mendekatkan kepalaku kearah burung Pak Tasman.

Lalu aku membukakan mulutku dan memasukkan batangnya kedlm rongga mulutku.

Ouh.. desah Pak Tasman merasakan sensasi isapanku. Aku gak berani menatap wajahnya keatas.
(41) Ku emutin terus burung Pak Tasman sedemikian rupa.

Kadang ku benamkan seluruh batangnya ke dlm mulutku dan ku gerakkan maju mundur. Kadang kujilati hanya kepalanya dan batangnya.

Tapi aku gak berani menjilati telornya. Takut aku waktu itu. Kayak msh jijik gitulah.
(42) Aku agak² ngeri melihat telornya. Dan kupikir itu gak layak masuk mulut atau kena lidah.

Penampakannya berkerut dgn bnyk bulu² lebat menutupinya. Yang ku gas adalah batangnya aja.

Aku menikmati setiap isapan dan jilatanku. Oh begini rupanya rasanya ngisap burung. Pikirku.
(43) Pak Tasman sangat menikmati isapanku. Dia mendesah terus. Bagus, iya, mantap. Iya, begitu. Katanya merasa isapan itu pas dan mantap.

Pas Tasman mengubah posisi dgn rebahan di lantai dgn kedua kaki ngangkang. Akupun lbh leluasa menjilati batang penisnya dgn membungkukkan.
(44) Burungku gak berhenti ngaceng dan sepertinya udah ber-air² di dlm CD-ku.

Lalu Pak Tasman mendesah, dan bilang terus.. terus. Dia jg menggerakkan pinggulnya hingga penisnya naik turun menancap mulutku.

Dia memperlakukan mulutku bagai lobang istrinya. Di goyang terus.
(45) Akupun terpaksa menghentikan gerakanku karna Pak Tasman menghantam terus goyangannya. Isap, isap terus. Katanya sambil makin bernafsu.

Akupun mengisap burungnya lagi sambil di goyang terus dari bawah.
Mau nembak lagi dek, mau keluar lagi. Desah Pak Tasman menatapku.
(46) Akupun siap² menampung sperma Pak Tasman di dlm mulutku. Croott... crooottt... Aduhh... Ahhh...

Pak Tasman mengerang ketika mengeluarkan pejuhnya di rongga mulutku.

Aku lgsg gelagapan dan kewalahan ketika air maninya menyemprot rongga tenggorokanku.
Aku langsung mual.
(47) Akupun lgsg muntah. Keluar semua sperma Pak Tasman dari dlm mulutku.

Akhirnya akupun mengeluarkan batangnya dari mulutku. Dan kubuang sisa² sperma yg msh ada dimulutku ke lantai itu.

Kenya masih gantung dikit lagi, Pak Tasman melanjutkan mengocok batangnya sendiri.
(48) Lalu Pak Tasman menyudahi kocokannya. Aku msh sibuk mengeluarkan dahak²kku.

Gak enak kali rasanya stlh sperma Pak Tasman menyemprot rongga kerongkonganku.

Gak henti²nya aku meludah terus. Serasa msh ada yg nempel, makanya aku paksa meludah terus hingga aku cecegukan.
(49) Aku gelabakan. Aku ngos²an, dan mukaku terasa sangat panas. Bahkan mataku sampai ber-air².

Batang penis Pak Tasman mulai kembali loyo. Kuliat ada tetesan sperma yg menempel di ujung penisnya.

Tetesan sperma itu sngt kental dan sulit sekali jatuhnya. Kuraih sperma itu.
(50) Ku remukkan gumpalan sperma itu dgn ibu jari dan jari telunjukku. Terasa sngt lengket dan licin.

Lalu ku cium² sperma itu ber-ulang². Aku suka aromanya. Menggugah selera.

Mungkin karna aku blm nembak makanya masih selera.
Lalu ku ciumi batang itu dgn penuh rasa sayang.
(51) Pak Tasman yg dari td udah memegang pinggang celana panjangnya, membiarkanku men-cium² batangnya sampai aku puas.

Kadang ku kulum lagi, tapi Pak Tasman menggelinding dan agak mundur.

Udahlah.. udah.. udah perih dia. Kata Pak Tasman sambil mengusap kepalaku.
(52) Lalu Pak Tasman memasang CD-nya, berikut celana panjangnya. Makasih ya nak, kata Pak Tasman sambil meng-usap² kepalaku.

Lalu kami kembali duduk, karna hujan blm jg reda. Diraihnya sebatang rokok dan dibakarnya.

Rahasia kita ya nak, tolong jgn kasih tau siapa². Ujarnya.
(53) Iya Pak, jwbku. Benar ya nak, jgn ksh tau siapapun. Bisa malu Bapak nanti, ujarnya lagi.

Ini aib yg sngt besar nak kalau ketauan, bisa² saya dipecat, kamu jg pasti gak tahan di ejek teman²mu nanti. Tambahnya.

Tenanglah Pak, aku gak akan ngasih tau siapa². Percayalah.
(54) Benar ya nak. Jgn permalukan Bapak ya nak, jaga rahasia kita ya nak, kata Pak Tasman lagi sambil duduk mendekat ke aku.

Di tepuk²nya bahuku dgn lembut. Ku yakinkan dia lagi bahwa aku akan menyimpan rapat² rahasia itu.
Makasih nak, Bapak pegang kata²mu. Kata Pak Tasman.
(55) Hujan blm juga berhenti, jarum jam sudah menunjukkan pukul 16.00.

Udah jam 4, udah 2 jam kita disini, kata Pak Tasman sambil melirik jam tangan di tangan kirinya.

Udah lapar kamu ya, kata Pak Tasman. Aku senyum aja. Udah wajarlah, Bapak jg udah lapar, katanya.
(56) Tapi jadi gak terasa laparnya karna itu tadi. Katanya sambil senyum dan main mata ke aku.

Diangkatnya pantat kanannya dan dirogohnya kocek belakangnya utk mengeluarkan dompet.

Lalu diambilnya selembar pecahan 50 ribu dan diserahkannya ke aku.
Nih buatmu, kata Pak Tasman.
(57) Eh gak usah Pak, kataku. Gak papa ambil aja biar ada uang jajanmu, kata Pak Tasman sambil terus menyodorkan uang itu ke aku.

Lalu akupun menerimanya dgn sngt senang. Makasih ya Pak, kataku 2 kali. Iya sama². Jwb Pak Tasman.

Aku gak nyangka bakal di kasih duit sama dia.
(58) Sedangkan cuma di kasih burungnya aja aku kuisap udah syukur alhamdulillah. Karna aku ngisapnya dgn senang hati tanpa adanya unsur paksaan.

Sedikitpun aku gak ada merasa keberatan di suruh ngisap burung Pak Tasman. Karna itu udah ada dlm imajinasiku selama ini.
(59) Bahkan tanpa Pak Tasman tau, aku udah lama mendambakannya. Mengisap burungnya adalah impianku. Kini tercapai.

Disuruh ngisap burungnya tentu gak mungkin bisa kutolak. Udah barang tentu aku akan menuruti saja, biar rasa penasaranku bs terjawab.
Rezeki kok ditolak.
(60) Selama ini aku sangat² penasaran gimana sih burung Pak Tasman, besar gak ya?

Eh skrg aku punya kesempatan bukan cuma melihatnya, tapi mengulumnya sampai nembak.

Kesempatan yg gak dtng 2 kali menurut aku. Jd gak patas di sia²kan kalau gak bakal menyesal kemudian.
(61) Waktu itu aku kls 10. Dan itulah pengalaman pertamaku melihat lgsg burung Bapak² ganteng hidup di hadapanku.

Kalau melihat burung Bapak² yg mati udah sering soalnya waktu mandi di sungai.

Ini bisa kulihat hidup dan ku nikmati dgn mulut. Jadi tau rasanya dimulut itu gimana.
(61) Selama ini aku penasaran terus, apa sih rasanya penis kalau masuk mulut?

Di isap jg aku blm prnh, tp lbh penasaran dan lbh kepingin merasakan mengisap drpd di isap.

Aku jg bs melihat ekspresi wajah Bpk² ganteng ketika keenakan diisapin. Aduh terjawab sudah semuanya.
(62) Walau kali pertama ngisap burung, aku merasa aku lgsg mahir dan piawai.
Padahal blm prnh lho sblmnya.

Melihat tutorial ngisap juga lewat video blm prnh, apalagi melihat org lain ngisap ya gak prnhlah.

Tapi emang dasar ada bakat kesana, aku bs lgsg jago secara otodidak.
(63) Pak Tasman jg memuji isapanku, katanya enak. Dia jg nanya apakah aku udah prnh ngisap sblmnya. Aku blng blm, dan dia percaya aja.

Dia gak bilang masa' iya blm prnh, kamu pasti boong. Cara ngisapmu aja udah jago, pasti udah biasa. Gak ada tuh dia bilang.
(64) Sejak itu aku jd dekat dgn Pak Tasman. Dia guru bahasa Indonesiaku di kls 10.

Kami jadi langganan begituan. Sebulan sekali aku pasti dapat jatah ngisap burungnya. Itu rutin setiap bulan.

Cuma sebulan sekali memang. Pengennya seminggu sekali tp gak bisa.
(65) Tapi di sekolah kami nampak biasa² aja, bukan jd norak atau gimana.

Yang pasti teman² sekelasku tau kalau Pak Tasman suka dgn aku. Suka dlm arti positif.

Apalagi pelajaran bahasa adalah makananku. Jadi wajar aku salah satu siswa kesayangannya.
(66) Aku jg gak ada menunjukkan sikap yg berlebihan ke dia di sekolah. Malah aku masih mempertahankan sifat pendiam dan pemaluku.

Agak sulit buat kami utk ketemuan. Karna blm kayak skrg ada hape dan kendaraan.
Dan kelas 11 dia pula wali kelasku.
Dibuatlah aku juara 3 terus. 😀
(67) Kelas 12 bukan dia lagi yg ngajar bahasa di kelasku. Jadi gak asik rasanya gak ada Bapak idolaku mengajar di kelasku.

Aku mau ceritakan ya gimana kami begituan selanjutnya. Setelah yg kali pertama dipondok dulu.
Untuk kedua kali ngisap dia, pulang sekolah juga.
(68) Kami janjian akan pulang belakangan, dan rencananya di pondok yg kemarin.

Tp sayangnya yg punya ladang ada, apalagi kan gak sedang hujan.
Lalu kami jalan terus hingga nyari² ladang yg aman.

Tibalah di sebuah hamparan ladang jagung yg luas. Kami masuk menyusup ke dlmnya.
(69) Kami menyisihkan daun² jagung kiri kanan agar bisa masuk ke tengah. Resikonya gatal² dikit ditangan tp gak masalah bagi kami.

Tiba ditengah ladang, Pak Tasman menumbangkan beberapa batang jagung biar ada tempat kami berdiri dan bergerak dgn bebas. Ada 8 batang yg dirusak.
(70) Lalu Pak Tasman berdiri sambil menurunkan celananya, sedangkan aku jongkok dihadapannya. Ladang jagung itu bersih gak ada rumputnya.

Lalu aku mengeluarkan batang penis Pak Tasman dari samping kiri, dan segera ku kulum. Burun Pak Tasmanpun lgsg bangun dgn cepat.
(71) Merasa gak puas hanya begitu, Pak Tasman menurunkan CD-nya. Lalu kini seluruh burungnya bisa kulihat hingga telornya.

Ku sedot²lah terus batang yg mengeras itu sampai belepotan air liurku. Enaknya.. kata Pak Tasman sambil meng-elus² rambutku. Kuremas telornya dgn jemariku.
(72) Pak Tasman makin menggelinjang ketika tanganku memainkan telornya sambil ku isap batangnya.

Lalu Pak Tasman memegangi kepalaku dgn kedua tangannya. Di genjotnya burungnya didlm mulutku.

Setelah dia capek, dia menghentikannya, lalu aku lagi yg meng-angguk²kan kepala disana.
(73) Lalu Pak Tasman memberi aba² bakal mau keluar. Lalu dia memegang kepalaku lagi dan menahannya kedalam.

Alhasil spermanya muncrat menyembur jauh ke dlm rongga kerongkonhanku.

Aku kembali dibuat muntah se-jadi²nya. Aku kelimpungan dibuatnya. Lalu diapun mencabut batangnya.
(74) Bulan berikutnya, utk kali ketiga ngisap dia, kami pindah tempat lagi.

