Brii Profile picture
25 Nov, 64 tweets, 7 min read
Cadas Pangeran, satu tempat bersejarah. Ratusan tahun berusia, sahihkan kisah hitam dan putihnya, terus bergulir hingga kini.

Mamal ini, seorang teman akan menceritakan pengalamannya ketika melintasi daerah ikonik ini. Seram? Tentu saja.

Simak di sini, hanya di Briistory.

*** Image
Lepas dari pusat kota Jatinangor, aku akhirnya masuk ke daerah yang terlihat seperti gak berpenduduk.
Tahun 1998, Cadas Pangeran masih sangat sepi, jalan berkelok dikelilingi oleh pepohonan yang membentuk hutan, sama sekali gak ada penerangan, gelap gulita.
Memang, ada satu atau dua warung kecil berdiri di pinggir jalan, tapi sudah dalam keadaan tutup, hanya lampu kecilnya saja yang masih menyala redup.

Jalanan aspal Cadas Pangeran masih cukup bagus untuk dilalui walau ada beberapa bagian yang rusak dan berlubang.
Saat itu, menemani perjalanan, aku mendengarkan siaran dari salah satu stasiun radio, walaupun tangkapannya sudah gak bagus karena kendala jarak, namun aku masih terus menyalakan dan mendengarnya, seenggaknya membantu memecah kesunyian.
Karena sudah tengah malam, stasiun radio memutar lagu-lagu slow hits yang tenar pada saat itu, atau pun lagu lawas yang masih enak didengar.

Tapi, berikutnya aku jadi gak terlalu fokus mendengar radio, karena lebih banyak konsentrasi memperhatikan jalan.
Jalanan mulai berkelok banyak, menanjak, dan tentu saja semakin senyap dan sepi. Kanan kiri yang ada hanya gelap pepohonan rapat berdiri, sudah sangat hapal kalau kanan jalan terdapat banyak jurang yang sangat dalam, membuat pengendara harus berhati-hati terutama malam hari.
Sebenarnya, daerah Cadas Pangeran ini gak makan banyak waktu untuk dilalui, sebentar saja, setelahnya akan ditemui lagi rumah penduduk, tapi tetap saja aura kengerian sungguh terasa.
Yang paling khas, adalah adanya patung dua sosok bersejarah yang sedang bersalaman, yaitu Pangeran Kornel dan Daendels. Sang Pangeran bersalaman dengan Daendels menggunakan tangan kiri, ada sejarahnya kenapa digambarkan seperti itu.
Seperti yang aku bilang tadi, jalan Cadas Pangeran ini gak terlalu panjang, mungkin hanya kurang lebih lima kilometer saja, makanya, seharusnya aku akan melewatinya gak sampai setengah jam, seharusnya seperti itu.
Tapi, saat itu aku merasa kalau sudah cukup lama waktu berjalan, tapi belum juga sampai di patung yang aku bilang tadi.

Sementara jalanan masih terus menanjak, dengan kelokan tajam, gelapnya semakin pekat, sepinya jangan ditanya lagi.
Terus berkonsentrasi memperhatikan jalan, aku jadi gak terlalu fokus pada radio yang sejak tadi menemani, padahal siarannya sudah berganti..
Iya, aku baru sadar kalau ternyata radio sudah nggak memutar lagu-lagu lagi, tapi malah mengeluarkan suara yang sangat aneh.

Karena itulah yang menyebabkan aku perlahan mulai memperlambat laju kendaraan, teralihkan dengan suara dari radio.
Awalnya seperti suara angin, hanya itu saja, suara angin, tapi lama kelamaan sayup terdengar suara lain.

Kenapa aku bilang sayup, karena suaranya terdengar seperti dari kejauhan, berdesakan dan hampir tertutup oleh suara angin tadi, tapi kedengaran.
Ada bunyi yang sepertinya suara dari banyak orang, orang-orang yang bersahutan seperti sedang terlibat percakapan.

