Dalam thread ini akan saya ceritakan menurut sudut pandang saya dan teman saya, sebut saja namanya Putra (nama samaran)

Dan untuk lokasi rumah sendiri akan saya samarkan atas permintaan dari Putra sendiri. Bagi yang sudah mengetahui, harap disimpan masing masing
Tahun 2016, merupakan tahun dimana saya memberanikan diri untuk mencoba menjadi seorang pendaki gunung.

Bersama dengan rekan rekan yang lain, saya memulai pendakian pertama saya menuju gunung P****g**n di kabupaten M
Karena jarak lokasi yang cukup jauh, saya menelpon Putra, rekan kuliah saya. Saya menelpon agar kami di ijinkan beristirahat sejenak dirumahnya. Mengingat lokasi rumahnya memang berada di tengah jalur yang akan kami lewati.

Putra setuju mengiyakan. Kami pun berangkat
Setelah kurang lebih 1,5 jam perjalanan, kami sampai di rumah Putra. Kami mengucap salam, yang disambut dengan Putra beserta kedua orangtuanya. Kami di ijinkan masuk.

"Arep nyang endi iki le" (Mau pergi kemana kalian nak) tanya ibu Putra

"Badhe ndaki teng gunung P*** buk"
(mau mendaki ke gunung P buk) sahutku.

Memang aku sendiri sudah sering main dan sowan kerumah Putra. Oleh karena itu, orang tuanya sudah biasa dengan kedatanganku kesini.

"Yawes, nginep omahe mbahne sek ae. Mene isuk baru budal munggah. Istirahat disek"
(Yasudah, menginap dirumah mbah dulu saja. Besok pagi baru ndaki. Istirahat dulu) terang Bapak

"Inggih pak, matur sembah nuwun" (Iya pak, terima kasih banyak)

Setelah itu, orang tua Putra pun meninggalkan kami.
Putra mengambil kunci rumah, dan kami berjalan menuju kerumah Mbah. Lokasinya berjalak kurleb hanya 50 meter dari rumahnya Putra.

Putra memberi tahu bahwa rumah mbahnya sudah lama tidak dihuni karena memang mbahnya sudah meninggal sekitar 10 tahun yang lalu
"Lho, nggenah put. Mosok adewe ate nginep ndek omah hantu?" (Lho yang benar saja, masak kita mau nginap dirumah hantu?) Kata Achmad salah satu rekanku mendaki

"He, yo ora. Wong omahe mari direnov kok. Santai ae. Wong yo saben 2 dino pisan dinggo sare bapak"
(He ya ndak. Rumahnya habis direnov kok. Santai saja. Pun juga setiap 2 hari sekali juga Bapak tidur disana) Putra menenangkan.

Walaupun kata katanya terlihat menenangkan, agaknya penuturan di awal tadilah yang membuat kami semua sedikit merasa cemas bilamana harus menginap
Namun Putra tetap meyakinkan, selama ada dirinya ia menjamin teman temannya tidak akan diganggu.

Diganggu? Kata Achmad

Lagi-lagi Putra seakan keceplosan mengenai kondisi rumah si Mbah

"Wes to ndak ono opo opo. Aman" (Tenang saja tidak ada apa apa. Aman) Tegasnya
Karena kami hanya menumpang, dan hari juga mulai malam maka kami pun menerima ajakan Putra.

Rumahnya berada di pinggir jalan raya. Sekilas nampak sama seperti rumah rumah pada umumnya.

Tak nampak ada perbedaan fisik bangunan jika diperhatikan dari luar rumah
Namun akan amat sangat berbeda bila kita sudah memasuki rumahnya.

Benar benar berbeda.

Terlihat seperti rumah rumah kakek nenek ketika di desa yang menggunakan hiasan hiasan tradisional. Baik dari jendela, pintu, lampu hias, lantai hingga perabotan rumah
"Wik, ongkep ngene" (Wik, panas gini) ucap Achmad spontan.

"Panas apane, wong biasa ae ngene lho" (Panas apanya, biasa aja gini lho) sahutku.

Sejenak aku dan Achmad saling pandang. Dari tatapannya, dia mengerti bahwa tidak sebaiknya dia berucap seperti itu. Dan aku mengangguk
"Wes ndang milih kamar. Tapi ojo nang kamar mburi yo. Kene kene ae" (Sudah silahkan pilih kamar. Tapi jangan kamar belakang ya, sini sini aja) tutur Putra

Tanpa banyak bicara, kami mengiyakan. Rupanya suasana di dalam rumah ini cukup membuat kami semua untuk tidak banyak bicara
Dari ruang tamu, kami masuk keruang tengah.