Kami jalan ke dlm ladang nyari² tmpt yg aman. Lalu disebuah ladang yg bnyk tanaman kerasnya, kami memilih di balik pohon durian yg udah sangat besar.

Disanalah ku lucuti celana Pak Tasman dan ku emuti.
(75) Pak Tasman nyandar ke batang besar itu dan menengadah ke langit menikmati enaknya isapanku.

Pak, kalau mau nembak jgn kyk kemarin², aku jd muntah. Kataku. Iya, iya. Jwbnya.

Lalu ku isaplah terus burung Pak Tasman dgn lembut dan penuh penghayatan.
(76) Ngisapnya agak ditekan. Agak rapatin mulut kamu, biar kejepit kepalanya, biar cepat nembak. Kata Pak Tasman.

Mau nembak lagi Pak, tanyaku. Iyalah, biar cpt. Takut dtg org. Jwbnya.

Lalu agak kutekanlah ngisapnya dan diapun me-ringis². Mau nembak lagi nak, katanya.
(77) Lalu sesuai janji, dia gak boleh lg menekan semua batangnya sampai kandas ketika mau muncrat.

Kini dia menariknya keluar lbh separoh, lalu aku mengisap terus kepala dan batangnya.

Owh. Lalu kurasakan sperma Pak Tasman menyembur ke mulutku. Alu terus mengisapnya separoh.
(78) Kali ini aku lbh santai menghadapinya, aku gak muntah lagi. Dan aku bisa tenang menampung sperma itu di dlm mulutku sampai selesai kuisap.

Lalu setelah itu aku meludahkan semua dari mulutku. Ngos2an pasti, tapi muntah gak lagi.

Kegitu mau kamu kan, kata Pak Tasman senyum.
(79) Iya Pak, kalau gini gak muntah aku Pak. Takutnya kalau ada org kan bs ketauan dgr aku muntah². Kataku.

Besok² gitu aja lg terus Pak, kasihanilah aku Pak, jgn siksa aku. Kataku.

Aduh, maaf ya nak. Jd selama ini Bpk udah menyiksamu ya. Maaf ya nak. Bpk janji gak ulang lg.
(80) Selanjutnya, waktu pulang sekolah, aku dan Pak Tasman pergi menyusuri ladang.

Kami menemukan pemandian. Mata air yg udah di ksh bak penampungan.

Disanalah kami melakukannya. Tmpt itu sangat sepi dan teduh. Kalau dtg org, bisa pura² cuci muka atau minum.
(81) Seperti biasa Pak Tasman akan berdiri dan aku jongkok. Mata dan telinga kami awas siapa tau ada org dtng.

Ada yg berbeda di kesempatan ke 4 ini. Begitu buka celana, burung Pak Tasman udah ngaceng sngt keras.

Sblm²nya tunggu kuisap dulu baru ngaceng. Pertanda apakah itu?
(82) Aku terus memacu gerakan mulutku mengisap batang penis Pak Tasman dari kepala hingga pangkal. Terus, terus.. ucapnya.

Pak Tasman menikmati aja tanpa ngasih tau mau nembak. Dia jg gak ada me-ringis².

Dan aku taunya stlh terasa aja ada yg nyembur memenuhi mulutku.
(83) Dengan mantap aku menampung semua dimulutku, dan kubuang stlh keluar semua.

Stlh kubuang, aku msh melahap lg batangnya bbrp detik sblm akhirnya dia minta udahan karna udah perih.

Udah nak, kita cuci lagi. Kumur² kamu. Katanya sambil membersihkan batang kemaluannya dgn air.
(84) Enak kali ya ada air buat cuci², kata Pak Tasman waktu kami menyusuri ladang mau keluar ke jln aspal. Iya Pak, jwbku. Selanjutnya kami lakukan di tmpt itu lg bbrp kali.

Lalu suatu ketika kami kesana, ternyata ada org lg mandi. Kamipun batal disana. Kami cari tmpt lain.
(85) Hamparan padi jadi sasaran. Ada padi darat yg udah berbulir. Kami memasukinya dan merusak batang padi.

Padi itu direbahkan dgn memijak batang bawahnya hingga hancur. Karna batang padi rendah, sehingga Pak Tasman jg jongkok memberikan burungnya kuisap.
(86) Pegal dgn posisi itu, apalagi terhalang celana yg cuma di turunkan, Pak Tasman akhirnya rebahan diatas tumpukan batang padi yg udah dirobohkan.

Dia rebah tanpa menyentuh tanah, karna beralaskan kumpulan batang dan daun padi yg udah rebah. Mantap kali posisinya Pak, kataku.
(87) Lalu aku membungkukkan badan sambil ngemutin batang penis Pak Tasman. Ku elus² lagi telornya yg membuat dia makin merinding.

Lalu Pak Tasman nembak dimulutku. Aku sengaja lgsg buang yg udah ada dimulutku. Kulepas dulu. Sementara burungnya msh sedang mengeluarkan sperma.
(88) Kulihatlah batangnya ber-denyut² sambil memuntahkan spermanya.

Spermanya meleleh mengalir dari moncongnya hingga ke batangnya. Kukocok pelan, dan akhirnya ku jilat² lembut batang itu dari bawah.

Ku sapu bersih lumuran sperma itu dari batangnya dgn lidahku sampai kering.
(89) Lalu Pak Tasman memasang celananya dan kami pulang.

Oya, setiap aku baru isap burung Pak Tasman, aku pasti akan ngocok dirumah nantinya.

Aku gak tenang kalau spermaku gak keluar jg. Ku bayangkanlah wkt aku ngisap Pak Tasman tadi. Akupun lbh cpt nembak dari biasanya.
(90) Pernah suatu saat, aku dikode Pak Tasman agar jalan² ke desanya. Kami kan satu kecamatan tp beda desa.

Lalu dia mengajakku ke ladang di blkg rumahnya. Ladangnya luas dan pnjg ke blkg.

Disana ada pondok mirip yg pertama dulu. Disitulah kami melakukannya dgn sngt puas.
(91) Bedanya, kini kami nutup pintu dari dlm. Jadi kalau misalnya ada org lwt situ, mereka gak akan tau kami lg begituan di dlm.

Kali ini Pak Tasman sampai bugilan. Pertama kali aku bs menikmati tubuhnya secara menyeluruh. Dadanya ternyata ada bulu dikit, menambah gairahku.
(92) Pak Tasman gak ada takut²nya karna itu ladang dan pondok dia. Dia tau keadaan disana.

Berbagai gaya kami lakukan wkt itu. Kadang Pak Tasman berdiri, duduk di atas rak kayu, duduk lesehan, dan rebahan.

Dan aku sangat bersemangat menjilatinya sampai nembak.
(93) Aku sangat suka posisi Pak Tasman duduk di rak kayu. Serasa duduk di kursi atau bangku. Dan aku bagaikan sungkem aku ngisap burungnya.

Ditepikannya duduknya ke depan biar burungnya bisa menggantung. Lalu di renggangkannya kedua pahanya. Akupun benar² di suguhkan kenikmatan.
(94) Untuk bbrp kali ke dpn, kami sering memakai pondok itu tmpt begituan.
Aman dan nyaman.

Lama² aku jd terbiasa dgn sperma. Udah lama sih aku gak jijik karna gak prnh lg dibuat sampai muntah.

Aku berpikir nelan sperma Pak Tasman. Namun aku ragu, takutnya aku jd nempel ke dia.
(95) Lalu suatu saat Pak Tasman menyuruhku lagi ke ladangnya, namun bukan ladang itu. Katanya disana lg bnyk pekerja yg diupahkan.

Aku dibawanya ke ladang lain yg lbh jauh dr situ. Tapi disana gak ada pondok, cuma ada kandang ayam dan sapi.
Dia pun membuka pakaiannya disana.
(96) Disana jg Pak Tasman berani telanjang bulat. Katanya gak ada lg yg dtng kesana.

Baru aja aku berpikir kemarin mau nelan spermanya, skrg Pak Tasman memintaku nelan spermanya.

Tapi kamu gak mau nelan ya, coba ditelan. Itu gak salah bagi kesehatan. Ujar Pak Tasman padaku.
(97) Nantilah Pak, kalau aku sanggup. Kataku. Ya cobalah, enak tuh. Katanya.

Aku agak² memberontak ke dia, dan gak mau se-akan² di manfaatkannya. Biarlah aku nelannya dr kemauanku sendiri bukan karna di perintah², pikirku.

Apa untungnya buat Bapak kalai aku nelan itu, kataku.
(98) Lalu dia diam. Napa Bpk selalu nyuruh² aku nelan itu, coba di jwb. Ada untung Bapak? Tanyaku lg.
Hehe, ya gak ada tp seru aja kenya. Jwbnya.

Tp aku memutuskan pd diriku bahwa aku mau menelannya, krn keinginanku sendiri, bukan karna di paksa Pak Tasman.
Akupun pengen nyicip.
(99) Besok²nya kami pulang sekolah, sengaja ku tunggu Pak Tasman dekat ladang kakao diluar gerbang utara sekolah.

Dia bnyk tugas yg blm selesai makanya pulang belakangan.

Kamipun nyari² tmpt ke ladang org. Kami menyusuri persawahan. Gak ada tmpt yg biasa begituan.
(100) Kami berjalan terus hingga sampai pada pemandian berupa pancuran bambu. Airnya sngt jernih berasal dr bebatuan.

Tmpt itu menurun ke bwh.
Untuk sampai kesana kita hrs menapaki seratusan anak tangga.

Sampai dibawah, kamipun cuci² muka. Lalu Pak Tasman kencing di dpnku.
(101) Begitu selesai kencing, aku basuh kepala penisnya dgn air pancuran td. Lalu kami saling menatap. Lalu Pak Tasman senyum padaku.

Setelah ngelap kepala penisnya, Pak Tasman mendaulat aku ngemutin penisnya yg memang udah tegang sejak kencing td.
Aku menunduk ngisapinnya.
(102) Mata Pak Tasman mengawasi ke arah jalan, siapa tau ada org dtng tanpa aba².

Tp seperti biasanya adat di kampung, kalau mau ke sumur, org akan manggil² kasih aba² dari atas.

Kalau ada yg nyahut dr bawah, mereka akan nunggu diatas sampai org yg disumur selesai.
(103) Kalau gak ada yg nyahut maka org tsb akan jln terus ke sumur. Tiba2 terdengar aba² dr atas, suara itu suara perempuan.

Pak Tasman segera nyahut. Diterusin Pak, tanyaku. Teruslah! Untunglah perempuan, kata Pak Tasman. Karna kalau laki², dia akan dtng menyusul kami ke bwh.
(104) Apa kita mandi sekalian, tanyaku. Biar org tuh gak curiga nanti, kalau berpapasan kok kita gak basah, kataku.

Pak Tasman berpikir sejenak, lalu dia bilang, gak usah lagi, udah tanggung. Isap aja, gak lama lagi kok. Lalu aku isap terus dan Pak Tasman memaksa biar keluar.
(105) Lalu Pak Tasman nembak dimulut aku, akupun menelan sebagian spermanya. Sebagian lg kubiarin terbuang.

Cepat² Pak Tasman bersihin burungnya dan naikin celana. Lalu kami sibuk basahin kepala, dan tangan msg².

Lalu Pak Tasman ksh aba² udah siap, biar org yg nunggu td tau.
(106) Kamipun jalan menaiki anak tangga, kami papasan dgn ibu² td di pertengahan.

Pak Tasman bilang, mantap lho kamu telan td kan. Iya Pak, kataku. Mantaplah, makasih, katanya lagi.

Untuk apa, tanyaku. Iya mksh Bpk bilang karna kamu sudi nelan punya Bpk, katanya.
(107) Aku blm ngeh kenapa Pak Tasman senang aku nelan spermanya. Apalagi hrs blg makasih.

Besok²nya kami ke pemandian itu lg pulang sekolah. Pak Tasman memutuskan sambil mandi aja.

Aku jg pengen mandi karna gerah pulang sekolah. Tapi aku malu melihatkan burungku ke dia.
(108) Ayo cpt buka bajumu, kita sambil mandi aja, kata Pak Tasman. Tapi aku bilang gak pengen mandi, pdhl lbh bebas sih kalau buka baju, gak takut² seragam basah.

Padahal karna aku malu aja dia liat burung mungilku.
Ya kecuali dia bilang pengen isap gak papa. Jelas kan!
(109) Tapi aku merasa malah kurang enak ngisap burung Pak Tasman dlm kondisi basah.
Ternyata aku lbh suka yg kering.

