Pada tahun 2019, beredar cerita menakutkan disalah satu rumah daerah Kepanjen.
Rumah ini adalah bekas peninggalan belanda. Bentuk bangunannya masih utuh dari dahulu sampai sekarang.
Tetapi siapa sangka, rumah yang memiliki bentuk bangunan yang indah dan sangat membuat hati tersentuh oleh suasana tempo dulu ini menyimpan cerita yang sangat kelam.
Seakan-akan siapapun yang melihatnya ditarik oleh energi entah dari mana dan mengisyaratkan untuk masuk.
Rumah yang megah, bangunan yang kokoh dari dahulu sampai sekarang mencoba menarik raga tiap seseorang yang melihatnya untuk mengenali lebih jauh cerita yang telah terjadi disana.
Hal itu telah terjadi kepada keluarga roni, yang telah tertarik dan
mengalami kejadian aneh dirumah tersebut.
Rumah belanda yang berada dipinggir jalan itu, membuat dirinya dan istri menjajal tinggal didalamnya.
Cerita dimulai saat roni sedang sibuk mencari kontrakan di salah satu rumah di daerah kepanjen.
Dia sibuk melihat info dari layar handphone-Nya untuk melihat penawaran kontrakan rumah rumah didaerah Kepanjen.
Inginnya, dia mau mencari yang sedikit murah pertahunnya. Ya, itung-itung bisa dipakek untuk usaha juga.
Dia mengutamakan kontrakan rumah yang dekat dengan pasar saat itu. Dia sendiri juga pedagang. Pedagang baju-baju dan celana-celana santai.
Beberapa hari ini, roni belum juga menemukan tawaran kontrakan yang cocok menurutnya.
Istrinya, liya mencoba untuk menenangkan suaminya yang saat itu cemas sekali, hal dipikir roni yaitu takut uang untuk kontrakan itu habis bila tidak segera dipakai untuk menyewa rumah. Maklum, dirinya pedagang.
Pikirannya bisa kalang kabut semisal uang kontrakan dipakai untuk kulakan atau dipakai lain-lainnya.
Namanya juga pedagang, semisal ada masalah kecil tentang financial, bahkan uang yang sudah disisihkan akan terpakai juga dalam kondisi kepepet.
Akhirnya, ada sebuah penawaran kontrakan rumah yang dirasa roni pas dan juga tempatnya strategis juga untuk berjualan.
Tidak jauh juga dari pasar. Pikirnya, dirinya bisa jualan dipasar dan istrinya bisa berjualan dirumah.
Kemudian, roni memanggil istrinya “dek, ini lih ada rumah pinggir jalan yang disewakan. Kayak e pas deh lek menurutku. Soale rumah e pinggir jalan dan juga enak semisal kamu jualan dirumah juga.” Ucapnya kepada liya.
Liya saat itu hanya mengangguk saja dan memasrahkan apapun kepada roni. Karena, liya percaya kepada pilihan roni untuk urusan apapun. Dirinya tahu, suaminya itu jujur dan juga selalu tepat dalam segala pilihan dia. Roni yang mantap dengan pilihan rumah itu
akhirnya menghubungi pemilik rumah itu dan bernegosiasi soal harga sewa selama setahun.
Setelah berembuk dengan baik dengan si pemilik kontrakan dan juga melihat kondisi rumah. Tidak ada perasaan yang aneh dan mengganjal pikiran tentang rumah itu.
Pemilik kontrakan juga ramah dan rumah juga lumayan luas dan besar. Bangunan itu dikatakan sudah ada saat jaman belanda.
Akhirnya, roni dan liya sepakat untuk menyewa rumah itu selama setahun. Kemudian keesokan harinya roni dan liya tinggal dirumah tersebut.
Liya yang pertama melihat rumah itu sedikit bertanya-tanya soal kamar yang lumayan banyak dirumah itu hanya heran saja dan memilih tidak melewatinya saja.