Di ruang tengah sendiri terdapat foto almarhum kakek dan almarhumah nenek dari Putra. Putra berkata bahwa beliau-beliau ini dulunya adalah salah satu yang membabat desa ini
Kemudian kami berjalan menuju ruang makan. Diatas meja makan, terdapat lukisan harimau dan burung merak yang jika dilihat seolah sangat nyata.

Dan disamping kanan kirinya ada 2 kamar. Aku menuju kamar kiri beserta 2 rekanku. Sedangkan Putra dan Achmad menuju ke kamar kanan
Kami menata kamar yang akan kami tempati. Kemudian bergegas untuk mandi dan melaksanakan sholat Maghrib.

Sedikit flashback sejenak, dimana di tahun 2014 akhir aku pernah diajak Putra kerumah ini setelah ia begitu penasaran akan ekspedisiku dirumah Darmo
Katanya, semenjak mbahnya meninggal dan rumah ini tidak dihuni, bahkan ia sendiri pun tidak berani untuk menginap satu malam pun dirumah ini.

Aku yang saat itu memang penasaran dengan hal gaib, menyetujui ajakannya untuk memasuki rumah mbahnya Putra.
Kami bertemu dirumah Putra jam 11 malam. Kataku, masih terlalu pagi kalau mau tau eksistensi "mereka"

Akhirnya kami ngopi sejenak di warung dekat rumahnya. Ia bercerita bahwa saat itu, rumah Mbahnya sedang direnovasi karena akan ditempati oleh kakak Putra setelah menikah
"Yo apike kudu ngunu, ben ono omahe diramut" (Ya bagusnya begitu. Biar rumahnya terawat) kataku

Tak terasa, jam menunjukkan pukul setengah 1. Kami pun berjalan menuju rumah si Mbah. Tak ada perasaan aneh saat itu, cuaca juga sedang cerah
Namun saat akan memasuki rumah, mendadak anjing milik tetangga rumah si mbah menggonggong dengan sangat keras.

Aku tersentak kaget, pikiranku langsung tidak enak, suasana mendadak berubah menjadi mencekam karena lolongan anjing tidak juga berhenti
Aku melihat Putra, dia mengatakan bahwa memang biasanya seperti itu.

Biasanya? Apakah mungkin anjing tersebut merasakan ada kehadiran mahluk lain?

Namun Putra meyakinkan bahwa tidak akan terjadi apa apa.

"Yowes, ayo melbu omah" (Yasudah, ayo masuk kerumah) yakinku
Saat masuk rumah, penampilannya sama persis seperti yang saya jelaskan diatas, hanya saja dalamnya masih kotor karena memang sedang direnovasi

Semua lampunya dinyalakan oleh Putra. Perlahan dan berhati hati, kami melangkah dan mengamati sekeliling.
Perasaanku masih tidak tenang karena lolongan anjing masih terdengar cukup nyaring, hingga akhirnya kami tiba di perbatasan antara meja makan dan pintu belakang.

Sejenak, aku melihat lukisan harimau yang terpajang. Nampak hidup, dan seakan mempunyai energi sendiri
Energi yang cukup membuatku merasa merinding bila melihatnya lama lama.

Saat akan membuka pintu belakang, Putra berkata "Yakin ta iki?" (Yakin kah ini?)

"Iyo wes, nanggung" (Iya udah, nanggung)

Suatu keputusan yang bila saya ingat merupakan salah satu yang terburuk
Pintu dibuka . . .

Nampak gelap. Namun tak hanya itu.

Karena aku melihat banyak mahluk hitam tinggi besar berlalu lalang disana. Jumlahnya ada puluhan.

Dan saat mereka sadar akan kehadiran kami, mereka semua terdiam. Namun tidak ada yang menoleh kearah kami
"Wes tutupen age. Cepet ndang balik" (Sudah tutup saja. Cepat segera balik) ucapku sedikit gemetar.

Pintu ditutup, kami dengan sedikit berlari menuju keluar rumah. Sesampainya diluar, aku ngos ngosan. Jantungku berdetak cukup cepat menyaksikan pemandangan tadi
Putra yang keheranan pun bertanya "Ndelok opo ae maeng we?" (Liat apa saja tadi kamu?)

"Sek, ojo cerito ndek kene su. Ayo ndek omahmu ae" (Bentar, jangan cerita disini njing. Ayo kerumahmu saja) ucapku

Putra setuju, mungkin ia juga ikut ngeri melihatku panik sedemikian rupa
Setelah sampai rumah Putra, ia memberiku segelas air. Setelah agak tenang kemudian aku ceritakan apa yang kulihat didalam rumah si Mbah.