Burungnya itu jg udah dibasuh bersih sampai ke selangkangannya dan jg telor²nya. Sehingga gak ada aromanya lagi sama sekali. Ya, hilang aroma khasnya.
(110) Tolong lap Pak, gak enak basah². Kataku. Tapi di lap pake apa, cuma pake tangan aja, makanya gak bs kering.

Aku isapin terus burung itu sampai dia benar² keenakan. Tiba² ada suara kasih aba² dari atas.

Celakanya itu suara laki². Mampus laki² yg dtng kata Pak Tasman panik.
(111) Pak Tasman segera nyahut, tp yg pasti org itu akan nyusul karna sama² laki².

Pak Tasman menyudahi permainan, dia lgsg menimpa burungnya dgn air pancuran biar lgsg loyo.

Langsung loyo memang, dan dia beranjak ke arah gantungan bajunya yg terbuat dari bambu itu.
(112) Orang itupun sampai, dan menemui Pak Tasman masih bugilan menunggu air di tubuhnya bisa mengering dikit.

Aku udah basahin kepalaku biar nampak kayak mandi juga.

Pulang sekolah Pak, tanya Bapak² itu. Mereka ada 2 org. Iya, kegerahan makanya mandi dulu, jwb Pak Tasman.
(113) Gak ada handuk Pak, kata mereka. Gak ada, namanya dari sekolah. Jwb Pak Tasman.

Ini anak Bapak, tanya mereka. Iya ini anak saya, kata Pak Tasman. Karna kalau di bilang bukan, nanti org itu curiga.

Orang itu memang gak kenal Pak Tasman dan jg aku. Karna kami beda desa.
(114) Kamipun pamit dari kedua orang tsb. Sempat kulihat burung Bapak² itu karna begitu sampai mereka lgsg melepas lilitan handuk di pinggangnya dan melepas CD-nya.

Di tengah jln Pak Tasman bilang, suka gak liat mereka tadi? Aku bilang gak, pdhl aku suka salah satu dr mereka. 🙂
(115) Bapak gak papa gantung gitu, tanyaku. Gak papa, tp kalau kamu mau, kita tuntaskan aja skrg. Katanya.

Kamipun masuk ke jln kecil sblm sampai di anak tangga terakhir. Sepertinya jln org ngambil bambu. Kalau ketemu org di dlm, kita bilang nengok² bambu. Katanya.
(116) Di tengah² hutan, ternyata agak bersih. Bnyk pohon² dan bambu yg udah ditebas, bahkan ada yg gak ditumbuhi rumput.

Kami melanjutkan kerjaan yg gantung td.
Pak Tasman menurunkan celananya dan lgsg tegang burungnya. Akupun lgsg ngisap dgn serius.
(117) Tempat itu begitu sejuk. Semilir angin bertiup di ranting² bambu yg kadang menimbulkan bunyi gemerisik.

Sesekali Pak Tasman memejamkan matanya menikmati suasana. Lalu dia memperhatikanku yg asik ngisap burungnya.

Kemudian terdengar bunyi dar³ diatas pepohonan. Apa itu?
(118) Ternyata segerombol monyet lagi bergelantungan ke arah kami. Ada yg memperhatikan dgn seksama.

Sepertinya monyet tsb tau apa yg kami lakukan. Lalu monyet itu bersuara mirip ketawa manusia.

Ada yg ngintip kita, kata Pak Tasman. Tapi kami menyuekin monyet itu.
(119) Masih lama Pak, tanyaku. Gak, jwb Pak Tasman. Lalu Pak Tasman sengaja meng-erang² kuat2 ketika nembak. Dia mau ngerjain monyet yg dr td diam merhatikan kami.

Pak Tasman tau gak ada org yg dengar suaranya.
Lalu mata kami sama² melihat monyet itu. Mereka kembali tertawa.
(120) Kami pulang, di jalan Pak Tasman mijak ular yg lagi nyebrang di jalan tikus bersemak itu.

Pak Tasman melompat gak karuan dan berteriak.
Aku senyum melihatnya.

Takut ke ulat Pak, kataku. Iya, jwbnya. Ah ular kecil kok, kataku. Bapak jg punya ular, besar lg dr situ. Kataku.
(121) Lalu Pak Tasman menoleh ke blkg dan senyum ke aku. Kamu ya, katanya.

Aku aja gak takut sama ular Bapak, pdhl lbh bsr dr situ. Kataku. Kalau ke ular saya, kamu malah suka, iya kan. Kata Pak Tasman sambil menoleh ke blkg sekali lagi. Aku udah makin asik dgn Pak Tasman.
(122) Aku mikir, emang kenya Pak Tasman gak suka dgn burungku. Buktinya dia gak prnh pengen liat. Meraba aja gak prnh. Brarti dia cuma pengen di isapin aja.

Sampai detik itu aku blm tau yg begini ada yg saling suka dan saling ngisap. Aku mengira adanya cuma kegini aja.
(123) Tapi aku bersyukur bs mengenal Pak Tasman sbg penyaluran imajinasiku selama ini. Itu udah menjawab halusinasiku selama ini.

Besok²nya kami main ke sungai berbatu. Ini bukan bareng dari sekolah. Tapi stlh pulang ke rmh msg². Itu setelah Pak Tasman tau aku hobi mancing.
(124) Kamipun ketemuan di sungai dgn alat mancing msg². Disana kami melakukannya.

Ku bukai celana pendek Pak Tasman. Kebetulan dia pake yg longgar berkaret.

Lalu sambil duduk santai diatas batu besar, aku menciumi batang penisnya. Lalu kujilat, dan kuisap. Ini sangat romantis.
(125) Pak Tasman kadang duduk, kadang rebahan diatas batu itu. Diatas kami begitu rimbunnya dedaunan menutupi awan dan sinar matahari.

Tempat itu begitu sejuk karna gak bisa ditembus matahari lgsg.

Tempat itu sepi, tapi bisa aja ada pemancing lain kesana. Makanya kami wanti².
(126) Waktu itu imanjinasiku makin berkembang. Dan nafsuku makin besar.

Aku jadi gak ngeri lagi meliat kerutan telor Pak Tasman yg dipenuhi bulu lebat itu.

Akupun melebarkan paha Pak Tasman dan ku jilati telor itu. Pokoknya kusapulah dgn lidahku ber-kali². Ouwh... ahh....
(127) Pak Tasman keenakan. Dia men-desah². Bagus! Katanya. Terus nak terus, enak sekali. Bapak suka. Katanya.

Sedangkan kuelus pake tangan aja selama ini dia udah merintih, apalagi kujilati pake lidah.

Dia merhatikan aku terus ketika menjilati telornya. Suka Bapak nak, katanya.
(128) Lalu Pak Tasman nembak, dan semua kutelan habis. Semua kamu telan nak, tanyanya. Iya Pak, jwbku. Bagus nak bagus, pujinya.

Lalu setelah itu dia ngajak mandi aja, biar pulang. Joran yg kami bawa hanyalah formalitas aja.

Pak aku malu, burungku kecil, kataku dgn gak pede.
(129) Gak papa, santai aja. Buka aja, biar Bpk tengok dulu. Katanya. Malu Pak, kataku.

Santai ajalah, burungku aja bukan cuma kamu tengoki lg, udah kamu isapi, saya gak malu. Udah santai aja, mandilah. Katanya.

Lalu akupun beranikan buka baju dan telanjang didpnnya.
(130) Oya, kamu gimana gak pengen nembak, tanyanya. Nanti Pak, jwbku. Nanti kpn? Dirumah!
Kamu ngocok nanti? Iya!

Pokoknya setiap aku isap punya Bapak aku pasti ngocok dirumah.
Kalau gitu, kocokkan aja disini biar Bpk liat.

Lalu aku berpikir apa Pak Tasman nafsu juga?
(131) Lalu aku nanya, Bpk pernah jg gak ngisap kegitu. Oh gak! Jd cuma di isap aja? Iya.

Napa Bpk suka di isap? Ya kan enak! Ya, kan aku jg pengen merasakan gimana di isap.

Haha kamu, tp Bapak gak bisa nak, maaf ya. Bpk cm pengennya di isap aja. Iya gpp Pak, aku gak nyuruh kok.
(132) Sejak kpn Bpk suka di isap? Sejak kuliah dulu. Oh! Jadi sama ibu dirumah gt jg? Gak lah, mana mau dia. Oh gt?!

Jd siapa yg ngisap Bpk selama ini? Gak ada! Udah lama gak di isap.
Inilah sama kamu skrg.

Mana lbh enak di isap dr masukin ke itu Pak? Ya beda² enaknya.
(133) Lalu ke depannya kami selalu main di sungai itu. Gak prnh lagi kami barengan plng sekolah nyari² tmpt di ladang org.

Di sungai itu lbh enak dan aman. Kalau ada org tinggal nyemplung ke dlm air. Walau burung lg hidup gak masalah.
Sekejap akan lgsg mati kok.
(134) Apalagi skrg udah lbh asik rasanya isap burung Pak Tasman. Aku udah ikut bugilan.

Sambil kuisap dia, ku kocok² burungku. Aku gak malu lagi. Dan aku jg akan nembak pd saat itu juga.

Jd lbh berasa enaknya. Gak perlu coli lagi nanti dirumah ngayalin dia.
(135) Burung Pak Tasman memang jauh lbh besar dr burungku. Entah karna udah tua, batangnya jg ber-urat², sdgkan punyaku mulus.

Sperma Pak Tasman jg msh sngt bagus, banyak dan kental.
Dan entah mengapa, aku makin menyukai spermanya. Rata² udah pasti kutelan. Jd manis gt rasanya.
(136) Tapi pernah aku duluan nembak dari dia, jadinya aku gak sanggup nelan punyanya.

Maaf Pak, jd agak lain, gak bs kutelan. Kataku. Iya gpp, Bpk faham tuh. Kalau kita udah nembak memang gak selera lg. Ke perempuan jg gt. Lalu kutembakkan spermanya ke atas batu. Nempel disana.
(137) Selesai mandi, Pak Tasman mau menyiram spermanya dr atas batu.

Biar aja Pak, biar abadi, kataku. Gak ah, nanti org lewat diliatnya, jd curiga pula. Katanya. Gaklah, biar aja dulu. Kataku.

Lalu kami siap pakaian kami pergi, kami biarin sperma itu nempel menggumpal dibatu.
(138) Kalau ada yg liat bahaya lho. Kata Pak Tasman. Kan kita udah gak disana, udah gak tau lg itu punya siapa. Kataku.

Biarpun. Jgn bsk² org jd ngintip disana krn curiga ada yg begituan. Katanya. Ah palingan bentar lg itu kering, kataku.
(139) Kalau lgsg ada skrg yg lwt disana ya blm keringlah. Kata Pak Tasman.
Palingan dikira ludah, kataku. Beda lho, kata Pak Tasman. Atau palingan org mikirnya ada org coli disana, kataku.

Lalu Pak Tasman diam. Sering lho Pak anak² muda coli pas mandi, kataku lg. Iyalah. Jwbnya.
(140) Besok²nya kami kesana lagi, msh dgn joran msg². Kami lgsg buka²an dan kuisap dia.

Ada bbrp kali pas kami begituan, dtng org melintas. Sama² pemancing jg. Tapi gak sempat diliatnya.

Kamipun lgsg masuk ke dlm air merendam diri.
Pokoknya enaklah disana.
(141) Banyak dpt Pak, tanya org tsb. Ah gak ada, nih mau plng lg. Jwb Pak Tasman.

Orang itupun berlalu, dan kembali ku isap Pak Tasman. Kadang kucoba kuisap dia didlm air, tp gak enak, hilang rasanya. Mana aku jg hrs nahan nafas.
Tapi aku sering coli di dlm air.
(142) Kalau Pak Tasman udah selesai kuisap, aku tetap malu coli di dpn dia.

Makanya aku coli di dlm air aja. Nanti spermaku naik ke permukaan air.

Kecuali kami bs sama² nembak, dia kuisap dan aku coli sendiri. Kalau kegitu barulah aku gak malu coli diliatnya.
(143) Paling sering itu posisinya, Pak Tasman telentang dibatu, blm masuk air. Lalu aku ngisapnya dr air. Karna aku memang kurang suka ngisap yg udah basah²an.

