BAGIR ALAYDRUS Profile picture
Jan 12, 2022 239 tweets >60 min read Read on X
"Kutukan Pelet Pemikat"

(Based on a true Story)

@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht
#bacahorror #ceritahoror #threadhoror Image
Alfi adalah seorang anak laki-laki berusia 14 tahun yang saat ini duduk di bangku Smp, ia bukan seseorang yang baik dalam nilai akademinya, namun Alfi sangat mahir dalam menggambar, ia sudah sering mengikuti lomba walaupun belum pernah keluar menjadi juara.
Alfi tinggal bersama ibu dan adiknya yang bernama Dinda, adiknya duduk di kelas 6 sd, sedangkan ayahnya sudah lama meninggal karna kecelakaan.
Di pagi hari Alfi bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, selagi ibunya menyiapkan sarapan, Alfi menggunakan waktunya untuk merapikan buku dan memastikannya tidak ada yang tertinggal, "Alfi, kamu sarapan dulu," kata ibu.

"Iya bu sebentar, Alfi lagi ngerapihin buku," sahut Alfi.
Setelah selesai merapikan bukunya Alfi menuju ke ruang tamu untuk menyantap sarapannya, ibu membuat nasi goreng dengan nasi sisa tadi malam, walaupun sederhana rasanya benar-benar enak sekali.
ibu mengeluarkan uang dari kantungnya dan memberikannya kepada Alfi.

"Alfi ini uang jajan kamu, hati-hati nyimpenya," kata ibu.
Alfi megambilnya lalu menaruh uang itu di saku bajunya, setelah selesai menghabiskan sarapannya, ia bersiap-siap untuk menuju ke sekolah, lokasi sekolahnya tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu 10 menit menggunakan kedaraan umum.
Sesampainya di gerbang sekolah, Alfi bertemu sehabatnya sejak ia masa kecil yang bernama Riski, mereka sangat akrab sampai saat ini.

"Alfi elu udah ngerjain pr belum, gue mau liat kalo udah ya," ucap Riski.

"Gue udah ngerjain, yaudah yuk masuk ke kelas," kata Alfi.
Sesampainya di kelas Alfi memberikan Pr nya pada Riski agar dia bisa menyalinnya, walaupun tindakannya salah, namun Alfi merasa terbiasa membantu Riski menconteka Pr nya.
Setelah selesai Riski memberikan bukunya kembali pada Alfi, masih ada waktu 15 menit sampai bel masuk berbunyi, mereka memanfaatkannya untuk ngobrol.

"Riski, gue lagi suka banget sama temen sekelas kita, tapi gue bingung nembak dia apa ngga."
"Oh si Rina ya? Kata gue mah jangan, dia kan banyak yang ngejar, pasti kalo elu nembak dia yang ada elu di tolak, secara yang suka ama dia kan banyaknya anak basket yabg ganteng-ganteng," ucap Riski.

"Iya juga sih, gue mah cukup jadi pengagum dia aja, sadar diri," ucap Alfi.
Tak lama kemudian bel mulai berbunyi, di sekolahan Alfi biasanya sebelum memulai pelajarann selalu diadakan kegiatan membaca Al-quran selama 20 menit, setalah selesai barulah pelajaran pertama di mulai.
Pada saat jam istirahat, Alfi menghabiskan waktunya di kelas, ia tidak pernah mau jajan di kantin karna pada saat jam istirahat kantin selalu penuh, saat sedang asik duduk sambil bermain hp, Riski mendekat ke arah Alfi dengan wajah yang sangat kusut.
"Elu kanapa ki? muka lu cemberut gitu?"

"Elu tau si Mona kan, anak volly kelas sebelah?" kata Riski.

"Iya tau kenapa emang?"
"Gue udah lama suka sama dia, terus tadi gue coba buat nembak dia, eh dia malah nolak gue, udah gitu dia bilang katanya dia gak suka gue karna gue jerawatan, jadi kotor keliatannya," kata Riski.
"Lagian elu nekat banget nembak cewek cantik, pasti di tolak lah, yaudah gak usah du fikirin," ucap Andy.

"Gue sih gak masalah di tolak juga, tapi harusnya dia gak usah mempermalukan gue di depan temen-temennya, sampe semua ngetawain gue"
Alfi mencoba menenangkan Riski, namun wajahnya terlihat masih kesal, itu wajar karna ia di tertawakan oleh banyak orang.

Sepulang sekolah, Alfi mencoba mengajak Riski ke rumahnya untuk bermain game, namun Riski terlihat tidak bersemangat dan bilang kalau ia ingin segera pulang.
Alfi merasa kalau apa yang terjad pada Riski benar-benar mengguncang mentalnya, ia begitu murung dan terlihat masih kesal, namun semoga saja ia tidak berlarut-larut dengan masalah itu, Alfi pun segera menuju ke rumah.
Sesampainya di rumah ada Dinda yang sedang memggambar di ruang tamu.