"Penghuni ruangan mburi omah maeng jan uakeh. Wujude ireng, bles tapi ndak ono wulune. Riwa riwi. Bar eroh adewe buka lawang, kabeh meneng-
Wajahe yo ndak ketok. Dancok, baru pertama iki aku ndelok sing koyo ngene" (Penghuni ruangan belakang tadi sangat banyak. Wujudnya hitam, pekat tapi tidak berbulu. Mondar mandir. Setelah tau kedatangan kita, semuanya diam

Wajahnya pun tidak keliatan. Dancok, baru pertama aku-
Liat yang seperti ini)

Aku masih antara tidak percaya, kaget dan sedikit gemetar. Kemudian Putra mengatakan bahwa memang sudah kurang lebih 8 tahun rumah itu tidak dihuni semenjak mbahnya meninggal.

Kadang orang tuanya lah yang menginap disana beberapa hari sekali
"Nek aku dewe yo ra wani. La aku diutus jupuk piring ndek kunu ae awan awan wes keroso ndak enak kok. Timbang ono opo opo yo aku langsung balik moleh" (Aku sendiri ya ndak berani, pernah disuruh ambil piring siang hari saja udah gak enak, daripada ada apa apa ya aku pulang saja)
Kembali lagi ke kisah awal, dimana saat itu kami sudah merapikan kamar dan bersiap mandi dan sholat Maghrib

Bodohnya kami, kami saat itu tidak mau untuk sholat jamaah dengan alasan masing masing. Alhasil disinilah teman teman kami mulai menerima gangguan gaib dirumah ini
Kebetulan, akulah yang pertama kali minta Putra untuk diantar mandi. Setelah pintu belakang dibuka tampak sekali ruang belakang yang sudah tertata dan cukup bersih, meski bayangan ketika aku pertama melihat halaman belakang ini masih cukup menghantui
Halaman belakang ini terdapat dua kamar tidur di sisi kiri, dapur, sumur tua yang tepat berada di pusat halaman, gudang dan kamar mandi yang lokasinya sedikit terpisah satu sama lain

Mungkin inilah kamar tidur yang Putra melarang kami untuk memakainya
Aku meminta ijin dan minta ditemani Putra untuk diperbolehkan melihat lihat area halaman belakang, dan kebetulan ia mempersilakan

Saat melihat kedua kamar yang bersebelahan, tampak ada bayang/amben tua seperti milik orang orang sepuh. Tampak rapi dengan bantal gulingnya
"Disik mbah kakung ambek mbah uti sing turu kene. Terus gae menghormati, bapak ambek ibuk isik ngerijiki kamar iki" (Dulu mbah laki laki dan mbah perempuan yang tidur disini. Terus untuk menghormati, bapak dan ibu masih membersihkan kamar ini) tutur putra
Aku manggut-manggut, setelah itu kami menuju dapur. Nampak seperti dapur pada umumnya.

Namun setelah dapur, kami melewati sumur tua yang tepat menghadap kearah gudang. Pandanganku langsung menuju kearah gudang yang terkesan gelap namun memiliki "kehidupan" didalamnya
"Gudange ndak mbok mehi lampu ta?" (Gudangnya tidak kamu kasih lampu?) tanyaku

"Loh, minggu wingi wes dipasang dop 5wat ndek kunu. Mbuh maneh nek mati. Mene tak matur bapak"(Loh, minggu kemarin sudah dipasang dop 5wat disitu. Gatau lagi kalo mati. Besok tak bilang ke bapak)
Entah kabel konslet, atau mungkin energi di gudang tersebut cukup kuat sehingga bisa membuat lampu yang baru dipasang satu minggu bisa padam.

"Ya wes, tak adus ae. Enteni lho put" (Ya udah, tak mandi saja. Tungguin lho put)

"Iyo, tak enteni nang dapur" (Iya tak tunggu di dapur)
Aku mempercepat mandi dan sekalian wudlu, karena percayalah kamu tidak akan pernah mandi dengan tenang dimana kamu pernah melihat banyak penampakan disana.

"Put" aku memanggil
.
.
Tak ada jawaban
"Put, oi Put" teriakku

"Iyo, aku ndek kene" (Iya, aku disini) sahutnya

Aku langsung memakai baju tanpa mengeringkan badan terlebih dulu, karena jujur saja perasaanku sudah sangat tidak nyaman.