Dlm posisi itu brp kali kami hampir ketauan, tp gak ketauan sih. Org dtg dr blkg Pak Tasman rebahan.
(144) Aku yg selalu awas akan keadaan melihat org dtg dr dpnku. Turun Pak, Ada org dtg, kataku.

Pak Tasman segera meluncur keair. Org tsb pun sampai di dekat kami. Bnyk dpt bang, tanya Pak Tasman. Blm Pak, jwbnya sambil berlalu.

Pak Tasman naik lagi ke batu dan kembali ku isap.
(145) Makin lama selera menyimpangku makin dalam. Selanjutnya aku sering memeluk Pak Tasman kalau udah telanjang.

Kutempelin mukaku di kedua pipinya, ku sandarkan wajahku ke dadanya, dan jg perutnya.

Tapi Pak Tasman kurang suka digitukan.
Dia maunya diisap aja burungnya udah.
(146) Begitulah skandalku dgn Pak Tasman, guru bahasaku, yg jg prnh jd wali kelasku.

Hubungan kami berakhir stlh aku tamat SMA dan melanjutkan kuliah di kota M.

Aku gak prnh menyesali udah melakukan itu ke Pak Tasman.
Karna kami melakukannya atas dasar suka sama suka.
(147) Tapi di awal² memang aku agak² merasa bingung, apakah aku hrs senang atau sedih mengalami pelecehan seksual ini.

Seperti di awal thread ini aku bilang gt, tp sbnrnya aku senang kok, aku bahagia dan nyaman melakukannya dgn Pak Tasman.
Gak ada merasa dirugikan juga.
(148) Jadi sebagai inti dr thread ini, aku mau bilang, aku senang mengalami pelecehan seksual ini dr guruku sendiri.

Inilah yg kudambakan selama ini. Akhirnya dikirimkan Pak Tasman ke hidupku utk menjawab semua rasa dan keinginan ngisap burung Bapak² ini kumiliki.
(149) Dan Pak Tasman jg melakukan pelecehan seksual ke org yg tepat. Sempat ke org yg salah, habislah dia dilaporkan. Penjara udah pasti. Bisa² dia kena pecat jg dari PNS.

Tapi aku yg memang dr awal menyukainya secara seksual, gak mungkin melaporkannya atau berkicau ttg dia.
(150) Mungkin Pak Tasman jg udah mengenali dr karakterku kalau aku itu begitu.

Dan memang prnh sih aku tanya dia, knapa berani melecehkanku dulu. Dia bilang udah mikir² duluan, udah memastikan bahwa aku akan mau.

Setiap kami begituan, dia pasti ngasih duit 50rb ke aku.
(155) Banyak atau sedikit duit segitu, aku gak pikirin. Aku gak bayaran kok, dan itu cuma bonus aja sbg penyemangat.

Dan bukan pula uang tutup mulut ya. Tanpa itu aku memang bakal tutup mulut. Aku udah komit jaga rahasia.

Lagian kisah ini udah lama, antara th 1998 - 2000.
(156) Jadi ketauan kan umurku brp. Hayo brp? 😀
Tapi cerita ini hanyalah fiktif ya, bukan pengalaman Ayah Penyayang sbg penulis.

Ini cuma pande² Ayah aja ngarang cerita. Masih ada yg bilang copas dr google? Terserah!
Yang jls ini murni karya imajinasi Ayah sendiri.
(157) Lanjut dikit lagi ya, biar ada bumbu² seksnya di ujung cerita.

Setaun aku kuliah, sempat bbrp kali aku pulkam dan pasti akan nemuin Pak Tasman. Dan udah pasti dong kami begituan lagi.

Dimana? Di sungai lagi! Tapi prnh lho kami melakukannya di rumah Pak Tasman. Kok bisa?
(158) Waktu itu istri Pak Tasman lagi ke luar kota, ada pesta keluarga. Anak²nya udah pada kuliah dikota lain.
Jadinya kami bebas di rmhnya.

Bahkan 3 kali kami begituan. Senin udah, rabu lusanya ulang lagi, jumatnya gitu lg. Masih kuat Pak Tasman. Masih perkasa dia.
(159) Aku dikota udah mengenal dunia LGBT, bnyk teman kampus yg begitu. Bahkan saling pacaran. Tapi aku kan gak suka yg muda².

Akupun nyari Bapak² yg sesuai seleraku. Yg gantengnya kayak Pak Tasman, kalau bs yg lbh ganteng dr situ lagi.
Dan ternyata bnyk woy, berserak!
(160) Tapi kalau aku ceritain lg kisahku dgn orang² baru dikota, ya gak selesai²lah thread ini.

Takutnya para pembaca pada bosan. Mending buka thread baru ya kan. Oke sekilas aja ya.

Orang pertama yg ku dapat adalah sopir taksi. Dia udah langganan kalau aku pergi jauh.
(161) Namanya Pak Asep, sopir taxi paradep. Orangnya tinggi, badan sedang, gak gemuk gak kurus, kumisnya tebal, kulitnya putih, tangannya berbulu lebat.

Sering kuperhatikan dadanya jg berbulu, jauh lbh lebat dr bulu dada Pak Tasman. Gayanya selalu buka kancing atas kemeja.
(162) Aku selalu menunjukkan keramahan tanda bersahabat dgn Pak Asep. Sehingga diapun senang mengenalku.

Setiap duduk di sblhnya aku selalu curi² liat selangkangannya sambil bicara. Selalu ngejendol. Pdhl kadang dia pake celana jeans, bukan melulu celana kain. Besar kenya.
(163) Aku gak kayak dulu lagi takut² liat jendolan Pak Tasman. Ini malah kusengaja, biar dia tau aku meratiin anunya, biar dia tau aku suka itu.

Aku gak mau makan waktu lama² utk dapatin Pak Asep.

Pak Asep sampai tau aku sering melihat anunya ketika bicara. Lalu diapun paham.
(164) Pak Asep lalu mancing2 aku dgn sering garuk² anunya.

Gak mandi Pak, kok garuk². Kataku. Mandilah, jwbnya sambil ketawa. Kok msh gatal². Kataku. Gak tau nih knp, ktnya.

Oh gatalnya lain ya Pak, bukan krn kuman, kataku lgsg. Dia menatapku. Iya mungkin, ktnya.
(165) Karna apa kira². tanyaku. Gak taulah jwbnya. Mungkin Bpk udah lama gak dpt jatah dr org rmh, kataku.

Lho kok bs tau, katanya sambil menatapku. Aku kan nanya, kataku. Iya tp benar gt, ktnya.

Lho, kasian kali Pak, yg ada itunya malah meronta minta di servis, kataku.
(166) Jantungku udah berdebar makin kencang. Aku udah nekat tak mengulur wkt lg.

Pdhl besar kenya, syg kali di angguri, kataku sambil melihat dgn lama kearah selangkangannya.

Kamu kok tau pula besar ya, katanya. Iya Pak aku tau. Benar kan? kataku menantang menatapnya.
(167) Lalu dia meremas jendolannya. Aku gak tahan lagi. Boleh ku pegang Pak, tanyaku. Dia diam aja seakan memperbolehkan.

Lalu ku raba anunya dan kurasakan kelembutannya. Besar kali nih Pak, enak di isap, kataku.

Kamu suka ngisap, tanyanya. Iya Pak jwbku. Sama, aku jg. Ktnya.
(168) Saat itu aku sangat senang mendengar Pak Asep ngaku suka jg ngisap.

Berarti ini kesempatan bagus utk merasakan enaknya di isap. Selama ini aku baru cm tau rasanya ngisap, di isap blm. Itu dgn Pak Tasman.

Lalu aku terus meremas burungnya, diapun melambatkan laju taxinya.
(169) Kamu sibuk hari ini, tanyanya. Gak Pak. Kita ke anu ya, mau gak, tanyanya. Kemana Pak? Ke hotel! Oh mau Pak kataku dgn cpt.

Lalu kami nyewa kmr hotel dan disanalah kami ML.
Sungguh nyaman ML di dlm ruangan tertutup dgn sejuknya AC.
Mau jungkir balik, gak ada yg melihat.
(170) Aku grogian melihat tubuh polos Pak Asep tanpa balutan sehelai benangpun. Sungguh, ini seleraku banget. Maaf, lbh ganteng dr Pak Tasman.

Lalu burungnya besar panjang menjuntai ke bawah.
Ku raih burung itu dan segera ku mainkan pake mulut.
Segera burung itu lancang depan.
(171) Pak Asep meraih burungku lalu ku kasih kesempatan mengisapnya. Kali pertama lho kena isap. Wah super duper kali rasanya.

Mulut Pak Asep yg dipagari kumis lebat itu melahap burung mungilku dgn tertatur.

Pak Asep keliatan sngt jago ngisap. Dia begitu menikmati es lilinku.
(172) Sambil merem melek Pak Asep mengulum batangku. Lalu kami naik ke springbed. 69 yuk, ajaknya.

Aku blm tau mksdnya, rupanya mksdnya saling isap dgn posisi terbalik.

Aku yg diam bengong disuruhnya telentang. Lalu dia menindihku dr atas dgn posisi terbalik.
(173) Lalu Pak Asep melahap burungku dr atas sambil mempaskan posisi burungnya ke mulutku.

Lalu akupun mengulumnya dr bawah. Terdengar erangan Pak Asep bagai auman harimau lapar. Karna suara Pak Asep sangat besar dan ngebass.

Aku makin horni aja dibuatnya. Sumpah!!!
(174) Kamipun berguling sehingga kini kami ngisap dgn posisi nyamping. Lalu Pak Asep menyuruhku gantian di atas.

Bagai disambar petir alangkah kagetnya aku ketika Pak Asep menjilati anusku. Lain pula rasanya disitu dgn di burung.

Oh, kenapa Pak Asep mau jilat itu. Pikirku.
(175) Pak Asep me-mindah²kan jilatannya antara batang, telor, dan anusku. Lalu kembali ke batang, begitu seterusnya.

Aku jg lgsg menjilati telor Pak asep, karna ke Pak Tasman aku udah biasa melakukannya.

Pak Asep mengerang dan menyuruhku memainkan lobang anusnya.
(176) Tapi aku gak mau, aku jijik. Kuliat lobang anus Pak Asep dipagari bulu² lebat dan panjang², bulu itu melingkar mengitari lobangnya.

Meliat aja aku agak² gimana, apalagi menyentuhnya dgn tangan. Oh no! Apalagi disuruh jilat, no way!

Dan aku mau nembak. Pak aku mau nembak!
(177) Jangan nembak dulu, saya blm puas. Cegahnya. Lalu dia mengeluarkan burungku dr mulutnya dan membiarkannya. Aku terus menjilati burungnya sampai kau capek.

Capek Pak, brenti dulu. Kataku. Akupun rebahan. Dan dia men-jilat² tetekku serta menggigitnya. Antara enak dan sakit.
(178) Aku menggelepar terus ketika lidahnya memainkan tetekku. Udah Pak, udah. Aku gak tahan. Kataku sambil mencengkram sprey, dan kedua kakiku ku hentak²kan ke kasur.

Melihatku udah kewalahan, dia makin beringas. Makin dikuatkannya gigitannya di kedua putingku. Sakit.. kataku.
(179) Tahanlah, katanya sambil menggigit putingku. Aku merasa putingku bakal putus dibuatnya.

Aku dibuat sulit nafas. Tp lama² aku makin sanggup menahannya, dan makin terasa enaknya drpd sakitnya.

Gila permainannya, kok sampai begitu ke laki², pikirku.
(180) Lalu dia ngompeng di burungku yg udah nelembek. Dia kembali membuat burungku tegang.

Kali ini aku yg dikerjain, aku cuma diam telentang. Di jilatinnya lg anusku dgn sngt lahap.
Lalu dicucukkannya jarinya kesana, akupun melarangnya.

Gak suka ya? Gak! Sakit tuh!
(181) Lalu dia menggulingkan badannya ke kasur. Lalu dia ngangkang. Aku segera ngisap burungnya.

Masukkan, katanya. Apa dimasukkan, tanyaku. Burungmu, ktnya.

Aku merasa bingung, kok ada laki² yg minta di entot. Itu kan lobang taik, bukan utk di entot. Pikirku.
(182) Aku nolak nusuk lobang anusnya dgn alasan jijik dan gak biasa.

Ayolah coba, enak tuh, rayunya. Aku tetap gak mau. Jadi kamu suka ditusuk? Tanyanya. Gak ah, jwbku kebingungan.

