1. Memhami dan mengakui dgn tulus bhw aku tak punya kuasa apa pun dlm hidupku sendiri bhkan. Segalanya adlah kuasaNya.
2. Kutahu segla ilhtiarku adalah caraku semata mematuhi perintahNya. Bagian ini tdk pantas lbh ngungguli bagian 1 td
3. (berusaha) selalu menerima apa² yg diputuskanNya dlm hidupku. Menerima keberhasilan sepadan saja dgn menerima kebelumberhasilan. Yg berhasil bs dibalikNya, yg belm berhasil pun bisa saja dibalikNya. Semua itu mudah saja bagiNya.
4. Kukerahkan segala terbaikku, ya ilmu, pengalaman, kapital, jaringan, dst, sbg caraku menjaga dan menjalankan amanahNya saja. Ihwal hasilnya, semata mutlak karuniaNya.
Yg kurang sip saat ini, kukerahkan dgn lbh baik esoknya, dst.
5. MengimaniNya, mematuhiNya, tanpa fafifu atas nama apa pun --msl ilmu. Moga saja dgn jalan demikian, aku lalu selalu dibimbingNya, dikasihaniNya, didekatiNya, direngkuhNya, dst.
6. Mk menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya bukanlah suatu kesulitan apa apa. Karena seyogianya ya begitulah kubersikap sbg manusia. Das sein belaka. Bknkah seyogianya kumalu bila aku yg manusia bersikap tdk seyogianya begitu manusia? Clear.
7. Jakankan perintahNya, agar semoga Dia menyayangiku; jangan maksiat agar Dia tak memurkaiku. Ihwal kasabku ini mau berbuah bagaimana kenyataanya kini dan kelak, sama sekali bukan urusanku to, sbb memang bkn kasabku, bkn hakku.
8. Mudahkanlah dan lebihkanlah dlm berurusan dgn orang lain, insya Allah pun akan dimudahkan dan dilebihkanNya. Jika Dia yg memudahkan dan melebihkan, apa gerangan tanya yg msh diperlukan ada?
9. Walaupun boleh membalas zalime liyan, ttp memilih bersabar jauh lbh dicintaiNya. Demi meraih cintaNya, apa sulitnya bersabar? Tdk sulit, sbb langit n bumi ini yg agungnya dahsyat dibanding diriku adalah kecil sepele saja bagiNya.
10. Memuliakan dan menyenangkan keluarga, kerabat, sahabat, dan orang² lain di sekitar kita adalah jalan rasional yg bs kita dedikasikan selagi hiduo msh dikandung badan. Setiap kubahagiaan liyan, sontak bahagiaku selaksa-laksa. Ini sungguh hobi mudah yg membahagiakan.
11. Jalani hidup dgn merasa kecil saja bg dunia ini. Agar tk kumerasa berharga, penting, dan berpangaruh buat dunia, shingga aku tak perlu terseret rasa "harus memperbaiki, harus mengubah" dunia ini. Take it easy, memng sdh beginilah dunia ini sjk dl kala smpai kiamat
12. Kusadari diri kebak luput, salah, dhaif, karenanya mohon ampunanNya selalu mesti denyar dlm dada, siang malam, kapan pun, di mana pun. Moga Allah Swt berkenan mengampuniku.
13. Jk banyak orang mengelus-elus duit, kumemilih mentertawakannya saja dlm hati. Benda mati kok mau ngelamaki manusia, nda masuk akal! Poinku adalah "aku tdk butuh lagi", teknikku adalah "keinginan adalah sumber deritaku".
14. Jangan ambil hak liyan, ataupun memprrsulitnya. Siapa pun dia. Pd setiap kesulitan dan madharat yg kau ciptakan, ada harga fatal yg mesti kau tanggung....
15. Cintai al-Qur'an, selami samudra makna dan hikmahnya, hapalkan sebisa-bisa....
16. Sayangi Kanjeng Nabi Saw dan keluarganya dan sahabatnya, dst. Sampai hati seketika gemetar dan tubuh terguncang hebat setiap mengingatnya Saw, lalu bisikkan di hatimu "Aku sangat sayang engkau, wahai Nabiku Saw....."
ShallaLlah 'alaih wa alih.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Khatam ngaji 10 hari, biasa bget. Tiga hari, oke aja.
Merasa dituturi gini gitu oleh ayat², ya biasa bgt, sering bgt.
Merasa kejadian ini itu, pd diri sendiri n liyan, sesuai dgn ayat ini itu, biasa bgt. Merasa tahu² diparing ilham atas maksud/makna ayat ini itu, ya biasa bgt. Auto daras/murajaah di mana², ya biasa bgt. Dst dst dst.