Saat pintu kamar mandi kubuka, terlihat ada sekelebat bayangan masuk menuju gudang
Wah, ucapan selamat datang ini. Gumamku

Aku lantas menuju dapur, dan kebetulan putra juga sudah selesai membuatkan kami minuman hangat.

Aku tanya dimana letak musholanya, dan Putra memberi tahu bahwa letaknya berada di sisi kanan setelah pintu belakang
"Wes sembahyango disek, aku tak ngeterne iki ndek ngarep" (Sholato dulu, aku mau mengantarkan ini kedepan)

Aku mengiyakan, kemudian aku memulai sholat maghrib.

Sholat yang tidak benar benar khusyuk
Walaupun aku sholat sendirian, rasanya seperti dibelakangku "ada" yang ikut menjadi makmum sholat

Suhu ruangan menjadi sedikit agak pengap, padahal mushola ini juga tidak memiliki daun pintu.

Yang mana juga membebaskan orang, angin atau sesuatu untuk keluar masuk ruangan ini
Pada saat salam, aku mencoba untuk menoleh sekalian kebelakang secara perlahan lahan.

Satu salam kanan, keadaan masih aman. Dan pada saat selesai salam kekiri, terasa ada hembusan angin melewati tengkukku

Tanpa berpikir panjang, aku pun keluar dari mushola dan menuju kedepan
Aku berpikir, sepertinya kejadian barusan tidak baik untuk aku ceritakan langsung disini.

Mengingat ada Putra yang selaku sebagai tuan rumah, dan juga ada teman teman lainnya yang ditakutkan nantinya menganggap aneh aneh rumah ini.

"Wes kono adus, gantian"(sana mandi, gantian)
Kemudian Achmad dan lain lain silih berganti mandi.

Sambil menghabiskan waktu malam, kami ngopi bersama sembari mengecek peralatan dan perbekalan mendaki kami.

Pukul 10 malam, teman kami sebut saja Dani ijin untuk tidur duluan. Kebetulan Dani, Wahyu dan Aku tidur di satu kamar
Ia berjalan menuju kamar, sementara aku, Putra, Achmad dan Wahyu kembali melanjutkan obrolan santai.

Belum 15 menit, Dani kembali menghampiri kami. Wajahnya sedikit pucat, namun ia berusaha menyembunyikannya

Aku yg paham gelagat Dani, sudah memprediksi kejadian yg menimpanya
"Ndak sido ngantuk wes, ono sing nemplek ndek tembok pojok kamar"(Ndak jadi ngantuk, ada yang nempel di tembok pojok kamar) ujarnya

Lagi lagi, sudah dua orang yang memang sudah tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya. Dani dan Achmad.

Putra hanya menenangkan sebisanya.
Sebetulnya, ingin juga kuceritakan kejadianku tadi. Namun aku merasa tidak enak hati dengan Putra. Karena ia juga sudah repot repot menemani dan mempersilahkan kami untuk menginap di rumah Mbahnya.

Ya meskipun dengan kondisi dan berbagai kejadian aneh didalamnya
Untuk itu pun akhirnya aku menyuruh teman teman agar segera beristirahat, karena besok pagi sekali kami akan melanjutkan perjalanan menuju gunung P.

Dani dan Wahyu nampak seperti bimbang untuk tidur di kamar. Terlihat dari raut wajah mereka yang nampak gugup.
"Yawes, aku turu sg ndek pinggir ae. Yu, awakmu pinggir tembok. Cek Dani ndek tengah"(Yasudah, aku tidur paling ujung. Yu, kamu sebelah tembok, biar Dani ada ditengah) ucapku

Wahyu dan Dani menyepakati, kami menuju kamar. Sementara Achmad akan ditemani Putra di kamar satunya
"Aku tak turu ijen ae ndek mushola. Aku malah gaiso turu nek ono koncone"(Aku tak tidur sendirian di mushola. Aku malah ndak bisa tidur kalau ada temennya) ucap Achmad tiba tiba.

Kami menoleh secara bersamaan namun hanya satu orang yang berkata mengingatkan, Putra
"Koe yakin?"(Kamu yakin?)

"Iyo, wes kene gawani aku s*fel ae cek ndak dirubung nyamuk"(Iya, kasih aku s*fel aja biar tidak dikerumuni nyamuk) jawab Achmad ngeyel.

"Yowes, aku wes ngilingno lho yo"(Yasudah, aku sudah mengingatkan lho ya) pesan Putra
Aku, Dani dan Wahyu yang sudah tidak mau ambil pusing pun langsung masuk kekamar. Kami membaringkan badan, dan sengaja pintu kamar tidak kututup seluruhnya.