“Penak yo yah, ndek ngarep iso digae dodolan klambi. Ruangane yo wakeh, gak bingung deleh dagangan.
Isolah tak toto alon-alon.” Ucap liya kepada roni.
(Enak ya yah, didepan bisa dipakai jualan baju. Ruangannya juga banyak, gak bingung meletakkan dagangan juga. Bisalah aku tata pelan-pelan).
“Yo di syukuri mawon dek, alhamdulillah entuk omah gede, sewane yo ora larang. Iso digae dodolan pisan nang omah. Wes seneng aku.” Jelas roni. (Ya disyukuri saja dek, alhamdulillah dapat rumah besar, sewanya juga gak mahal. Bisa dipakek jualan juga dirumah. Sudah bahagia aku).
Liya kemudian tersenyum dan mengambil baju-baju yang berada didepan untuk memindahkannya diruang belakang. Saat menata baju dikamar belakang. Liya tiba-tiba mendengar suara tangisan anak bayi. Suara tangisan bayi itu lirih sekali dan terdengar sangat dekat.
Namun, pikir liya mungkin bayi tetangga yang sedang menangis. Dia melewati kejadian itu dan meneruskan untuk menata tiap-tiap ruangan dengan perabotannya.
Dua bulan tinggal disana, dagangan mereka lancar dan omset yang mereka dapat saat itu lumayan banyak daripada sebelumnya. Roni yang giat rutin bangun pagi dan berangkat setelah sholat subuh berniat untuk bisa mendapat hasil
penjualan lebih agar dirinya bisa beli rumah dan tidak mengontrak lagi.
Dua bulan juga liya tinggal dan juga membantu bisnis suaminya berjualan dirumah.
Memang, saat itu tidak memungkinkan untuk liya bekerja karena mereka berdua memiliki anak yang masih berumur satu tahun.
Liya bersih keras untuk merawat anaknya bersama suami. Karena, dirinya percaya bahwa dirinya mampu mengurus anak bersama roni ketimbang menitipkannya kepada orang tua.
Saat itu, liya sedang mencuci baju di belakang rumah. Anaknya, saputra sedang tidur diKamar tengah. Saat liya konsentrasi menyikat baju, terdengar suara hantaman benda yang sangat keras sekali. *Dugggg* suara itu mengagetkan liya yang saat itu berada dibelakang.
Kemudian terdengar suara tangisan anak yang menjadi-jadi. Seperti kesakitan sekali karena suara tangisan terjeda sangat lama sekali. Liya masih belum tahu suara anak siapa itu, dia masih kebingungan dengan suara hantaman dan disusul suara anak yang menangis.
Hingga suara anak itu menyadarkan pikiran liya “Mamaaaa....” sontak liya kemudian melempar cuciannya dan berlari cepat menuju kamar tengah.
Saat membuka pintu, liya terkejut dengan apa yang dia lihat didepannya.
Saputra sudah duduk menangis kesakitan lantaran memar hitam sudah tergores dikepalanya, namun liya lantas terdiam dan membelalakkam mata mana kala disamping saputra melayang sesosok wanita berambut panjang, kaki yang jelas sekali terlihat pucat.
Liya memandanginya secara pelan sampai menjerit ketakutan lantara sosok wanita itu memiringkan kepala dan tersenyum menyeringai kepadanya.
Jeritan liya menjadi-jadi, dibarengi oleh tangisan saputra yang juga kesakitan lantaran luka dikepalanya.
Tatapan sosok wanita itu kemudian seketika menghilang dan liya secepat mungkin mengambil saputra dan menggendongnya keluar kamar.
Setelah kejadian itu, liya mencoba tenang dan bersikap tidak ada apa-apa. Hingga, ketukan pintu membuyarkan lamunan liya saat itu.
