Berhubung udah musimnya, saya ucapkan "Selamat Datang!" Satu bocah kena, nular batuk-pileknya ke bocah lain, trus pindah ke emak-bapaknya, trus aja sampai semua akhirnya sembuh sendiri. Iya, sembuh sendiri! Selesma alias common cold akibat infeksi virus. Nggak perlu minum obat.
Ketika ingus keluar, alias pilek, bilangnya flu. Padahal flu singkatan dari influenza, penyakit akibat virus influenza A/B. Batuk pilek plus demam yang sering dialami anak dan menular ke dewasa, lebih tepat terminologinya adalah SELESMA (common cold). Sakit ringan, sembuh sendiri
Apa beda selesma dengan influenza? Virusnya beda, gejalanya mayoritas sama. Sama-sama infeksi VIRUS, NGGAK PERLU antibiotik, dan sebenarnya nggak perlu minum obat. Kalaupun ada demam, obat pereda gelala seperti parasetamol hanya diberikan ketika tubuh tidak terasa nyaman saja
Sudah berkali-kali dibahas, bahwa demam bukanlah penyakit, tetapi respon tubuh terhadap masuknya virus/bakteri. Demam melindungi, demam itu baik. Jangan buru buru beri antipiretik seperti parasetamol, kecuali demam disertai ketidaknyamanan. Yang penting adalah: cegah dehidrasi!
Bagaimana dengan dekongestan, mukolitik, antitusif, bahkan antihistamin yang sebenarnya nggak nyambung, dan terapi inhalasi yang isinya obat asma? Ternyata nggak perlu untuk selesma maupun flu. Jadi apa obatnya: MINUM, MINUM, dan MINUM. Banyak minum aja. Pengencer dahak terbaik.
Bagi yang masih punya bocah cilik alias batita, yang masih bisa digendong, inilah obatnya: #SabarDanGendong. Tetap pakai masker ya! Emak-bapaknya yang kelelahan dan kontak seharian dengan anaknya bisa tertular lewat saluran napas. Jangan sampai lanjut tepar ketularan anak.
Apakah selesma dan influenza bisa berkomplikasi menjadi sakit berat? Bisa, ketika infeksi turun dari saluran napas atas ke bawah. Menjadi pneumonia, sebagian ternyata memiliki asma, atau ternyata virus penyebabnya adalah SARS-CoV2. Inilah pentingnya MENGENALI KEGAWATDARURATAN
Seiring menurunnya kasus COVID dan meningkatnya mobilitas masyarakat, penularan selesma dan flu makin menjadi-jadi. Kondisi yang jarang saya temukan tahun lalu, ketika mobilitas masyarakat sangat rendah. Silakan baca tulisan 9 tahun lalu di arifianto.blogspot.com/2012/08/welcom…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with dr. Arifianto, Sp.A(K)

dr. Arifianto, Sp.A(K) Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @dokterapin

18 Jul
Dalam banyak hal, saya khawatir "paket obat isolasi mandiri" khususnya "paket B (ringan)" will do MORE harm than good.

Sudah jelas WHO menyatakan tidak perlunya antibiotik (seperti azitromisin) dan antivirus (seperti oseltamivir) pada C19.

Maka saya sangat khawatir 🤦🏻‍♂️
Pekan lalu sudah saya sampaikan hal ini. Saya ulangi lagi, melihat kondisi yang ada di lapangan.
@milissehat di Instagram nya sudah membuat penjelasan yang tegas dan mudah dipahami
Read 10 tweets
22 May
Tiada hari tanpa infeksi virus Dengue. Selalu ada kasus baru masuk tiap harinya. Apa bedanya Demam Dengue dengan Demam Berdarah Dengue (DBD)? Apakah semua DBD harus dirawat? Bagaimana supaya trombosit cepat naik? Apakah semua penurunan trombosit berarti Dengue?
Terminologi DBD berasal dari definisi yang dibuat WHO (badan kesehatan dunia), dan merupakan terjemahan dari Dengue Haemorrhagic Fever atau DHF, sebagai salah satu bentuk penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan antar manusia oleh perantara nyamuk Aedes aegypti
Menurut panduan WHO 1997, selain DBD, dikenal juga Demam Dengue (DD). Gejala DD dan DBD serupa. Demam selama 2–7 hari, cenderung tinggi (suhunya mencapai kisaran 39–40°C), disertai gejala2 lain: mual, muntah, nyeri atau ngilu sendi, sakit kepala, & kadang ruam kemerahan di kulit
Read 8 tweets
22 May
Sudah daftar untuk belajar bareng "Kejang pada Anak", besok? Buruan! Hari ini hari terakhir. Daftar langsung ke taplink.cc/asclepio.maste…
Read 10 tweets
20 May
Ketika aku makan bersama istri dan anak2ku, aku ingat kamu.