Alasannya agar aku sendiri bisa melihat Putra di kamar sebelah, karena dengan begitu aku bisa sedikit merasa tenang
Pintu menghampiri Achmad di mushola. Rupanya, ia masih asyik bermain game ponselnya

"Nek gak kuat, melbuo ae"(Nek ndak kuat, masuk aja) pesan Putra

"Iyo yo, wes ndang kono. Rewel"(Iya ya, sudah sana. Bawel) ketus Achmad.

Seakan akan Achmad sendiri meminta uji nyali dirumah ini
Pintu mushola Putra tutup, dan pintu belakang juga ia tutup.

Setelah aku melihat ia menuju kekamar sebrang kamar, aku pun langsung tertidur.

Sampai tiba tiba Dani membangunkanku, ia berkata ingin kencing dan memintaku untuk menemaninya kekamar mandi
Kulihat jam dinding yang menempel diatas pintu kamar, pukul 03.15.

Aku pun bangun untuk mengantarnya, sejenak aku berpikir untuk mengajak Putra.

Namun setelah aku dan Dani keluar kamar, nampak ada Achmad yang sudah tidur disamping Putra
Sejenak aku terdiam, mencoba menjelaskan penglihatanku. Apakah yang disamping Putra ini betul betul Achmad asli atau tidak.

"Bukane Achmad maeng turu mushola yo?"(Bukannya Achmad tadi tidur mushola ya?) Tanya Dani.

"Yo mungkin ae wes pindah melbu kamar, wes ayo ndang nguyuh ae"
(Ya mungkin saja sudah pindah masuk kamar, sudah cepat kencing sana) ucapku menenangkan. Meskipun dalam hati sendiri, perasaan campur aduk bukan main

Aku akan membuka pintu belakang, pintu yang sama ketika dibuka beberapa bulan yang lalu aku melihat banyak sosok hitam disini
Gagang pintu sudah kupegang, dengan mengucap basmalah aku membukanya perlahan.

Tampak sepi, hening.

Kulihat juga pintu mushola masih tertutup. Namun aku tidak berani membukanya.

Aku dan dani tiba disumur tua, kemudian kusuruh dani agar segera buang air
Sembari menunggu Dani kencing, mataku mengawasi keadaan sekeliling. Benar benar hening. Bahkan suara serangga malam seperti jangkrik pun tidak terdengar disini.

Padahal Putra sendiri pernah mengatakan bahwa dibelakang rumah Mbahnya terdapat kebun pisang dan barongan
Disela sela aku melihat sekeliling, tiba tiba terdengar suara lolongan anjing sebelah rumah.

Lolongannya begitu panjang, seakan menandakan anjing tersebut melihat sesuatu.

"Dan, cepetan cok" ucapku

Dani pun terdengar masih mengguyur didalam kamar mandi
Aku menghampiri, pintu kamar mandi kugedor. Sekedar meyakinkan diri bahwa memang ada Dani didalam kamar mandi

"Iyo sek ta tak guyange sek su"(Iya bentar masih aku guyur ini su) sahutnya
Dengan posisiku yang berada didepan pintu kamar mandi, otomatis pandanganku tertuju lurus dengan gudang yang berada tepat disebrang.

Lolongan anjing masih terdengar, gudang yang tak memiliki pintu itu pun nampak gelap

Hingga aku melihat ada sorot mata merah menyala didalamnya
"Dan, wes ndak usah cawik ayo balik"(Dan, sudah ndak pakai dibasuh ayo balik) ujarku

Dani keluar kamar mandi, seketika itu juga kutarik tangannya agar langsung berlari masuk menuju rumah.

Saat akan menutup pintu belakang, terdengar suara deheman orang dewasa dari dalam mushola
Aku yang sudah tidak memperdulikan suara tersebut, langsung menutup pintu namun dengan cara yang pelan agar Putra dan sosok yang terlihat seperti Achmad tidak terbangun dari tidurnya.

Anehnya, lolongan anjing pun ikut berhenti saat aku dan Dani kembali masuk kedalam rumah
"Lapo se cuk, gupuhi ae"(Kenapa sih cuk, tergesa gesa amat) kata Dani enteng

"Lho, koe ra krungu opo asu sebelah maeng jenggong koyo ngunu?"(Lho, kamu gak dengar apa anjing sebelah tadi menggonggong kaya tadi?) Tanyaku agak emosi

"Iyo ya, wes ayo balik kamar ae"
(Iya ya,yaudah ayo balik kamar saja) balas Dani santai

Aku yg bingung membalas ucapan anak ini, akhirnya mengajaknya kembali tidur. Dan kali ini pintu kamar sengaja kututup.