Ternyata, roni sudah pulang dari berjualan. Liya yang saat itu bersikap tenang secepat mungkin membuka pintu. “Hyuhh, akhirnya nyampek rumah juga, mana saputra dek ? Alhamdulillah hari ini penjualan lumayan dek. Pemasukan juga lumayan banyak.” Ucap roni kepada liya.
Liya hanya tersenyum dan memandangi suaminya saat itu. Roni langsung pergi kebelakang dan langsung mandi. Setelah selesai, roni tanpa basa -basi langsung menghampiri saputra. Putranya yang asik bermain mobil-mobilan didepan televisi. Liya berada disamping saputra.
Tampak wajah roni tiba-tiba berubah kala melihat kening putranya memar.
“Tole (Sebutan anak kecil laki-laki di Jawa) habis jatuh dek ? Kok batuk e ireng ngene ? (Kok keningnya hitam begini) ” tanya roni khawatir.
Liya yang mendengar pertanyaan roni seketika menjawab “iya mas, tadi aku teledor. Aku tinggal cuci baju. Gak taunya saputra jatuh dari tempat tidur.” Ucap liya.
Roni kemudian tersenyum sembari berkata kearah saputra “Hualaaa, anaknya ayah yang ganteng sendiri habis jatuh yaa, ndak papa yaaa belajar jadi laki-laki kuat, tahan banting dan siap menghadapi masa berat didepan nanti.” Ucap roni kepada anaknya.
Liya hanya bisa tersenyum berat dan mengingat kejadian tadi, kejadian yang tidak masuk akal tadi.
Sosok wanita berpakaian perawat yang melayang tadi. Liya mulai penasaran dengan sejarah yang berada di rumah tua ini.
Beberapa bulan berlalu, nampaknya kejadian demi kejadian hanya dirasakan oleh liya.
Dia berpikir, mungkin karena terlalu sering berada dirumah akhirnya hal-hal aneh nampak jelas kepadanya.
Hingga saat itu malam jum’at tiba. Roni tidak pulang melainkan stay dipasar lantaran pembelian serta pesanan pelanggan lumayan banyak dan juga alhamdulillah, mereka bisa menyewa kios saat itu. Jadi tidak perlu ngoyo (berat) untuk membawa dagangan pulang pergi lagi.
Malam itu, Liya didepan rumah. Dia sedang memangku Saputra yang tertidur di pelukannya. Liya hanya bisa terduduk diam, merasakan keheningan malam dan juga rasa cemas akan hal-hal aneh yang akan terjadi di rumah itu lagi. Entah mengapa, dia enggan untuk tidur dikamar tengah.
Lantaran sering terjadi keanehan-keanehan dikamar itu.
Dia lebih memilih tidur diruang depan meskipun bercampur dengan tumpukan baju dagangan. Menurutnya, lebih aman dan nyaman disana.
Tangan dan pundaknya mulai merasa letih karena beban saputra yang sudah terlalu lama tidur dipangkuannya. Akhirnya, liya meletakkan putranya tidur di sebuah alas berbulu diruangan depan.
Karena suaminya hari ini tidak pulang, maka mau tidak mau liya harus berani sendiri dirumah. Tak selang lama, hari sudah hampir malam juga. Liya berniat menutup pintu dan juga hendak istirahat. Namun, ada suara benda-benda kecil bergerak yang berasal dari kamar tengah.
Liya mulai istigfar pelan, dia sudah mengira pasti akan ada kejadian aneh lagi.
Suara benda-benda kecil itu membuat Liya sedikit gugup lantaran dia harus meninggalkan Saputra diruang depan dan dirinya harus sesegera mungkin mengecek apa yang terjadi.
Kamar tengah itu menjadi tempat tidur mereka dikala Roni berada dirumah.
Namun, liya tidak berani untuk tidur disana jika tidak ada roni. Lantaran, ketika tidur dikamar itu liya kerap mendengar suara-suara bayi yang menangis secara bersamaan.