Laju kendaraan jadi makin lambat, malah nyaris berhenti, aku lebih fokus mendengarkan suara aneh ini yang muncul dari radio..
Lama kelamaan suara angin perlahan menghilang, berganti dengan percakapan orang-orang. Aku memperbesar volume, berusaha untuk lebih jelas lagi menangkap suaranya.
Ternyata, orang-orang yang ada di dalam radio ini bercakap-cakap menggunakan bahasa sunda, tapi bahasa sunda yang nyaris sebagian besar aku gak mengerti, namun tetap dengan logat khas sunda kental.

“Ini siaran radio apa, sih?” bertanya-tanya sendiri.
Di tengah-tengah kebingungan, tiba-tiba mesin mobil tersendat, seperti mau mati. Duh, ada apa lagi ini?

Untungnya, aku masih sempat meminggirkan kendaraan tepat sebelum mesinnya benar-benar mati.

Dan benar, beberapa saat kemudian mesin mobil mati, mogok.
Dalam gelap dan sunyi Cadas Pangeran, aku terdampar di tengah malam buta.
Sebentar aku masih diam di dalam, walaupun mesin mobil mati namun radio masih terus menyala dengan siaran yang sangat aneh ini.

Aku terus fokus mendengarkan, karena lama kelamaan makin aneh, percakapan orang-orang itu juga makin jelas.
Dan keanehan bertambah lagi, kalau diperhatikan dengan seksama ternyata ada suara lain, aku mendengar orang-orang itu sedang melakukan pekerjaan kasar, karena muncul suara seperti palu menghantam batu atau besi, dan juga ada suara-suara lainnya, yang kira-kira sama seperti itu.
“Ini siaran drama radio kah? Atau apa sih?” saat itu aku gak tahu.
Tapi, aku terpaksa harus mengalihkan perhatian ke mobil, kenapa mesinnya sampai mati total begini.

Beberapa saat kemudian aku turun kendaraan, lalu berjalan ke depan untuk memeriksa kondisi. Berbekal lampu senter di tangan, aku membuka kap mesin, memeriksanya.
Dengan mata telanjang, aku bisa melihat kalau mesin seharusnya gak ada masalah, bahan bakar masih terisi penuh, harusnya benar gak ada masalah, tapi kenapa malah mogok?

“Kenapa sih ini mobil..” bergumam aku sendirian.
Angin bertiup sepoy, dinginnya menembus jaket tebal yang aku kenakan. Sepi dan hening menyelimut suasana yang sejak tadi mulai terasa aneh.

Keanehan menjadi mulai menjurus seram ketika aku akhirnya tersadar akan sesuatu.
Aku menyorot lampu senter ke arah jalanan..

Kenapa ke jalan? Karena keanehannya terletak di situ.

Ternyata, jalanan yang tadinya beraspal tiba-tiba sudah berubah jadi jalan tanah berbatu!

Iya, jalan tanah berbatu..
“Kok jadi jalan tanah? Emang tadi salah belok di mana?” itu pertanyaan yang muncul di kepala.
Lalu, angin yang tadinya hanya bertiup sepoy dan ada sedikit pergerakan, tiba-tiba berhenti, sama sekali gak ada hembusan.

Dan yang sangat terasa, waktu seperti berhenti bergulir, terpatri diam pada satu titik.
Mulai merinding, aku kemudian menutup kap mesin lalu bergegas masuk mobil.

Hmmmm, sementara radio masih menyiarkan siaran aneh itu.
Di mobil, aku mencoba peruntungan, memutar kunci untuk menghidupkan mesin. Apes, ternyata masih belum bisa hidup juga, mesin masih mati.
Nah, aku akhirnya mematikan radio ketika lagi-lagi makin aneh.

Dalam siarannya, tiba-tiba aku mendengar ada orang-orang sedang berteriak kesakitan, seperti ada penyiksaan massal, teriakannya sungguh menggambarkan sakit teramat sangat.
Mengerikan, makanya aku langsung mematikan radio, takut.
Hening sempat menguasai, sepi jadi selimut suasana yang sudah menjurus ngeri..