Masih menjadi sebuah pertanyaan bagiku, apakah sosok yang disebelah Putra tadi beneran Achmad atau bukan
Setelah itu, kami pun melanjutkan tidur. Dani yang mudah terlelap, langsung hilang ditelan mimpi.

Sementara aku masih sedikit terjaga akibat pikiran yang tidak kondusif. Dari mulai melihat sosok yang menyerupai Achmad hingga kejadian ketika mengantar Dani ke kamar mandi
Disela sela aku melamun tadi, tiba tiba pintu kamar seperti diketuk dari luar

Tok. . Tok

Dua kali, namun tanpa ada suara yg memanggil. Kalau Putra yang mengetuk otomatis dia langsung aja masuk, toh dia sendiri yang punya rumah. Lagipula kamar juga tidak aku kunci dari dalam
Dan kalaupun itu Achmad, harusnya juga ia langsung masuk aja sih. Toh juga sama teman sendiri.

Tapi ketukan itu berulang, kali ini 3x

Tok.. tok.. tok..

Kemudian dari luar terdengar ayam berkokok sangat panjang. Tidak salah lagi, pasti yg mengetuk bukanlah Putra maupun Achmad
Akupun menutup wajahku dengan menarik selimut yang dipakai Wahyu. Daripada aku tidak bisa tidur karena melihat wajah dari sosok yang mengetuk pintu tadi

Atau mungkin yang terburuk, ia akan membuka pintu dan masuk kedalam kamar dengan memperlihatkan wujudnya.
Dan dalam selimut itu akupun terlelap sambil menahan rasa takut.

Pagi hari, pukul 7 aku terbangun. Kulihat sampingku, Dani dan Wahyu sudah tidak ada. Berarti mereka bangun terlebih dulu.

Aku merapikan tempat tidur, setelah itu aku pergi ke kamar mandi untuk membasuh muka
Setelah itu aku kedepan, dan disana ada Wahyu, Achmad dan Dani. Ketika kutanya dimana Putra, Achmad bilang bahwa Putra masih membeli sarapan.

Nah, kebetulan karena Achmad yang menjawab maka kutanyai aja sekalian dimana ia tidur malam tadi
"Awakmu iku asline turu ndek ndi se mambengi?" (Kamu itu sebenarnya tadi malam tidur dimana?) Tanyaku

"Aku asline iku yo turu mushola. Aku dulinan nganti jam setengah 1. Pas arep mapan, lakok lawang mushola moro moro buka dewe. Mek buka titik se-
Tapi mariku, aku diketok e ono ndase wong wedok ngintip. Ndak ketok wajahe, soale ketutupan rambut ngunu iku. Mari ngintip terus tak buka lawange. Tibakne yo ndak ono sopo sopo. Dan aku ket iling nek adewe turu omah kene iku lanang kabeh, gak ono wedok e-
Yawes akhire aku pindah ndek kamare Putra. Duobol, padahal ndek mushola jek digarai ae"
(Aku sebenarnya tidur di mushola. Aku main sampek jam 1. Waktu mau tidur, tiba tiba pintu mushola terbuka sendiri. Terbuka sedikit sebenernya-
Tapi setelah itu, aku liat ada kepala perempuan yang ngintip. Wajahnya ndak kelihatan, soalnya ketutupan rambut. Habis ngintip, aku buka pintunya. Ternyata tidak ada siapa siapa. Dan aku baru sadar kalo yang tidur sini itu cowok semua. Ga ada ceweknya-
Yaudah akhirnya aku pindah ke kamarnya Putra. Sinting ya, padahal tidur di mushola masih aja diganggu) terang Achmad bercerita.

"Owalah, maeng bengi iku ternyata bener awakmu to sg ndek jejere Achmad"(Owalah, kemarin malam itu ternyata benar kami yang disebelah Achmad) saut Dani
"La nek sing ndek kamar Achmad ambek Putra, terus sing dehem ndek mushola sopo?"(La kalau yang dikamar Achmad dan Putra, terus yang berdehem di mushola siapa?) tanyaku

Kami saling pandang. Baik Achmad, Wahyu, dan Dani sama sama mengangkat bahunya
"Yu, awakmu kok meneng ae. Gak digudo ta?" (Yu, kok diam aja. Gak dikerjain ta?) tanya Achmad