Aku suka ditusuk, ktnya. Tp aku tetap gak mau. Lalu kami kembali 69, kembali aku mau nembak.
(183) Aku gak tahan ketika dia menjilati anusku ber-lama². Pak aku mau nembak kataku. Tembakkanlah, sama² kita. Katanya.

Lalu akupun muncrat di dlm mulutnya, begitu jg dia di mulutku.

Dia menelan semua spermaku sementara aku menahannya dimulutku. Aku lgsg buang ke kmr mandi.
(184) Punyamu ku minum, katanya. Selanjutnya kami jd best friend. Ke-mana² aku diantarnya gak prnh bayar lg. Bahkan dia msh ngasih uang sakuku.

Aku merasa dunia fantasiku makin tergapai. Yang kualami dgn Pak Tasman blm ada apa²nya.
Dgn Pak Asep makin ku kenal seluk beluknya.
(185) Selain nyewa hotel, kami prnh juga ML di dlm taxinya. Gak senyaman di hotellah, tp lbh nyaman dr di ladang kyk sama Pak Tasman dulu.

Sementara dikosku gak memungkinkan bawa dia. Bisa curiga teman² sebelahku yg semuanya adalah teman kampus.
(186) Karna alasan sewa sepi, Pak Asep prnh bawa aku ke rmh kosong. Rmh yg bangunannya gantung sngt lama.

Kami kesana naik motor, kami ML di dlm dgn beralaskan kardus.
Sampai telanjang bulat gitu.

Kata dia aman disitu gak ada org yg akan dtg.
Ada 3 kali aku dibawa kesana.
(187) Lalu Pak Asep nyewa kamar lagi, aku yg udah terbiasa ML dgnnya merasa udah sayang ke dia.

Akupun nelan spermanya. Seperti Pak Tasman, dia sngt senang spermanya telan.

Tp aku jg kok gt ya, aku jg kok senang pas Pak Asep nelan spermaku. Rasa² sngt dihargai gitu rasanya. 🤭
(188) Udah sering ML, Pak Asep selalu minta lobangnya di obok². Tapi aku gak berani dgn tangan. Tp dgn burungku jd berani.

Awalnya dia yg menduduki burungku dr atas. Karna aku gak mau di daulat menusuknya saat ngangkang atau nungging. Jadinya dia jemput bola deh.
(189) Aku disuruh diam aja, dan dia yg memasukkan ujung penisku ke lobangnya. Srett.

Batang peniskupun tertancap ke dlm lobangnya sampai pangkal. Ekspresi mukanya seperti kesakitan.

Lalu dia menggoyang perlahan keatas ke bwh. Makin lama makin cepat. Dan dia mengerang² terus.
(190) Dia meraih kedua tanganku dan menaruhnya dikedua putingnya. Pelintir² katanya.

Dia terus menggoyang pantatnya hingga kurasakan memang enak msk lobang pantat.

Enak dek, tanyanya. Aku malu jwb iya, aku diam aja. Aduh enak kali sayang, ucapnya. Enak kan syg, tanyanya lg.
(191) Dia menjatuhkan badannya utk menyentuhku dan menciumi pipiku. Terasa geli² enak kumisnya menyapu pipiku.
Sesekali dia mengecup bibirku.

Karna kecil burungku tercabut dr lobangnya. Lalu dia memasukkan lagi. Dia memelukku sngt kuat sambil terus menggesek lobangnya.
(192) Lalu dia mengangkat tubuhku hingga posisi duduk. Sementara burungku tetap diusahakannya jgn tercabut.

Di gerak²kannya terus pinggulnya agar terasa burungku menancap lobangnya.

Lalu sambil terus merangkulku erat, dia mengangkat tubuhku dan menjatuhkan tubuhnya perlahan.
(193) Kini posisi kami jadi berganti. Aku jd diatas dia dibawah. Dia memelukku terus sangat rapat supaya burungku gak lepas.

Dia memegangi kedua pantatku dan me-nekan²nya ke dlm. Goyang, katanya. Akupun menggoyang pinggulku. Lalu dia meringis terus. Enak sekali. Katanya.
(194) Tanpa sadar kini aku udah memegang kendali. Aku udah menggenjot terus lobang Bapak itu.

Enak kan dek, katanya sambil menciumiku. Iya Pak, enak. Kataku. Lalu dia menciumiku lagi ber-tubi².

Pegal aku dek, tunggu dulu. Katanya. Akupun nyabut batangku. Lalu dia nyamping.
(195) Tanpa di ksh komando, aku lgsg menusukkan batangku ke lobangnya yg menganga dgn sebelah kaki diangkat keatas itu.

Aku merasakan keseruan ketika batangku menjelajahi goa milik Pak Asep.

Blm prnh begini dek, tanyanya. Blm Pak, kataku. Ngisap udah, katanya. Udah, jwbku.
(196) Bapak sukanya di masukin dek, masukin gak suka, katanya. Besok² masukin ya terus, ktnya. Iya Pak, kataku.

Kamu gak pengen dimasukin gt, tanyanya. Gak Pak, kataku. Karna blm dicoba tuh, nanti ke yg lain pas ada yg minta, pasti jd ketagihan, katanya. Masa' iya Pak, kataku.
(197) Tapi blm tentu sih dek, yg begini ada yg memang tipe suka di tusuk kayak saya, ada pula yg tipe suka nusuk.

Siapa tau kamu nanti stlh lama2 emang maunya jd penusuk. Tambahnya. Tp ada jg lho yg suka dua²nya, katanya. Aku gak terlalu memahami yg dia bilang.
(198) Setiap ML dgn Pak Asep aku selalu megambil lobangnya. Kadang nungging kadang berdiri dsb.

Lalu aku kenal dgn Pak Riadi, dosenku. Dia sngt dekat dgn para mahasiswa. Terutama dgnku, dia begitu perhatian.

Aku jg tertarik dgnnya, orgnya putih bersih, ada kuminya tipis.
(199) Body Pak Riadi agak kurusan. Rambutnya halus lurus², dia pake kacamata.

Dia nanya aku kos dimana, dan sering diantarnya aku pulang. Pak Riadi jg sering mentraktirku diwarung nasi.

Tak lupa Pak Riadi menyalamkan selembar duit utk uang sakuku. Pokoknya baik kalilah.
(200) Pak Riadi pernah menyuruhku ke rumahnya ketika itu istrinya lg study ke luar negri. Aku bilang gak tau kesana, akhirnya dia jemput aku.

Di rumahnya kami makan bareng, dan ngobrol asik ttg semuanya.
Lagi asik ngobrol di sofa, dia lgsg mengutarakan mksdnya.
(201) Dek, boleh minta tolong pijit pundak Bapak, katanya. Siap Pak, kataku.

Langsung ku pijatlah pundaknya bahkan sampai ke pelipis matanya. Aduh enak kali, katanya.

Dek, boleh Bapak liat anumu, katanya lagi. Aku sngt kaget namun senang mendengarnya.

Suka ya Pak, tanyaku.
(202) Iya dek, Bapak suka samamu. Katanya. Akupun diam. Kubiarkan tangannya menyentuh pahaku dan merambat hingga selangkangan.

Di remasnya burungku hingga mengeras. Udah hidup ya dek, katanya.

Lalu dia membukai celanaku dan mengisapi burungku di sofanya. Begitu senangnya dia.
(203) Lalu kubukakan bajuku semua karna td baru cuma celana aja. Aku pun gak tahan lg wkt itu.

Aku lgsg meraba burung Pak Riadi dr balik celana pendek kotak² yg dia kenakan. Burungnya udah mengeras.

Lalu kubuka reslitingnya dan kugapai batangnya dr balik CD-nya. Mendebarkan!
(204) Aku dapat merasakannya tp gak dpt melihatnya. Lalu Pak Riadi berdiri utk melepaskan seluruh celananya beserta CD-nya.

Tanpa pikir panjang kulahap burung Pak Riadi dgn penuh nafsu.
Aduh pintarnya kamu dek, serunya.

Kusuruh dia rebah di sofanya dan ku isapin terus.
(205) Burung Pak Riadi itu panjang tp agak kecil diameternya. Namun kulit batangnya putih bersih, bulu²nya lurus².

Aku sngt tergiur melihat gantengnya burung Pak Riadi. Aku jilatin terus sampai dia mengerang kenikmatan.

Saya lagi dek, pintanya. Lalu kami 69 di sofa itu.
(206) Ke kamarlah yok, ajaknya. Lalu kami main di kamar. Kami bergulat ria sambil 69 an.

Pak Riadi jg ternyata doyan jilatin anus. Jilatannya gila imbang dgn Pak Asep.

Setelah sekian lama isap²an, aku menyerukan mau nembak. Diapun bilang gak papa.
Nembak aja yok, katanya.
(207) Lalu aku mengerang ketika ngeluarkan spermaku. Pak Riadi lgsg menyedotnya semua ke dlm perutnya. Enak banget airmu sayang, serunya.

Diwaktu bersamaan, Pak Riadi juga nembak dimulutku. Aku jg auto nelan sampai habis.

Setelah itu kami duduk, dia melihat gak ada yg tumpah.
(208) Ditelan juga dek, tanyanya. Iya Pak, kataku. Oh mantap, ada kecocokan kita nih, jwbnya.

Malamnya kami masak bareng dan bahkan mandi bareng.
Dan stlh dinner, kami kembali ML dikamarnya. Masukin ya sayang, pintanya.

Setelah isap²an sekian lama, akupun menyucuknya.
(209) Lobang pantat Pak Riadi sangat bersih, mulus, kulit²nya putih, dan bulu²nya gak terlalu lebat, lurus² lagi.

Aku mikir apa ku jilat aja. Biar aja Pak Riadi org pertama yg kujilat anusnya.

Tapi aku mikir². Stlh itu Pak Riadi olesin lubricant ke lobangnya dan jg batangku.
(210) Lalu akupun memasukkan burungku ke dlm lobang Pak Riadi. Masih keset.
Pak Riadi mendesah menikmati ritme goyanganku.

Begitulah seterusnya, Pak Riadi ku bolak balik. Perkosa aku sayang, katanya pasrah.

Akupun ngisap burungnya sampai nembak. Setelah itu kembali kutusuk.
(211) Ku pacu terus goyanganku hingga aku crot di dlm lobangnya.
Tengah malamnya kami ulangi lagi, pokoknya 3 triplah kami selama dirumahnya.

3 malam berikutnya aku kesana. Kami ML dgn diawali isap²an. Disanalah ku bulatkan tekadku agar jilat anus Pak Riadi. Aku udah cinta dia.
(212) Pak Riadi udah menyatakan cinta ke aku. Dia bilang supaya kami pacaran. Akupun lgsg setuju.

Dia jg menjanjikan bonus² menarik ke aku jika mau jd pacarnya.
Tanpa itu aja aku udah mau, apalagi pake itu. 😋

Pak Riadi jg sosok yg sempurna dimataku. Sebenarnya Pak Asep jg. 🤭
(213) Dari segi fisik, Pak Tasman jg sempurna dimataku. Tp kini aku memantapkan hatiku ke org yg udah jls menyatakan cinta ke aku.

Malam itu, Pak Riadi yg duluan isap punyaku. Dia br isap batang dan telor, blm ke lobang.

Lalu gantian aku yg isap dia. Kuisap batang dan telornya.
(214) Lalu aku lgsg menyapu lidahku di antara belahan pantatnya. Terasa begitu luar biasa sensasinya.

Itulah pengalaman pertamaku jilat anus.
Akupun gak mau berhenti lg menjilatinya.

Ku sedot terus lobang itu sambil ku lebarkan dgn tangan.
Kini lobangnya merekah indah.
(215) Aku memperhatikan lobang indah berwarna pink itu dgn teliti. Asal kujilat selalu mengatup, barengan dgn ekspresi wajah Pak Riadi yg mengkerut.

Aku lgsg menjilatinya terus dgn membabi buta. Ku gigit kedua pantat yg mengapitnya. Ku gulung lidahku dan ku benamkan.
(216) Aku udah melakukannya dgn Pak Riadi. Jadi besok² aku pasti akan mau melakukannya dgn Pak Asep. Bahkan jika aku pulkam, aku akan melakukannya dgn Pak Tasman.

Udah sangat sering aku ML dgn Pak Riadi. Segala kebutuhan kuliahku, dan jg kebutuhan se-hari²ku dilengkapinya.
(217) Karna sibuk dgn Pak Riadi, dosen dan pacar baruku, akhirnya aku gak ada waktu dgn Pak Asep.