Pernah suatu ketika liya mendengar bayi menjerit dan dia bangun untuk memastikan bayi siapa itu yang menjerit keras ditengah malam. Tapi dia tidak merasakan sumber suara itu berada dikanan kirinya.
Melainkan suara jeritan bayi itu terdengar jelas berada dibalik lantai bawah kamar itu. Seketika bulukuduk liya berdiri dan merasakan merinding yang luar biasa.
Sejak saat itu, liya selalu merasa aneh dan janggal dengan kamar tengah yang menjadi kamar tidur mereka.
Suara benda-benda kecil yang terdengar berpindah-pindah membuat liya gugup untuk melihat apa yang terjadi.
Namun, karena takut itu maling, liya harus berani melihat apa yang terjadi. Pelan-pelan dia dengar suara dibalik pintu kamar tengah itu. Liya batin (Ya Allah, semoga saja bukan Maling ataupun penghuni rumah ini yang usil.
Semoga saja suara itu berasal dari seekor kucing yang masuk lewat jendela dan tidak sengaja menyentuh peralatanku di meja rias).
Kemudian, liya membuka pintu kamar itu dan mencoba menghidupkan lampu disana. Namun yang terjadi, lampu tidak menyala.
Liya kebingungan lantaran hanya dikamar itu lampu tidak menyala. Karena ukuran kamar itu sedikit luas, kamar itu gelap gulita.
Namun, saat Liya menoleh untuk hendak mengambil senter. Liya, mendengar suara benda-benda itu lagi.
Karena gelap, akhirnya dia memakai lampu senter yang berasal dari handphone-Nya. Tidak terlihat jelas apa yang dia senter. Hanya dipojokkan ruangan dekat lemari. Liya mendapati seseorang yang membungkuk dan sedang melakukan sesuatu didepannya.
Liya mencoba mendekat pelan-pelan. Rasa takut sudah melumuri tubuhnya. Ternyata, suara benda-benda itu berasal dari tangan orang itu yang mengambil benda yang berada disamping-Nya. Liya menyorot benda-benda itu yang ternyata adalah peralatan operasi.
Liya sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kemunculan sosok itu dengan tingkah laku yang membuat Liya merinding. Saat meneruskan untuk menyorot kembali sosok itu, liya menjerit sejadi-jadinya.
Alangkah terkejutnya saat dirinya melihat sosok suster yang saat itu dilihatnya ternyata nampak kembali. Kali ini bukan pemandangan biasa lagi yang dilihat Liya, melainkan sosok wanita itu tersenyum menyeringai kepadanya dengan tangan yang
membawa janin yang masih berlumuran darah segar.
Liya yang melihat kejadian itu menjerit sejadi-jadinya tanpa henti dan tidak hanya itu saja pemandangan seram yang dia lihat. Sosok wanita ini kemudian memakan janin yang berlumuran darah itu secara brutal dan sangat menjijikkan.
Liya kemudian dengan kondisi sempoyongan, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya tadi berlari ke ruang depan Dimana anaknya yang sedang tidur diangkat olehnya dan digendong keluar rumah. Liya kemudian menelepon suaminya mau tidak mau agar segera pulang.
Keesokan harinya, roni hanya memandangi istrinya yang masih pucat setelah kejadian itu. “Kamu gak papa pulang sendiri ? Aku bisa loh dek nganterin. Kamu dirumah ibu aja dulu seminggu atau dua minggu sambil tenangin pikiran.
Mungkin kamu kelelahan karena harus membantu aku bejualan dirumah dan juga masih ngurus saputra.” Jelas roni.
Liya hanya mendengus panjang. “Yah, kamu belum tahu apa yang aku alami setiap hari dirumah ini.
Ayah cari tahu sendirilah, bagaimana cara rumah ini menyapa penghuninya yang betah seharian dirumah. Mungkin dengan cara itu, ayah akan paham.” Jelas Liya kepada Roni.