"Wingi se, pas adus iku aku budal memburi karo Dani. Aku adus sek, Dani tak kon ngenteni. Gantian. Mari aku, Dani melbu jeding. Suwe aduse. Dungaren. Lakok pas aku ngenteni-
Moro moro Dani teko tekan njero omah. Terus de e takon aku, lapo aku ndek kene. Yo tak jawab la aku ngenteni awakmu adus. Terus Dani ngomong, la aku ket maeng ndek ngarep rokokan. Durung adus i. Mariku aku ngecek jeding, ternyata krane murup tanpa ono wong ndek jerone"
(kemarin sih waktu mandi aku berangkat sama Dani. Aku yg duluan mandi. Dani tak suruh nunggu. Setelah aku selesai, Dani masuk kamar mandi. Tumben lama ia mandi. Waktu aku nungguin, tiba tiba Dani datang dari dalam rumah-
Dia tanya, ngapain kamu disini. Ya aku jawab la aku nungguin kamu mandi. Dani bilang bahwa dia barusan dari depan merokok. Belum mandi. Setelah itu aku ngecek kamar mandi. Dan ternyata hanya kran air yang menyala tanpa ada orang didalamnya) Wahyu mengakhiri cerita
"Makane aku wingi alasan ndek Putra awakku ndak enak. Makane ndak adus. Asli e yo gara gara kejadian ambek Wahyu iku"(Makanya aku kemarin alasan ke Putra lagi gak enak badan. Makanya gak mandi. Aslinya ya gara gara kejadian sama Wahyu itu) Dani meneruskan
"Wes wes, ojo diceritakno Putra disek. Ndak enak. Adewe wes diwehi nggon nginep ae wes Alhamdulillah"(Sudah sudah, jangan diceritakan Putra dulu. Tidak pantas. Kita sudah dikasih tempat menginap saja sudah alhamdulilah) ucapku

"Iyo tapi yo gak ngene pisan panggone"(Ya tapi juga-
Gak gini juga tempatnya) sahut Achmad.

Jujur memang, antara bersyukur atau apes kami mendapat sambutan yang kurang baik dari penghuni rumah Mbahnya Putra.

Sebentar kemudian, Putra datang membawakan kami sarapan. Kami yang sudah saling cerita, pura pura tidak terjadi apa apa
Setelah itu, kami ijin dan berterima kasih kepada Putra karena sudah memberikan kami tumpangan rumah untuk menginap

"Yo pokok ojo kapok kapok ya dolan rene"(Ya pokoknya jangan kapok kapok ya main kesini) pesan Putra

Kami berempat cuma meringis jaran mendengarnya
Setelah itu, kami melanjutkan perjalan untuk mendaki ke gunung P.

Beberapa bulan setelah itu, di kampus akhirnya aku memberanikan diri untuk bercerita kepada Putra atas kejadian yang kami alami sewaktu menginap dirumah Mbahnya.

Putra yang mendengar itu sepertinya tidak terkejut
Ia malah bercerita bahwa setelah kami menginap, rumah itupun sempat juga dipakai singgah sahabat sahabatnya sebelum bertolak ke wisata daerah P.

Dan mereka juga menceritakan kepada Putra hal yg hampir sama seperti yang kami alami waktu menginap disana.
"Malah enek sing krungu wong wedok ngguyu cekikikan jam 2 bengi pas koncoku ndek jero kamar pas arek e durung turu"(Malah ada yang mendengar suara tertawa cekikikan wanita jam 2 malam waktu temanku belum tidur didalam kamar)
Intinya adalah rumah itu memang memiliki penghuni yang lumayan "open house" bagi orang yang baru pertama masuk.

Karena setelah itu waktu aku menginap kembali disana, tidak ada gangguan sama sekali. Malah temanku yg baru menginap disana yg rata rata di isengin sama mereka
Putra menuturkan bahwa gudang depan kamar mandi tempat aku melihat mata merah menyala itu, merupakan tempat yang digunakan sebagai menyimpan barang pusaka peninggalan mbahnya Putra seperti keris dan tombak.

Pantas saja auranya begitu kuat. Lampu aja belum umur seminggu udah mati
"Tapi mariki rencana ate diruwat omahe. Soale masku arep ngenggoni omah iku. Eman eman yoan nek misal omahe mbah gak dinggoni"

(Tapi setelah ini rumah tersebut akan dibersihkan. Soalnya masku mau menempatinya. Sayang juga kalau misal rumahnya mbah tidak dihuni) cerita Putra
"Iyo wes, apik ngunu ancene. Mugo mugo ae mariku ndak ono sing diganggu maneh"(Iya, memang baiknya begitu. Moga moga setelah itu tidak ada yang diganggu lagi) sahutku

Beberapa bulan kemudian setelah acara ruwat rumah, aku kembali main kerumah Putra
Ia bercerita bahwa saat proses pembersihan, Ustadz yang membersihkan sedikit kewalahan membersihkan penghuni yang ada didalamnya.