Tegasnya, al-Qur'an bagai sobat karib.
Seingatku, ini tlh berjalan sjk tahunan silam. Dan intensif. Siang malam. Sbb itu nyaris selalu dlm keadaan punya wudhu, walau jg gk saklek kaku. Kadang jg batal, lg mlz, walau lbh banyaknya punya wudhu. Dst dst dst.
Dlm mengabdi kepada Allah Swt, seyogianya dua spirit trsebut melekat beriring pd diri kita. Tdk pas untuk hanya memiliki salah satunya
Sederhanya: rasa takut kpd Allah Swt akan menghadirkan ketundukan dan rasa harap kepadaNya jg akan menghadirkan ketundukan. Keduanya memiliki arah yg sama, bersifat saling melengkapi.
Raja' bagaikan gas dan khauf bagai rem.
Allah Maha Pengampun, Penolong, jgn berputus asa dr pertolonganNya, dan sejenisnya mrpakan ruang raja' bg manusia.
Al-Hujurat ayat 3 merupakan "jalan tol" untuk mendpatkan karunia hati yg takwa langsung dr sisi Allah Swt. Bagai ilmu wiratsah, diwariskan, atau hilmun, dzauq/rohani. Jk hati tlh dicetak takwa langsung olehNya, betapa enak dan mulusnya ia.
Ada syaratnya:
"merendahkan/merundukkan suaranya di hadapan Kanjeng Rasul Saw".
Dl, asbab nuzul ayat ini terkait sahabat Tsabit bin Qais. Kini, buat kita, cara "merendahkan suara" ilustrasikan dgn "jatuh cinta".
Kpd orang yg kau cintai, pastilah kau akan mendengarkannya, menerimanya, merelakan, mengutamakan, memghormatinya. Bahkan jikapun ada hal² padanya yg "kurang ayem" di hatimu.
Tdk pantas kau bilang cinta tp menyangkal dan menolaknya.
Sing ngomel-ngomeli eiger kae sebagian besare tak bedek kurang lebihe sealiran karo cah² pegiat rushmoney dgn status saldo rugi dipotong admin bulanan bank 😁
Aku wes ngalami bolak-balik, jamake nek wong iyig ki "nol".
Di semarang, seorang anak muda dgn menggebu² bicara pdaku ttg literasi, pemberdayaan kampung², dst. Aku diem nyimak aja. Dia llu tanya "divapress di semarang mana, ya, pak?"
Sktika aku lemes. 😢
Di surabya, moderator bgt atraktif bicara panjaaanggg ttg buku, membaca, literasi, smpe bagai narasumber.
Lalu dia berkata:
"Dan Divapress sbg sebuah media online yg bs anda baca di google...."
Teks trsbt akan dikatakan dan dipahami dlm maksud trsebut.
Tidak pantas lalu dipahami sbg "ayo mandi" ataupun "jangan mandi". Yg pertama dan kedua sama² pemahaman/penyimpulan yg melampaui batas. Jadinya meleset....
Bhw lalu ada yg menakwil "makan secukupnya" dan "makan semua sajian di meja", ya silakan aja. Ini bagian dr lingkup makna teks awal tdi.
Ada yg nakwil "makan dan minum dan lehaleha", ya bisa diterima sbg lingkup pemahaman teks awal tadi.
Tp tk pantas lalu ditakwil "jangan makan" atau "makan, minum, nginep, minta uang saku".
Dsb.
Pada dasarnya, takwil² bisa diterima sbg bag dr lingkup pemahaman atas teks dgn basis logika dan rasa kepantasan. Ilmu dan roso. Nalar rasional dan nalar rohani. Burhani dan 'irfani.
Sayyidina Umar bin Khattab usul kpd Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq supaya pejabat² yg berislam sblm Fathu Mekkah diberi 'gaji' lbh dibanding pejabat² yg berislam psca Fathu Mekkah sbg penghargaan atas perjuangan mereka dl. Jg berdasar surat al-Hadid 10.
Kokoh sekali usul beliau.
Namun Khalifah tk setuju, ttp memberlakukan gaji setara, dgn dasar apresiasi adil kpd semuanya.
Sayyidina Umar nerima saja atas putusan itu. Kelak, saat menjabat khalifah, beliau menerapkan kebijakan baru yg sesuai usulannya dl itu.
Santuy, ya. Keren dlm ikhtilaf.😍
Msh di era kekhalifahan Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar usul agar separuh harta Mu'adz bin Jabal diambil buat baitul mal. Jd harta Mu'adz banyak betul.
Khalifah Abu Bakar tk setuju krn memandang harta Mu'adz adlah harta yg sah walau banyak banget.