Roni mengantar Liya naik ke mobil tetangga yg mana memang menawari untuk tumpangan lantaran tujuan mereka sama.
Roni melambaikan tangan dan kemudian menoleh kearah rumah itu. Dia pandangi lama sekali tampak depan dari rumah jadul tersebut. Tiba² senyumannya berubah menjadi keheranan mana kala dia melihat bayangan wanita yg berdiri didalam kaca jendela rumahnya yang sekejap langsung hilang.
Roni nampak heran dengan yang dengan apa yang barusan terjadi. Namun, dia melewatkan kejadian itu. Setelah itu, dia mengambil sapu dan menyapu halaman rumah. Dia berniat untuk bersih-bersih saja selama istri dan anaknya sedang berlibur.
Terlihat pak jatmiko sedang berjalan dan menyapa roni. “Kok sepi ron ? Nangdi kabeh ? (kemana semua ?)” tanya pak jatmiko sambil berjalan mendekati roni.
Roni mengangkat tangan kanannya, melambai ke arah pak Jatmiko. “suwung pak, mbok e arek arek dolan nang morotuo.
(Sepi pak, ibunya anak-anak bermain ke mertua). Jatmiko tertawa dan duduk di kursi halaman rumah Roni. Dia memperhatikan rumah itu baik-baik. Wajah yang awalnya sumringah kini berganti dengan tatapan yang tajam kearah rumah itu.
“Ron, kamu selama tinggal disini gak merasa ada yang aneh ? Atau mungkin mengalami kejadian diluar logika begitu ? Aku saja yang tahu cerita rumah ini gak bisa bayangin ron kalau tinggal. Paling juga seminggu udah gak betah.” Ucap pak Jatmiko.
Roni yang mendengar pertanyaan pak Jatmiko itu heran. Mengapa beliau bertanya seperti itu.
Hingga rasa penasaran Roni muncul tiba-tiba. “Memang ada apa pak dengan rumah ini dulu ? Sepertinya rumah juga baik-baik saja gak ada yang aneh.” Jelas Roni kepada pak Jatmiko.
Pak Jatmiko menatap pelan ke arah Roni. “Rumah ini dulu punya cerita kelam. Dulu, ini bekas sebuah klinik gitu. Ada satu dokter, eh bidanlah yang perawatnya ada dua. Lama sih mereka buka praktek di tempat ini.
Eh, saat ada kejadian itu. Rumah ini menjadi sepi dan tidak ditinggali lagi selama bertahun-tahun. Dibiarkan kosong.” Jelas pak jatmiko.
“memangnya kejadian apa pak ?” tanya roni penasaran. Pak jatmiko kemudian menghela nafas. “Dulu ron, sebenarnya biasa saja.
Warga juga bertegur sapa sangat baik dengan bidan disini. Dia juga sering membantu persalinan jika ada warga yang msu melahirkan. Cuma, suatu hari ada beberapa warga yang mendapati bidan dan perawatnya sedang mengubur sesuatu dibelakang rumah ini.
Lakok ron, ternyata yang dikubur itu adalah bayi-bayi yang bekas aborsi. Jadi, warga bertindak tegas dan melarang mereka praktek lagi disini. Namun, berita itu ditutup-tutupi lantaran menjaga nama baik kampung sini ron.” Jelas pak Jatmiko.
Roni yang kaget mendengar cerita pak Jatmiko kemudian menggaruk rambuk dikepalanya. Seraya tidak percaya dan sedikit merinding dengan cerita tersebut. Namun, sifat roni tidak akan percaya sebelum ada bukti didepan matanya.
Pak jatmiko pamit pulang karena hari mulai sore dan roni juga melanjutkan untuk membereskan rumah, menghidupkan lampu dan setelah itu mandi. Saat roni mandi, tidak sengaja dia mendengar suara celotehan anak kecil diluar pintu kamar mandinya.