Tapi hanya sebentar, momen berikutnya aku akan melihat pemandangan yang sangat aneh..

***
Sekeliling masih sangat gelap, penglihatan hanya dibantu oleh terang redup langit malam.

Aku masih terus memandang ke depan, jalanan tanah yang sejak tadi jadi sumber kebingungan. Jalanannya kosong, tapi sepinya seperti memperhatikan.
Nah, ketika sedang dalam kebingungan mancari jawaban dan menerka-nerka apa yang sedang terjadi, tiba-tiba perlahan aku mendengar suara, suara yang awalnya sayup seperti dari kejauhan, tapi lama kelamaan makin jelas.
Aku mendengar suara-suara yang persis sama dengan yang muncul di radio sebelumnya. Suara-suara orang yang sedang melakukan pekerjaan kasar. Namun kali ini bukan dari radio, dari luar.
Penasaran, aku lalu menurunkan sedikit kaca jendela, dengan maksud supaya bisa mendengar lebih jelas lagi.

Benar! ternyata suara itu memang dari luar. Seperti ada orang yang sedang bekerja. Tapi, aku belum melihat ada siapa-siapa, sekitar masih tetap sepi dan kosong.
Tapi, belasan detik berikutnya mulai ada yang berubah.
Ada pemandangan yang awalnya sangat samar..

Memicingkan mata, berusaha memastikan kalau penglihatanku gak salah, karena melihat ada pergerakan gak jauh di depan.

Aku melihat ada orang yang sepertinya sedang bekerja di jalan!
Karena gelap, aku masih melihat penampakan sosok itu dalam bentuk siluet, tapi lama kelamaan aku jadi yakin kalau dia memang sedang bekerja, karena tangannya sedang mengayunkan perkakas lalu menghantamkannya ke jalan, berulang-ulang.
“Siapa dia? Dia lagi ngapain tengah malam gini?” dalam hati aku bertanya-tanya.
Nah, yang awalnya aku melihat sosok itu sedang “bekerja” sendiran, lama kelamaan muncul sosok lain. Satu persatu bermunculan di tempat berbeda, berpencar, namun masih di wilayah yang sama. Ada yang kelihatan sangat jauh, ada pula yang hanya beberapa meter dari kendaraan.
Dan sama, mereka semua terlihat seperti sedang bekerja, beberapa di antaranya malah ada yang sambil berbincang.
Tapi ya itu, aku tetap melihat dalam bentuk bayangan hitam, sama sekali gak bisa melihat wajah mereka dengan jelas, padahal ada beberapa sosok berdiri sangat dekat jaraknya.
Ketakutan mulai menyeruak isi kepala, karena aku tiba-tiba ambil kesimpulan kalau mereka ini bukan manusia..

Keseraman membuat udara dingin jadi sama sekali gak terasa.
Cukup lama memperhatikan mereka semua, sampai akhirnya aku berasumsi kalau mereka seperti sedang bekerja mambangun membuat jalan, jalanan tanah yang jadi sumber kebingunganku dari awal.
Tuhan,sedangterdampar di manakah aku ini.. :(
Dan, seperti terhipnotis aku terus-terusan memperhatikan pemadangan seram itu, sampai-sampai gak sadar kalau ternyata ada sosok yang sedang memperhatikan aku!, sosok ini berdiri tepat di samping kendaraan, persis pintu kanan, tubuhnya nyaris menempel badan mobil, sangat dekat!
Tentu saja aku kaget..

Sosok seram ini hanya berdiri diam, namun sangat berbeda dengan sosok seram lain yang sudah muncul duluan, dia gak berbentuk bayangan hitam, aku melihat dengan jelas kalau dia berbentuk sosok manusia, sangat jelas aku melihat garis mukanya.
Berperawakan tinggi besar, berkumis, bertopi bundar, berpakaian warna putih lusuh dengan beberapa saku di depan. Benar, dia orang bule, terlihat seperti mandor Belanda.
Kami sempat bertatapan cukup lama..