Aku bilang aku gak sempat, lg sibuk kuliah. Tapi bukan berarti aku udah gak mau dgn dia.

Kalau ada waktu aku pasti mau ML lagi dgnnya. Selagi bisa gas terus, itulah prinsipku.
(218) Tibalah ada kesempatan ML dgn Pak Asep. Kami check in lagi ke hotel.

Aku sebenarnya udah sangat rindu dgn burung besarnya. Akupun menciuminya terus sblm mengisapnya.

Begitulah akhirnya kami isap²an dan kembali Pak Asep jilat anusku.
Akan kuberi kau surprise, gumanku.
(219) Lalu setelah mengitari batang dan telornya dgn lidah, aku lgsg menjilati anus Pak Asep.

Dia menggelinjang kegelian. Aduh dek, enaknya. Serunya kegirangan. Lalu dia menikmati jilatanku dgn wkt yg cukup lama.

Akhirnya kamu mau ya dek, Bapak tambah sayang samamu, katanya.
(220) Iya Pak, biar gak cuma Bapak yg gitukan aku. Ku pikir² gak ada salahnya nyoba membalas biar balance. Kataku.

Makasih sayang, katanya. Dan stlh itu aku menusuk lobang itu.

Begitulah selanjutnya, asal ML dgn Pak Asep aku jilat anusnya dulu lalu kutusuk. Itulah yg dia mau.
(221) Dan sejak itu Pak Asep menambahi uang sakuku dr biasanya.

Bahkan Pak Asep sering mengantarku mau ML kerumah Pak Riadi. 😂
Tapi dia gak tau aku pacaran dgn Pak Riadi.

Tau wajah Pak Riadi aja dia gak. Dia taunya aku belajar ke rumah dosenku, dan kami rame², bukan aku aja.
(222) Aku diantar jemput gratis oleh Pak Asep, dan diganti uang transport oleh Pak Riadi.

Karna kebutuhan bathinku, aku sebisa mungkin meladeni seks Pak Asep.

Kini aku main dua kaki. Antara Pak Asep dan Pak Riadi. Keduanya adalah Bapak² idolaku. Aku mau muas²in nafsu ini.
(223) Sementara pulang kampung aku jd makin sering, asal ada waktu. Karna aku gak pusing mikirin ongkos. Pak Riadi sngt royal samaku.

Asal pulang pasti ketemu dgn Pak Tasman, guru SMA-ku yg melakukan pelecehan seksual padaku, yg berujung indahnya hidup penuh warna warni.
(224) Pas ML dgn Pak Tasman, aku lgsg bukain semua bajuku, dan ku gesekin burungku ke burungnya, dan ke bagian² lain spt perut, paha, dan dadanya. Dia agak² menghindar tp ku gosokin terus.

Pak, aku mau kita lbh romantis. Jgnlah cuma aku yg ngerjain Bapak terus, balaslah! Kataku.
(225) Meski ku bilang gt, aku gak berharap bnyk dr Pak Tasman. Dan memang benar dia blg gak sanggup.

Lalu aku berusaha mencipoknya spt yg sering kulakukan dgn Pak Asep dan Pak Riadi. Dia menghindar terus.

Lalu ku dekatkan burungku ke mulutnya ketika dia rebahan, dihindarinya.
(226) Janganlah dek ah, Bapak gak bisa isap. Katanya. Ayolah Pak, gak asik kali gt. Egois kali. Kataku. Tapi dia benar² gak mau.

Lalu ku isapinlah burungnya dan merambat hingga lobang anusnya.
Waduh dek, apa²an tuh, katanya kaget melihatku melahap lobang anusnya tanpa jijik.
(227) Santai ajalah Pak, nikmati ajalah. Kataku. Dia meng-erang² terus dan menggelinjang. Geli dek geli. Aduh. katanya.

Diam bisa gak sih Pak, udah nikmati ajalah. Kataku yg merasa kesulitan jilat anusnya akibat dia ber-gerak² terus merapatkan pantatnya.

Bukalah Pak, kataku.
(228) Lalu lama² akhirnya dia pun jinak dihadapanku. Dia makin bs menerima dahsyatnya jilatanku melanda areal anusnya.

Tapi dia gak berhenti meringis, dan akhirnya bisa menenangkan nafasnya.

Kadang dia mengatupkan gigi atas dan bawahnya menahan kegelian sambil memejamkan mata.
(229) Belum prnh ya Bpk kena jilat disitu, tanyaku. Blm, ini pertama kali. Jwbnya. Enak kan, kataku. Iya dek, kamu makin berkembang aja ya, udah piawai skrg, ucapnya.

Siapa dulu dong gurunya yg ngajarin. Kataku. Diapun ketawa. Entah, siapa ya. Kata dia becanda.
(230) Siapa dulu dong gurunya, guru cabul otak mesum yg tega melakukan pelecehan seksual dari dulu. Guru bejat yg gak bermoral dan gak ada akhlak, yg tega mencabuli siswanya. Dasar guru homo. Kataku bercanda.

Dia menampar pipiku dgn pelan sambil senyam senyum.
(231) Kok senyum pula. Senyummu adalah tangisku. Kataku agak² serius tanpa senyum, namun aku bercanda.
Lalu dia mencubit pipiku dgn gemas.

Kembali ku jilati anusnya dgn gairah membara. Ku sedot² ke dlm lobangnya semampu lidahku menjangkau.

Pasrah Bapaklah. Katanya.
(232) Lalu setelah puas bikin dia menggelepar, akupun mengarahkan ujung penisku ke lobangnya.

Aku mengangkat pinggulnya dan menempelkan burungku. Mau diapain, tanyanya. Diam ajalah, kataku.

Eh jgn dimasukin, gak bisa, sakit tuh, katanya. Tunggulah, kataku sambil terus berusaha.
(233) Lalu aku menambah air liurku ke lobangnya dan jg ke ujung penisku. Kembali ku dorong.

Bapak itu pasrah gak menentu. Tapi asal ngepas ke lobangnya dan kusorong, dia bergerak menangkis. Jadinya gak berhasil masuk.

Gitu²lah terus gak bisa² kumasukkan. Jgn bergerak, kataku.
(234) Akupun sempat menyorong hingga kepalanya masuk. Tapi dia lgsg mengecilkan lobangnya dan menyorong tubuhku. Yah, lepas lagi!

Pak, kasihlah aku masukin. Aku udah pengen kali. Aku udah sering gitu disana. Kataku. Kamu udah sering nusuk lobang anus, tanyanya memperjelas.
(235) Dengan siapa, tanyanya. Dgn bangga aku ksh tau dgn Pak Asep supir taxi dan dgn Pak Riadi dosenku.

Bahkan aku kini pacaran dgn Pak Riadi. Aku menceritakan secara detail cara ML ku dgn kedua org tsb.

Kamu jg ditusuk, tanyanya. Gak Pak, itu yg blm kualami. Jwbku.
(236) Aku drpd ditusuk lbh baik kau suruh nusuk. Itupun kalau hrs. Gak prnh aku kegitu, aku cm pengen di isap aja udah. Katanya.

Lalu akupun pengen ngasih sensasi ditusuk ke Pak Tasman. Sygnya aku blm prnh ditusuk oleh Pak Asep dan Pak Riadi, dan aku tau itu pasti sakit.
(237) Lalu aku jd kepikiran bakal nyicil semua gaya bercinta begini. Sepintas jd pengen kena tusuk.

Apa ku ksh aja Pak Tasman yg tester pertama lobang anusku. Jangan!

Mending ke Pak Riadi aja besok², karna dia adalah pasanganku. Biarlah dia yg merenggut keperawananku.
(238) Obsesiku adalah biar bisa ngasih Pak Tasman icip² lobangku nanti.

Lalu aku kembali ke kota, dan ML dgn Pak Riadi. Kali ini kami di hotel, karna istrinya udah ada dirumah.

Lalu seperti biasa kami saling isap, saling rimming lobang anus, dan ku tusuk dia.
(239) Aku yg udah tau istilah² posisi bercinta LGBT bilang ke Pak Riadi, Bpk emang bot aja ya? Knp nak, tanyanya balik. Nanya aja, jwbku.

Bpk sbnrnya vers dek, itu kalau dpt pasangan yg bisa bot, katanya.

Enak gak ya jd bot Pak, tanyaku. Pengen nyoba kamu, tanyanya. Iya Pak!
(240) Gak usahlah dek, jd top Bapak aja. Katanya. Tp aku pengen rasain Pak, kataku.

Lalu aku minta biar Pak Riadi memasukkan burungnya ke lobangku. Kalau blm biasa agak sakit lho syg, katanya.

Tp kan lama² jd enak, kataku. Hehe, kata Pak Riadi ketawa.
Lalu kamipun mencobanya.
(241) Setelah di jilatin dulu sampai lobangku kegelian, Pak Riadi mengarahkan ujung tombaknya kelobangku.

Pelan² kita buat ya syg, kalau sakit bilang, kata Pak Riadi. Atur ajalah Pak, Bapak tau gimana memperlakukan yayang sendiri, kataku pasrah.
(242) Lalu Pak Riadi menyapukan lubricant yg bnyk ke lobangku dan ke batangnya. Perlahan disorongnya tp sulit masuknya.

Lobangmu msh sngt sempit nih syg, msh perawan ya. Tanyanya.
Iya Pak, jwbku.

Waduh, kirain udah prnh entah sekali dua kali dimasukin . Katanya. Belum Pak.
(243) Kalau udah pernah sekali dua kali gak sesulit ini, walaupun udah lama kali. Katanya.

Kepala penis Pak Riadi terlalu besar dibanding lobang ekorku. Tapi ber-kali² memang tepat mengenai lobangku dan disorong, tp akulah yg gak tahan sehingga kuhindari.
(244) Setiap mau masuk ku geser badanku menjauh, setiap di dorong ku tarik badanku ke blkg atau ku dorong badannya ke dpn.

Mana bs msk kalau gt² syg, kata Pak Riadi.
Akhirnya dia lelah dan menyerah gak bisa memasukkan.
Akulah masukin katanya dan menerikan ekornya ke aku.
(245) Lalu akhirnya akulah yg menyorongnya. Untuk ML slnjtnya kembali aku pengen di entot, dan ku ksh lagi dia coba masukin. Lagi² gagal karna aku gak membiarkannya masuk.

Tapi ML slnjtnya, akhirnya jebol jg pertahananku. Kutahankan rasa sakitnya agar burungnya bisa masuk.
(246) Ketika kepalanya masuk, aku udah bertekad akan menerimanya dgn pasrah.

Akhirnya secara perlahan batang penis Pak Riadi menancap makin dalam dgn dorongan tanpa genjotan hingga terbenam sampai pangkalnya.

Sakit sayang, tanyanya. Iya Pak, kataku memejamkan mata.
(247) Lalu Pak Riadi yg memasukkan batangnya bagai memasukkan jarum suntik itu, perlahan menariknya keatas. Persis menarik jarum suntik.

Lalu setelah cuma kepalanya yg terbenam, disorongnya lagi kedlm hingga pangkal. Gitulah dilakukan dgn sngt hati² dan pelan².
(248) Ku cepatin ya syg, katanya. Aku mengangguk. Lalu Pak Riadi mempercepat gerakannya.

Hingga serasa bagai tiang pancang yg ditancapkan ke rawa², aku merasakan genjotan itu makin lama makin asik.

Aku bs dengar suara batangnya keluar masuk lobangku dgn ritme yg teratur.
(249) Lalu aku merasakan sensasi yg beda di seluruh dinding² lobangku.

Lobangku ber-denyut² ketika di cucuk tiang pancang yg kokoh itu. Dan aku merasa jadi enak.

Pak, goyang terus. Kataku. Enak syg, tanyanya. Iya Pak, kataku. Pak Riadi makin semangat memompa lobangku.
(250) Lalu sejak itu aku jadi makin nagih trus di tusuk Pak Riadi. Kalau kami ML, biasanya saling nusuk. Tapi kadang² cuma dia yg nusuk aku, atau sebaliknya.

Yang penting kami sama² puas, sama² saling membutuhkan satu sama lain, dan tentunya sama² melengkapi dlm semua kebutuhan.
(251) Kini anak didik Pak Tasman ini udah mahir dlm segala posisi. Udah bisa jd top, bisa jd bot alias jadi versatile.

Seperti obsesiku diawal, adalah ngasih lobangku ke Pak Tasman dikampung. Biar dia prnh main anal.