Dia kemudian berhenti menyiram badannya dan mendengarkan dengan jeli suara celotehan anak kecil itu tadi.
Karena dirasa aneh dan membuat Roni merinding dia segera mungkin membilas tubuhnya dan segera keluar dari kamar mandi.
Malam hari tiba, memang selama istrinya berlibur dia hanya membuka jualan dirumah saja. Terkadang juga dia sesekali pergi ke kiosnya dipasar untuk membuka sebentar agar tidak kehilangan pelanggan setianya dipasar.
Malam itu sepi sekali, roni menonton televisi dan tiba-tiba terlelap dikursi. Beberapa saat kemudian roni bangun dan mssih dalam kondisi setengah sadar. Ketika hendak menoleh kearah kanan untuk mengambil remote tv alangkah terkejutnya saat dirinya
melihat sesosok wanita berambut panjang duduk dengan kepala yang miring dan tersenyum menyeringak kearahnya. Seketika roni terkejut dan hampir meloncat lantaran terkejut oleh pemandangan itu.
Dia kemudian istigfar dan melihat jam sudah menunjukkan jam 10 malam. Roni menutup pintu dan kemudian pindah ke kamar tengah untuk tidur. Saat malam hari tiba, roni merasa panas sekali hawa dikamarnya.
Sehingga dia bangun dan mencoba membuka jendela kamarnya agar angin masuk dan hawa diruangan tempat tidurnya tidak panas lagi.
Namun, ketika roni selesai membuka jendela kamar. Dia tidak sengaja mendengar sesuatu merangkak secara cepat di bawah kolong kasurnya. Bayangan hitam yang bergerak cepat itu membuat roni terkejut dan kemudian membuatnya menyalakan lampu.
Saat lampu dinyalakan, betapa terkejutnya Roni kala melihat sesosok bayi yang tanpa muka sedang merangkak mendekatinya dan bayi tersebut berlumuran darah. Roni yang ketakutan kemudian segera membuka pintu dan berlari ke teras rumahnya.
Sungguh, Roni kemudian kembang kempis lantaran terkejut dengan apa yang dia lihat. Seolah-olah tidak percaya dengan apa yang terjadi. Dia kemudian mengambil sepeda motornya dan memilih untuk tidur dikios dipasar.
Sejak kejadian yang dialami roni malam itu, dirinya menceritakan pengalaman yang dia hadapi kepada Liya. Liya juga menceritakan pengalamannya selama berada dirumah itu. Hingga mereka memutuskan untuk sementara waktu tidur dikios. Sambil menunggu pindah ke kontrakan baru.
Tapi ternyata, rejeki Allah lebih tidak terduga.
Roni dan Liya akhirnya mengambil sebuah rumah yang cicilan per bulannya bisa mereka tanggung. Sejak Roni dan Liya pindah dari rumah itu, pemilik dari rumah itu tidak menyewakan rumah itu lagi
dan mencoba memagar tinggi rumah itu dan sampai sekarang tidak ditinggali oleh siapapun.
Sekian dan terimakasih. Jika terdapat kesalahan dan kesamaan penyebutan nama mohon dimaklumi. Cerita ini diambil dari kisah nyata.
SEKIAN
SALAM HOROR.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Selamat sore dan salam sejahtera utk kalian semua. Semoga yg sedang menjalankan ibadah puasa masih tetep diberi kesehatan ya oleh Allah SWT.
Cerita ini bakalan aku up hari Minggu, besok ya. Hehe, mau up skrng lagi belum sempet. Ditunggu, tweet bakalan lanjut besok, habis magrib.
Cerita ini diangkat dari kisah nyata. Sebuah keluarga penambang di daerah jawa timur yang selalu melakukan ritual khusus untuk mengawali mengambil pasir.
Sesuai janji akan diteruskan hari ini maka cerita ini berawal sebagai berikut :