Wajahnya mengerikan, tersenyum datar tanpa ekspresi.

Aku sangat ketakutan.
Mandor Belanda ini tangan kanannya memegang tongkat pendek, nah dengan tongkat ini dia lalu mengetuk kaca jendela..

Aku semakin panik, gak tahu apa yang harus dilakukan..
Gak kuat, lalu aku menundukkan wajah, menempelkan kepala ke stir mobil, gak berani melihat sekeliling, apa lagi menatap sosok yang ada di sebelah kanan.

Menangis ketakutan, bait-bait doa mulai keluar dari mulut, aku meminta pertolonganNya.
Sementara itu, suara ketukan jendela masih terus terdengar, seram. Gak, aku gak berani melihatnya lagi. Lebih memilih untuk terus menunduk sambil berdoa.

Iya, ketukan pada jendela terus-terusan terdengar.
Namun, lama kelamaan ketukan makin jarang, sampai akhirnya menghilang sama sekali. Suara-suara sosok-sosok yang sedang bekerja pun ikut menghilang.

Sepi dan hening kembali menguasai..
Tapi, aku masih tetap terus menundukkan kepala, belum berani melihat sekitar. Beberapa menit lamanya berlangsung seperti itu.

Sampai ketika, tiba-tiba ketukan itu muncul lagi..
Kembali tubuhku gemetar.

Terus-terusan, ketukan pada jendela ada lagi!
“Kang, kang.., kang.”

Tapi, setelahnya aku malah mendengar ada suara memanggil seperti itu.
Tentu saja aku langsung menoleh ke jendela.

Ternyata, di luar sudah ada dua orang pemuda, yang satu berdiri di samping jendela mengetuk kaca mobil, yang satu lagi duduk di atas motor.
Aku lalu memandang sekitar, ternyata sosok-sosok seram sudah menghilang, dan jalanan sudah berubah berganti lagi jadi jalan aspal.
Aku lalu membuka kaca jendela.

Dalam bahasa sunda pemuda yang satu bertanya, “Kang, kenapa sendirian berhenti di sini? mobilnya mogok?”

“Muhun (iya),” Aku menjawab begitu.

“Ada yang bisa kami bantu?” pemuda itu bertanya lagi.
Aku lalu reflek memutar kunci untuk menyalakan mesin. Nah, ternyata mobil langsung menyala normal, sama sekali gak ada tanda-tanda kerusakan.

“Alhamdulillah, udah nyala lagi. Makasih ya.” dengan ramah aku bilang begitu, karena merasa sangat terbantu dengan mereka berdua.
Ya sudah, lalu mereka kembali melanjutkan perjalanan dengan motornya, aku mengikuti dari belakang.

Dan, beberapa belas meter kemudian akhirnya terlihat patung ikonik itu, patung dua sosok bersejarah yang sedang bersalaman, berdiri gagah di pinggir jalan, di Cadas Pangeran.
Sungguh pengalaman seram yang sangat berkesan..

***
Hai, balik lagi ke gw ya, Brii.

Sekian cerita malam ini, insyaAllah akan ada cerita lainnya lagi minggu depan.

Sehat selalu, jaga hati dan perasaan, diri sendiri maupun orang lain, supaya bisa terus merinding bareng.

Salam,
~Brii~

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Brii

Brii Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @BriiStory

18 Nov
Keangkeran tempat kerja kadang terpaksa harus dihadapi. Keseraman lain dimensi, sesekali menghadirkan sosok-sosok ngeri.

Malam ini, ada teman yang akan bercerita tentang seramnya pabrik tempatnya bekerja. Tahun 2001 peristiwa ini terjadi.

Simak di sini, hanya di Briistory.