Tinggal beberapa penghuni yang akan dibersihkan, kemudian sosok yang paling tua disitu meminta ijin kepada Ustadz agar tidak dipindahkan.
Karena sosok tersebut merupakan sosok yang menghuni barang pusaka milik Mbahnya Putra.

Setelah berdiskusi dengan keluarga Putra, ustadz tersebut pun menyetujui jin tersebut untuk tinggal. Dengan catatan tidak akan pernah mengganggu anak turun keluarga Putra
Dan alhamdulilah, atas izin dari Tuhan rumah tersebut kini dihuni oleh keluarga dari kakaknya Putra.

Waktu aku sowan kesana, rumah tersebut sudah tampak rapi dan bagus. Banyak bagian yang sudah direnovasi, meski aura mistisnya tetap terasa bagiku
Rumah ini seperti memberi pesan bahwa, janganlah terlalu lama meninggalkan rumah dalam keadaan kosong.

Apalagi jika rumah tersebut tidak memiliki penerangan yang cukup dan tidak pernah digunakan sebagai sarana untuk beribadah seperti sholat ataupun melantukan doa doa.
Karena dalam agama Islam pun ketika suatu rumah tidak mendapatkan perhatian selama 40 hari atau lebih, maka rumah tersebut akan mudah ditempati oleh mahluk mahluk dari bangsa lain.
Maka dari itu, penting bagi kita untuk rajin berdoa agar rumah kita bersih dari segala macam gangguan

Baik gangguan yang bersifat nampak, maupun tak nampak.

Karena sebaik baiknya pelindung adalah Tuhan Yang Maha Esa
Saya kunamus, terima kasih telah membaca

Selamat malam.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Kunamus~

Kunamus~ Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @nizaramadhan08

1 Sep
Urban Legend : Rumah Darmo

@bacahorror @threadhorror #bacahorror
Disclaimer :
Peristiwa ini saya alami sendiri bersama teman teman kuliah saya dan satu orang saksi narasumber lokal. Untuk nama nama teman saya, akan saya sebutkan nama sesungguhnya. Dan untuk narasumber, saya samarkan namanya atas dasar privasi
Dalam thread ini, akan saya lampirkan juga beberapa foto yang mungkin bagi sebagian orang yang memiliki indra keenam akan sensitif.

Dan atas pertimbangan bersama, foto foto tersebut bisa saya hapus sewaktu waktu apabila ada teman saya yang mengalami gangguan gaib
Read 62 tweets
9 Aug
Malam Satu Suro : Ruwat Deso, Danyange Teko.

@bacahorror @threadhorror #bacahorror Image
Disclaimer !
Sebelum memulai cerita, nama tokoh dan lokasi kejadian akan saya samarkan untuk menghormati kepercayaan masyarakat di desa ini. Bagaimanapun saling menghargai kepercayaan adalah kewajiban seorang manusia

Dan bagi yang mengerti lokasi, harap disimpan sendiri saja.
Malam Satu Suro atau nama lain dari Malam Tahun Baru Islam adalah merupakan malam yang disucikan dan di istimewakan bagi umat Islam dan penganut kepercayaan Kejawen.
Read 68 tweets
19 Jul
Kita mulai dari sini Image
Disclaimer !!!
Semua nama orang, tempat, dan waktu kejadian saya samarkan guna untuk menjaga privasi. Bagi yang sudah mengetahui nama lokasi sesungguhnya, saya harap cukup disimpan sendiri saja.
Kejadian ini saya ceritakan berdasarkan sudut pandang dari saksi mata yang mana beliau juga teman baik saya semasa di kampus dulu

Maka untuk menghormati beliau, mari saling menjaga privasi di tweet ini
Read 191 tweets
18 Jul
Desa gondho mayit. Koyok pernah tau moco, ndek ndi yo tapi 🤔
Tapi antara percaya sama ndak sih, keberadaan tempat tempat seperti itu memang nyata adanya. Hanya saja kadang banyak orang tidak berani bertutur kata lebih karena memang ada harus ucapan yg dijaga. Seperti tata krama, misal
Begitupun di daerah kabupaten M*******, ada salah satu desa yang konon dipercaya sebagai tempat untuk melakukan hal diluar nalar guna untuk memuaskan hawa nafsu seseorang.

Sebenere pengen bikin thread, cuma situasi sedang gak kondusif si. Mungkin beberapa hari lagi bakal mulai
Read 4 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(