Iya, kamu. Saudara2ku di Gaza khususnya, dan Palestina umumnya.

Kami bisa makan dengan aman, kenyang, dengan anggota keluarga lengkap. Sedangkan kalian, di pagi hari masih bersama, di sore hari berkurang jumlahnya.
Ketika aku pergi ke masjid untuk shalat berjama'ah, aku ingat kamu.

Iya, kamu. Yang ada di Gaza khususnya dan Palestina umumnya.

Kami bisa shalat di masjid kami yang utuh berdiri, berada dalam shaf yang nyaman. Kalian kehilangan masjid, padahal sangat ingin berada di dalamnya
Ketika aku pergi ke tempat kerjaku di RS, aku ingat kalian. Di Gaza terkhusus, dan bumi Palestina seluruhnya.

Kami melayani pasien2 kami dengan tenang. Kalian menghadapi ambulans meraung-raung membawa mereka yang meregang nyawa, terus bertambah dan belum tahu kapan berakhir.
Read 9 tweets
27 Jan
“Dok, anakku baru berusia 2 tahun. Ia sudah bisa jalan sejak usianya 12 bulan. Tapi kok jalannya “ngangkang” ya? Bentuknya seperti huruf “O” ketika berdiri. Normal nggak ya? takut penyakit “kaki O”. Atau karena dulu waktu bayi nggak dibedong? Kan bayi nggak perlu dibedong?” 😅
Pertanyaan ini cukup sering. Setelah saya amati, kebanyakan masuk kategori “physiologic bowed leg”. Alias: kaki “bowed” (melengkung/seperti busur/O) yang fisiologis, alias wajar. Dan seiring waktu, akan menghilang, biasanya sampai berusia 3-4 tahun.
Sesudahnya, anak balita berjalan tidak tampak “mengangkang” atau makin berkurang bentuk “O”-nya. Kadang ketika melepas diaper pun terlihat bedanya. Apalagi ketika diaper penuh dan anak batita berjalan dengan santainya. Ia tampak mengangkang cara berjalannya 😁
Read 6 tweets
13 Jan
Anak diare apa obatnya?
Perlu "pemampat"? Tidak.
Zinc? Boleh, masuk panduan WHO.
Probiotik? Boleh tidak.
Antibiotik? TIDAK. Kecuali curiga disentri.
Anti-muntah? Tidak.
Trus apa obatnya?
1. Cairan
2. Cairan
3. Cairan
Minum, minum, minum! Cegah dehidrasi!
Kembali ke prinsip diare.
Pada hakikatnya, diare adalah upaya tubuh membuang kuman (paling sering penyebabnya virus, dan sisanya bisa infeksi bakteri, keracunan makanan, bahkan ada juga diare karena efek samping antibiotik). Jadi biarkan tubuh membuang zat-zat yang seharusnya memang dikeluarkan.
Diare sering disertai muntah. Makanya ada yang bilang: muntaber (muntah-berak). Anak jadi lemas, bolak-balik ganti pakaian, dan virusnya bisa menular ke orang lain. Apa obatnya? 1.cairan. 2.cairan. 3.cairan. Minum, minum, dan minum. Cegah dehidrasi! Muntah: minum. Mencret: minum.
Read 7 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(