Akupun pulang ke kampung menemui Pak Tasman. Kamipun ML.
(252) Udah barang tentu awal²nya aku akan isapin burung Pak Tasman hingga lobang anusnya.

Lalu aku menyapukan lotion ke lobangku dan ke batangnya. Masukin Pak, kataku.

Ah, capek. Nanti kamu tolak juga, katanya. Gak Pak cobalah, kataku.
Diapun mulai memasukkan kepalanya.
(253) Lalu batang Pak Tasman itupun berhasil masuk. Masih separoh lgsg dia genjot naik turun. Aku pasrah aja. Dia mempercepat ritme hingga aku men-desah².

Enak sekali lho Pak, kataku. Enak gak sih Pak, tanyaku. Enak, katanya simpel. Nah lo. Enakan mana dr lobang ibu, tanyaku.
(254) Kami memang gak suka jaim² lagi selama ini. Itulah asiknya dgn Pak Tasman, walau kali pertama menikmati lobangku dan sblmnya gak prnh main lobang burit, dia tanpa jaim ngaku enak.

Dia bilang sama aja rasanya dgn lobang istrinya. Malah lbh sempit lobangmu, pujinya.
(255) Begitulah selanjutnya, asal aku pulang, aku selalu ngasih lobangku ke Pak Tasman.

Aku mau memperdalam kehomoannya. Biar jgn taunya cuma pengen di isap aja burungnya.

Harus menikmati enaknya seks lewat anal juga. Itu baru resmi homo pikirku. Soalnya ngisap dia gak mau.
(256) Sementara dgn Pak Asep, aku gak ngasih lobangku. Bukan karna apa, karna dia emang murni bot. Dia gak bakal mau nusuk.

Untuk memperjelas, aku coba bujuk dia. Pak gantian dong. Aku pengen tau rasanya ditusuk. Biarlah hanya ke Bpk ku serahkan lobangku. Kataku. Tp dia gak mau.
(257) Jadi sampai skrg, Pak Asep gak tau kalau lobangku yg sering dia jilat² itu udah sering di tusuk² oleh Pak Riadi dan Pak Tasman.

Pak Riadi jg gak tau kalau bukan cuma dia yg kini menikmati lobangku. Ada jg Pak Tasman dikampung yg dpt jatah itu. Tapi jaranglah.
(258) Makanya Pak Riadi gak merasakan lobangku udah tambah longgar. Emang gak tambah longgar, biasa aja.

Karna baru cuma mereka berdua yg prnh memasuki itu. Lagian dr segi ukuran, sama aja punya mereka. Malah lbh pnjg punya Pak Riadi lagi. Kecuali punya Pak Asep iya jumbo.
(259) Lalu kudengarlah berita, Pak Tasman meninggal dunia. Aku kebetulan libur dan lgsg pulang.

Eh sedih kali rasanya melihat dia udah terbujur kaku di dlm peti mati.
Aku menahan tangisku supaya gak kelihatan aku sngt berduka. 😥😭

Aku kan bukan siapa²nya, cuma bekas siswa.
(260) Kami gak ada hubungan keluarga. Jadi aku takut mengekspresikan kesedihanku.

Yang sngt kusesali, aku cm bs memandanginya dr jarak 1 mtr, tanpa bs menyentuhnya. 😭

Aku malu dan segan. Pdhl aku sngt ingin bs menyentuhnya utk terakhir kali.
Pengen kupegang tangannya. 😢
(261) Udah sedang berduka gitu, pikiranku msh sempat²nya ke hal² lain.

Aku membayangkan Pak Tasman yg sedang dibaringkan itu dlm kondisi telanjang. Rebahan di hadapanku memberikan burungnya kuisap.

Jujur aku membayangkan hal itu, tp aku sedih dan malah nyaris meledak tangisku.
(262) Aku membayangkan gimana skrg kondisi burung Pak Tasman. Apakah msh sebesar biasanya, atau udah menyusut.

Dengar² burung org yg meninggal itu menyusut bahkan menghilang.

Aku jg membayangkan andai orang² gak ada disitu, aku pengen bukai celana Pak Tasman mau melihat itunya.
(263) Jujur dlm lamunanku, andai aku berkesempatan buka celana Pak Tasman, aku mau dgn sukarela mengecup burungnya itu gimanapun kondisinya.

Aku gak jijik gak takut mengecup burung Pak Tasman meski dia udah gak bernyawa lagi.
Itulah saking sayangnya aku ke dia. 😔
(264) Bercinta dgn mayat? Bukan! Aku bilang bukan mau mengisapnya, tp sekedar mengecup atau mencium aja.

Meski itu rada² gimana gt, dan cendrung ke kelainan seksual, tp aku melakukannya lbh karna cinta, bukan nafsu.

Maklumlah karna semasa hidupnya, itu aja kerja kami terus. ☹
(265) Lalu aku pulang ke kota melanjutkan kuliahku. Org pertama yg bertemu dgnku adalah Pak Asep.

Pak Riadi udah bilang kalau udah nyampai kabari, biar kita lunch.
Tapi aku malah ML dgn Pak Asep dulu.

Aku beralasan mobil yg ku tumpangi mogok sehingga telat nyampainya.
(265) Habis ML dgn Pak Asep kami lgsg makan nasi padang. Lalu aku nyuruh diantar ke suatu tmpt dekat kampus.
Lalu Pak Riadi dtg menjemputku.

Makan yuk, kamu pasti udah lapar, katanya. Udah makan td Pak, kataku. Tapi Pak Riadi tetap bawa aku duduk ke cafe. Kamu mau apa?
(266) Aku cuma ngemil makanan ringan dan menenggak segelas jus pokat.

Lalu Pak Riadi lgsg memboyong aku ke hotel. Kamu mandi dulu, aku udah mandi dr rumah katanya. Pdhl aku jg udah mandi dr hotel lain tadi.

Tapi aku pura² mandi aja dgn basahin sekujur tubuhku, lalu handukan.
(267) Lalu aku keluar kmr mandi dan mendapati Pak Riadi udah tiduran pake selimut. Seluruh badannya ditutup sampai kepala.

Mataku memandangi gantungan kain dikemari, udah disana bergantungan semua sama CD²nya.

Lalu aku naik ke atas springbed dan menyelinap ke dlm selimutnya.
(268) Kurabalah tubuhnya dan kudapati burungnya udah tegang sngt keras.

Spontan akupun menyeponginya dibalik selimut. Dia pura² tidur mempersilakan aku menikmati burungnya.

Lalu ku singkapkan selimutnya, lalu diapun membuka mata.
Ku tindih badannya dan kami cipokan yg lama.
(269) Kami ciuman dgn sngt romantis, bibir ketemu bibir. Kumisnya begitu geli me-nyeka² bibirku. Aku menciumi kedua pipinya dan menjilati bibirnya.

Pak Riadi pun ready menyambut jilatanku dgn membukakan mulutnya serta menjulurkan lidahnya. Dia membiarkanku menggulung lidahnya.
(270) Lalu ku sedot² lidahnya terus. Kini Pak Riadi yg membalas dgn serangan² jitu.

Dia melumat bibirku dan menggigitnya. Lalu dia menyedot lidahku serta menggulungku. Bibir kamipun sing melumat.

Gak ada rasa jijik bagi kami berdua. Bahkan bbrp kali aku meminta air liurnya.
(271) Aku merebahkan tubuhku kesamping dan menyuruh Pak Riadi yg naik menindihku.

Kurasakan seluruh berat badannya menimpaku. Lalu aku membukakan mulutku, lalu Pak Riadi meneteskan air liurnya ke dlm mulutku sebanyak 3 kali.

Yang banyak ya Pak, kumpulin dulu bnyk². Kataku.
(272) Aku sngt bernafsu meminum air liur Pak Riadi. Aku hampir tiap ML minta itu.

Lalu ku jilatinlah leher Pak Riadi, kemudian turun ke dadanya, lalu ku isap dan ku gigit kedua putingnya kuat².

Jangan kuat², nanti merah. Katanya. Dia takut cupangnya diliat istrinya nanti.
(273) Lalu jilatanku merambat ke bagian perutnya, ku sedot²lah lobang pusarnya. Dia menggelepar.

Lalu ku ciumi rambut kemaluannya, aku suka aroma khasnya, wangi dan ngangenin banget.

Lalu aku ke paha kirinya, ku jilati dan ku gigit² paha itu dari pangkal hingga ke lutut.
(274) Lalu kulakukan ke paha kanannya. Aku kembali ke kaki kirinya.

Kini ku jilati tulang kering serta betisnya sampai ke pergelangan kaki. Lalu ku ciumi telapak kakinya, lalu jari kakinya.

Lalu ku isap ibu jari kakinya. Aku kembali keatas menghirup aroma rambut kemaluannya.
(275) Aku sengaja blm isap burungnya. Cuma ku gesek²in aja ke mukaku.

Lalu aku ke kaki kanannya. Kulakukan hal serupa disana hingga mengisap jempol kaki kanannya.

Aku kembali ke penisnya. Ku pukul²kan batang yg udah mengeras itu ke wajahku, kayak mukulkan belut ke kaki balita.
(276) Lalu akupun memasukkannya ke mulutku. Ku sedot, kuisap, kujilat, dari kepala, batang, telor, dan kemudian berakhir di lobang anus.

Aku menjilati burung dan anusnya dgn tempo yg lama. Pak Riadi meng-usap² kepalaku terus selama aku ngisapin burung dan anusnya.
(277) Lalu aku kelelahan, aku membaringkan tubuhku disampingnya.

Lalu Pak Riadi ambil kendali. Dia menaikiku dan menciumi pipiku lalu kami akhirnya kembali cipokan. Cipokan memang sebuah keharusan buat kami.

Setelah itu Pak Riadi menjilati kedua putingku, dan di gigitnya kuat².
(278) Pak Riadi sngt gemar membuat cupang di dadaku. Dia kasih beberapa tanda merah di dadaku. Sakit enak ketika dia membuatnya.

Lalu Pak Riadi terus menjilati perutku dan juga mengusapkan wajahnya ke bulu kemaluanku serta ke batangnya. Lalu dia jg menciumi batangku.
(279) Lalu Pak Riadi jg me-mukul²kan batangku ke wajahnya. Sayang gak bs bunyi kuat karna punyaku kecil dan pendek.

Lalu dia mengisap batang itu beberapa angguk lalu dihentikannya.

Di jilatinya selangkanganku, lalu pangkal pahaku, disitu dicupangnya lagi sebanyak dua buah.
(280) Lidah Pak Riadi terus menyapu bagian pahaku hingga ke bagian lutut. Tapi berhenti sampai disitu aja gak sampai ke betis.

Yang tadi paha kanan, skrg dia menjilati paha kiriku. Perlakuannya sama persis, dijilat, digigit, dicupangi 2 buah, lalu berhenti di lutut.
(281) Lalu Pak Riadi kembali menggapai burungku. Dia menjilat² bagian kepala dan lobang spermaku.

Dia men-celup²kan ujung lidahnya ke lubang kecil itu. Lalu dia menjilat batangnya dr atas, lalu bagian batang bawah, telorku, dan akhirnya mengulum penisku.
Dia mengemutinya terus.
(282) Lalu Pak Riadi menyibakkan belahan pantatku. Dia membenamkan kepalanya dan membiarkan hidung serta bibirnya menempel disana.

Gak kurasakan tarian lidah disana. Dia menyedot aroma lobangku ber-kali². Dia menarik nafasnya dlm² utk menikmati aroma yg konon kesukaannya itu.
(283) Lalu kurasakan jilatan demi jilatan lidahnya disana. Begitu geli dan nikmat ketika lidah Pak Riadi menyapu bersih lobang anusku dan seluruh areal belahan pantatku.

Di lebarkannya pahaku dan ditahannya bibir anusku dgn kedua tangan laksana mengupas kulit durian montong.
(284) Kini dia menjilati lobangku tanpa penghalang. Lobangku memang mudah digapai.

Beda dgn lobang Bapak² pada umumnya yg jauh terjepit diantara kedua pantat. Apalagi orgnya gemuk.

Sebut aja lobang alm. Pak Tasman. Apalagi lobang Pak Asep lbh dlm lagi, karna pantanya besar.
(285) Lobang Pak Riadi sendiri sih gak begitu. Karna orgnya lumayan kurus dan pantatnya tipis.