***
Suara itu lagi, walaupun sudah pernah mendengar sebelumnya, tetap saja aku terkejut, tetap menoleh ke pintu walau tahu masih dalam keadaan tertutup.
Suara gesekan sapu ijuk dengan lantai, menggusur debu serta kotoran, membersihkan.

Suara sapu ini mungkin akan terdengar biasa saja kalau siang hari, tapi beda cerita ketika terdengarnya tengah malam seperti ini.
Read 85 tweets
11 Nov
Entah bagaimana cara dan prosesnya, berjalan lintas dimensi bisa saja terjadi. Siapa pun bisa mengalami, gak pandang bulu.

Malam ini, satu teman akan bercerita pengalaman seramnya, lintas dimensi merasakan kekacauan garis ruang dan waktu. Hanya di sini, di Briistory..

***
~Circa 2003, selatan Jawa~
Aku dan Virgo akhirnya menyerah, kami sudah gak kuat menahan kantuk.
Read 101 tweets
28 Oct
Banyak peristiwa menjurus seram terjadi ketika kita sedang berada di tempat asing, tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya.

So, simak cerita pengalaman salah satu teman, ketika dia terdampar di losmen hantu, di jalan lintas Sumatera.

Hanya di sini, di Briistory.
***
“Ada, Mas. Gak jauh lagi, kok.”

“Besar bangunannya, Pak?”

“Gak terlalu, tapi kamarnya lumayan banyak.”

“Oh, gitu. Ya sudah, nanti saya ke sana deh, Pak.”
Kemudian Bapak pemilik warung kecil ini kembali melanjutkan kegiatannya, membereskan warung untuk menutupnya segera, aku pelanggan terakhir.
Read 96 tweets
14 Oct
Sering kali dalam kondisi tertentu kita terpaksa harus tinggal di satu tempat, walau sebenarnya tinggal di situ sangat menguji ketahanan nyali.

Salah satu teman akan bercerita pengalaman ketika terpaksa tinggal di salah satu apartemen.

Simak di sini, hanya di Briistory.

***
***
~Beberapa hari sebelumnya~

“Ya udah, sih. Lo nginep di apartemen gw aja dulu, sampe dapet kostan yang baru, ribet banget hidup lo.”

“Takut aku, Hes..”

“Takut apaan, deh?”

“Takut malah betah, hahahahahaha. Ntar gak pindah-pindah aku, hahaha.”
Read 97 tweets
30 Sep
Tempat kost, harusnya jadi tempat yang nyaman untuk tinggal, tapi kadang malah jadi tempat yang sungguh menyeramkan.

Salah satu teman akan menceritakan kisah seram di tempat kost-nya di Bandung.

Simak di sini, di Briistory.

***
Aku langsung mematikan lampu, lalu memastikan kalau pintu sudah terkunci. Situasinya nyaris sama dengan beberapa hari yang lalu..

Sepinya beda, hawanya gak biasa.
Derit lantai kayu terdengar samar, suara yang seharusnya timbul karena ada seseorang yang sedang melangkah, masih samar karena sepertinya sumber suara masih jauh.
Read 101 tweets
23 Sep
Liburan bersama teman memang sangat menyenangkan, seru. Tetapi banyak pula acara liburan yang malah berubah jadi pengalaman seram, mengerikan.

Salah satu teman akan bercerita pengalaman seramnya ketika menginap di Villa Puncak, Bogor.

Simak di sini, hanya di Briistory.

***
“Lumayan, kan. Villa gratis, hehehe.” Rimba bilang begitu.

“Liburnya lama pula. Sedap beneeerr..”, Vero gak kalah antusiasnya.

“Iya, kata bokap, yang penting bisa jaga kelakuan dan kebersihan, soalnya gak ada yang bantu-bantu, jadi kita bener-bener sendirian,” ucap Deasi.
Percakapan menyenangkan itu terjadi di dalam kampus, tempat kami semua berkuliah.

Oh, iya, aku Bara, mahasiswa angkatan 2016 salah satu universitas di Jakarta.
Read 95 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(