Lidah Pak Riadi terus menari di lobang anusku. Dia sngt geram sampai me-mukul² pantaku lalu dijilatinya lagi gundukan kedua pantatku dr blkg.
(286) Aku lagi Pak, kataku. Udah, masukkan aja. Katanya. Tunggu dulu aku mau jilat dr blkg, kataku.

Lalu Pak Riadi telungkup. Lalu aku menjilati anusnya dr atas, kulebarkan kedua pahanya dan ku sedot terus.

Masukin sayang, serunya. Lalu akupun memasukkan penisku dr blkg.
(287) Lalu aku mencabut batangku. Kini aku yg gantian telungkup. Lalu Pak Riadi menjilati lobangku dr belakang, persis yg kulakukan td.

Lalu Pak Riadi menancapkan batangnya ke lobangku lalu di genjotnya. Diapun nyabut batangnya. Lalu dia rebahan telentang dan ngangkang.
(288) Lalu aku mengangkat kedua kakinya keatas dan meletakkannya dibahuku.

Ku soronglah lobang pantatnya. Begitu dlm kurun wkt tertentu hingga akupun mencabutnya.

Gantian aku yg rebahan, Pak Riadi menaruh kakiku di pundaknya dan dimasukkan burungnya ke lobangku. Dicabut lagi.
(289) Lalu Pak Riadi turun ke lantai, dia menunduk dan menungging. Dia memegangi kasur. Aku menghantam lobangnya dr blkg.

Lalu gantian aku yg menungging dikasur, dan Pak Riadi yg mengambil pantatku dr blkg. Kami sama² berdiri di lantai.

Setelah itu gantian lagi posisi lain.
(290) Lalu aku naik kekasur dan rebahan. Lalu Pak Riadi menduduki burungku. Dia yg menggoyang dr atas.
Dan posisinya berhadapan muka dgnku.

Lalu dia cabut, dia berbalik arah membelakangiku, kini dia berpegangan pada kedua lututku. Gantian, skrg kamu diatas, serunya.
(291) Lalu dia yg rebahan, ku dudukilah burungnya dgn mukaku menghadap mukanya.
Lalu ku cabut pantatku dan kuputar badanku membelakanginya.

Kutancapkan lagi batangnya ke ekorku dan ku goyang. Aku memegangi lutut dan tulang kering Pak Riadi. Posisi lain sayang, ucapnya.
(292) Dia tengkurap diatas kasur dan menungging. Lalu ku masukkanlah dr blkg, kadang posisiku jongkok dgn lutut bertumpu ke kasur.

Kadang aku berdiri dgn kaki renggang guna memberikan dorongan dan hentakan yg lbh kuat ke daerah lobang anus milik Pak Riadi.

Kamu lagi, katanya.
(293) Akupun melipat badanku dan membungkukkan badanku menungginginya.

Pak Riadi menikam lobangku dgn posisi berlutut dikasur. Pegal dgn posisi itu, diapun berdiri dan melebarkan kedua kakinya.

Di pacunya gerakan pinggulnya memompa lobang anusku. Terasa sekali hentakannya.
(294) Posisi terakhir sayang, kita nembak lagi, biar pulang kita, kata Pak Riadi.

Lalu dia ngangkang di tepi kasur, diatas, kamu berdiri dilantai katanya.

Akupun turun ke bwh dan mendekatkan lobangnya ke penisku. Ku seret badannya ke arah luar biar bisa tergapai oleh penisku.
(295) Lalu aku menyorong batangku masuk ke lobangnya. Ku hentak² yg kuat² dgn gerakan panjang dan dlm. Pak Riadi sngt menyukainya.

Terasa banget syg menghujam ke kedalaman lobangku, katanya.
Lalu akupun nembak didlm lobangnya.
Aku mengerang ketika memuntahkan cairan spermaku.
(296) Segera aku naik ke kasur dan ngangkang ditepinya. Lalu Pak Riadi turun dan memasukkan burungnya ke lobangku.

Dia mengangkat kedua kakiku dan memeganginya. Di hentaknya kuat² dgn laju cpt.
Lalu dia meletakkan kedua kakiku di bahunya, dia memegangi pinggulku dan menahannya.
(297) Lalu Pak Riadi bilang mau nembak. Gerakannya di percepat. Dan... Oughhttt..

Sperma Pak Riadi menyembur ke dlm goaku. Lalu Pak Riadi lemas, dia mencabut batangnya.

Kami sama² terkulai lemas diatas springbed. Kami istrahat sejenak memulihkan tenaga. Lalu kami mandi dan out.
(298) Begitulah hari²ku selalu ceria dan semangat bersama Pak Riadi. Gak terhitung lagi brp ratus kali kami ML.

Dan kalau ku pikir² semua ini gak lepas dr jasa alm. Pak Tasman yg dulu mencabuliku.

Aku sngt berterimakasih pada Pak Tasman yg udah membukakan jalan bagiku.
(299) Terus terang, kalau Pak Tasman gak melakukan pelecehan seksual padaku dulu, mungkin aku gak akan menikmati warna warni kehidupan beginian.

Meski dari awal sebenarnya aku udah ada bibit, ya! Tapi bisa aja bibit itu gak berkembang dan mati jika Pak Tasman gak menyiramnya.
(300) Intinya aku sngt menikmati duniaku skrg. Aku gak akan menyesalinya.

Aku msh akan puas²in selagi aku muda.
Dan dunia begini sngt seru bagiku. Aku betah ber-lama² dlm dunia hitam ini.

Entah sampai kapan aku blm tau, yg jls jalani aja dulu. Selagi bikin happy why not.
(301) Suatu saat aku mungkin ada titik jenuhnya juga.

Disitulah aku dgn sadar pengen meninggalkan dunia beginian, dan hidup normal dgn wajar.

Bukan dgn tekanan dr luar, tp dgn kemauan sendiri. Gak mesti sembuh total, tp paling gak bs nikahlah.
.
.
.

(Selesai)

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with AYAH PENYAYANG

AYAH PENYAYANG Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @ayahpenyayang

10 Sep
𝐀𝐘𝐀𝐇𝐊𝐔 𝐒𝐄𝐎𝐑𝐀𝐍𝐆 𝐏𝐄𝐃𝐎𝐅𝐈𝐋

[Sebuah utas]
.
.

(1) Ditengah kehebohan pasca keluarnya Saiful Jamil dari penjara karna kasus pedofil, aku berniat membuat thread ttg pengalaman pribadiku yg jg merupakan korban pedofil oleh ayah kandungku sendiri.
(2) Ini adalah kisah nyata yg ku tulis tanpa me-nambah² atau mendramatisir cerita dan aku berusaha sebisa mungkin utk tdk mengurangi kisah demi kisah yg ku alami sejak duduk di kelas 5 SD 26 th yl. Cerita ini ku DM ke penulis thread utk bs di publish ke medsosnya.
(3) Sebut saja namaku Rinto (bukan nama sebenarnya) lahir dan besar di desa 38 th yl. Kami ada 3 bersaudara, aku merupakan anak bungsu dan aku memiliki 2 org kakak perempuan.
Aku tumbuh seperti anak lelaki pada umumnya. Aku mengalami nasib naas itu ketika aku 11 th.
Read 111 tweets
6 Sep
𝐓𝐄𝐑𝐋𝐄𝐍𝐀 𝐃𝐀𝐋𝐀𝐌 𝐊𝐄𝐇𝐎𝐌𝐎𝐀𝐍

[Sebuah utas]
.
.

(1) Sekarang usiaku udah 53 th. Bayangan menikah udah jauh dari pikiranku. Karna terhitung sejak 2008 yl, 13 th sudah aku hidup serumah dgn Pak Syamsuar, pasangan gayku yg lebih tua 3 th dariku. ImageImage
(2) Awal perkenalan kami adalah di sebuah meeting perusahaan di kota J. Aku dtg dari kota B. Kami kebetulan duduk semeja dan terlibat diskusi yg seru. Lalu Pak Syam minta no hp ku dan lgsg misscall saat itu juga. Save ya Pak, katanya.
(3) Dari awal aku udah sangat tertarik melihat ketampanan Pak Syam. Tapi aku gak tau apakah dia suka laki. Hari kedua Pak Syam makin ramah aja dan terlihat sangat bersahabat denganku. Akupun menyambut dgn kehangatan. Dan hari itu juga aku bs menangkap bahwa beliau jg suka laki.
Read 151 tweets
29 Jun
𝐀𝐊𝐔 𝐁𝐄𝐑𝐇𝐀𝐒𝐈𝐋 𝐌𝐄𝐍𝐂𝐈𝐂𝐈𝐏𝐈 𝐌𝐄𝐑𝐄𝐊𝐀 𝐒𝐔𝐀𝐌𝐈 𝐈𝐒𝐓𝐑𝐈

[Sebuah utas]
.
.

(1) Awalnya aku cuma pacaran dgn si suami dan aku diajak tinggal dirumahnya. Tapi tanpa dia tau aku juga memakai istrinya. Rahasia itu kusimpan rapi sampai kini.
(2) Usiaku ketika kenal Bapak itu 26 th, dan Bapak itu 48 th. Aku merasa dialah Bapak² yg kuimpikan selama ini. Dia berwajah ganteng dgn kulit putih, punya kumis tebal dgn postur 172 cm. Awalnya aku mengira dia cuma sekali pakai denganku, karna wajahku sadar aku sedang² aja.
(3) Aku msh ingat kali pertama kami ketemu dan langsung sepakat ML. Kami ML di semak² dibelakang deretan ruko yg udah lama dibangun namun blm laku terjual alias msh pada kosong. Dari awal aku udah grogian sampai gemetaran ketika menyusuri belakang ruko dengannya.
Read 227 tweets
30 Apr
𝐇𝐀𝐈, 𝐏𝐄𝐑𝐄𝐌𝐏𝐔𝐀𝐍! 𝐍𝐎𝐑𝐌𝐀𝐋𝐊𝐀𝐇 𝐒𝐔𝐀𝐌𝐈𝐌𝐔?

[Sebuah utas]
.
.

(1) Kali ini saya akan membahas soal normal atau gaknya seorang laki2. Sebelumnya kita sepakat dulu, berhasil nikah dan punya anak bukan patokan utk menyandang predikat normal.
(2) Normal yg saya maksud adalah laki2 yg gak pernah sejarahnya ngeseks dgn sesama laki2. Dan bahkan gak punya rasa atau selera sama sekali ke laki2. Emang ada yg kek gitu? Ada! Tapi udah langka. Dan ini fakta. Bukan mengada ada.
(3) Persoalan homoseks bukanlah persoalan yg baru muncul. Tapi udah ada sejak jaman nabi dulu, yg dikisahkan dlm kitab2 suci. Gak tau mengapa harus ada yg kek gitu. Apa emang sengaja dirancang kemudian di klaim itu salah. Tapi dari pada salah tafsir, kita gak usah bahas itu.
Read 155 tweets
17 Apr
𝐀𝐊𝐔 𝐌𝐄𝐑𝐈𝐍𝐃𝐔𝐊𝐀𝐍 𝐅𝐈𝐆𝐔𝐑 𝐏𝐀𝐏𝐀

[Sebuah utas]
.
.

(1) Sejak kecil aku gak dapat kasih sayang dan perhatian dari Ayahku. Dia mendidikku terlalu keras. Hampir setiap hari aku dibentak dan dipukuli. Aku melihat Ayahku bak melihat hantu yg menakutkan. Image
(2) Menurut hematku, sejak kecil aku blm prnh punya kenangan indah dgn Ayahku. Biasanya di-mana2 anak kecil pasti akrab dgn Ayahnya, tapi aku gak. Walau waktu kecilpun, Ayah gak prnh meng-gendong2ku atau me-mangku2ku. Itu semua cuma Mama yg memerankannya.
(3) Gak tau kenapa Ayah gak pernah perhatian samaku. Bukan samaku aja sih, tp kami semua anak2nya. Gak taulah, apa Ayah gak sayang sama sekali ke anak2nya. Tapi taunya cuma marah2 aja dan menuntut harus spt yg dia inginkan. Kulihat Ayah orang gak sperti itu ke anak2nya.
Read 61 tweets
17 Apr
Aneh, threadku yg berjudul "Aku gak tau kapan aku jadi nikah" gak bisa di lanjutkan lg.
Selalu gagal posting. Part 490 selalu gagal post. Skrg terakhir di part 489.
Pdhl ceritanya msh nanggung. Tapi setiap coba tweet selalu hilang. Kenya kepanjangan alias melampaui batas ya?
Read 5 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(