"Lagi gambar apa de?" tanya Alfi.

"Ini ka tugas di suruh gambar laut," jawab Dinda.
"Oh bisa gak? kalo gak bisa kakak bantuin," ucap Alfi.

"Yaudah ka bantuin ya," pinta Dinda.
Alfi pun membantu adiknya untuk membuat gambar yang bagus, agar adiknya bisa dapat nilai yang bagus.

Setelah selesai membantu adiknya, Alfi pergi ke dapur untuk mengambil makan, ada ibu yang sedang mencuci piring.
"Alfi besok ibu mau kerumah kakek kamu, tadi ibu di telpon om kamu katanya kakek sakit," kata ibu.

"Oh Alfi sama Dinda gak boleh ikut bu?" tanya Alfi.
"Kan kalian harus sekolah, ibu gak akan lama, ibu usahain sore udah di rumah lagi, kamu jagain adek kamu." jawab Ibu.

"Ih iya deh bu, siap-siap."
Alfi menghabisakan waktunya di rumah, hingga saat malam tiba saat ia sedang menggambar di kamarnya, ia menerima panggilan telepon dari Riski.

"Halo ki? Kenapa?"

"Alfi besok bilangin ya gue izin, ada urusan keluarga gitu, suratnya nyusul."

"Oh oke deh, nanti gue sampein."
Keesokan harinya saat sudah tiba di sekolah, Alfi menghampiri sekertaris kelas untuk memberitahukan bahwa Riski tidak hadir karna sedang ada urusan keluarga, belum sempat Alfi bicara ke sekertaris, Riski muncul yang membuat Alfi kebingungan.
"Ki katanya elu izin? ko masuk sih?" tanya Alfi.

"Iya fi, gak jadi, urusannya udah selesai hehe," jawab Riski.

"Ah..elu, mumpung gue belum bilang ke sekertaris."

Bel pun mulai berbunyi dan seperti biasa, diadakan tadarusan sebelum pelajaran di mulai.
Saat sedang tadarusan Alfi melihat ke arah Riski, karna ia terlihat sangat gelisah, seperti sedang merasa tidak nyaman, Riski mengeluarkan sebuat headset dan mendengarkan lagu di saat orang-orang sedang membaca Al-quran, namun Alfi tidak terlalu memikirkannya karna itu urusannya.
Pada saat jam istirahat, Alfi menghampiri Riski yang sedang memakai headset di telinganya.

"Ki elu parah amat, orang pada ngaji elu malah dengerin lagu," ucap Alfi.
"Hehe...iya ah gue lagi gak enak hati, dari pada ikut ngaji tapi gak dapet pahala, mendingan dengerin lagu biar tenang," ucap Riski.

"Sesat elu mah!!"
Riski hanya tertawa saat Alfi mengatakan hal itu, kemudian Riski menyuruh Alfi duduk di sebelahnya karna dia ingin memeberi tau sesuatu.

"Eh di sini deh, gue mau ngasih tau sesuatu," ucap Riski.
Alfi pun duduk di sebelahnya sambil berkata, "ada apaan sih, penting banget kayanya."

"Gue mau nembak si Mona lagi, dan kali ini gue yakin kalo dia bakal nerima gue," kata Riski dengan pedenya.
"Ki jangan gila luh, kan elu tau dia udah nolak elu, elu mau di permaluin lagi?" Kata Alfi.

"Elu tenang aja, gue yakin 100% kalo dia gak akan nolak gue lagi," ucap Riski.

"Terserah elu lah ki, tapi elu jangan sakit hati kalo dia ngomong kasar ke elu!"
"Yaudah elu ikut gue, biar elu liat pas gue nembak dia."

Riski beranjak dari tenpat duduknya menuju ke kelas yang ada di sebelahnya, Alfi pun mengikutinya karna ia hawatir Mona akan mengatak sesuatu yang buruk pada Riski.
Sesampainya di kelas Mona, Riski menghampiri Mona yang sedang memakan bekal makan siangnya, tanpa basa basi Riski langsung menyatakan perasaannya lagi.

"Mona, elu mau gak jadi pacar gue!" kata Riski.
Alfi benar-benar kaget karna Riski langsung menyatakan perasaannya tanpa melihat kondisi Mona yang sedang makan, kemudian Mona berdiri dari duduknya, Alfi mengira kalau Mona akan sangat marah namun ternyata Mona berkata kalau ia ingin menjadi pacar Riski.
"Iya ki gue mau jadi pacar elu."

Alfi merasa kebingungan, apakah Mona hanya mencoba mempermainkan Riski, namun dengan segera Mona memeluk Riski, membuat anak-anak yang ada di kelas bertepuk tangan dan bersorak, sekali lagi Alfi benar-benra merasa kebingungan.
Setalah kejadian itu Riski dan Alfi kembali ke kelas mereka, masih dengan perasaan tidak percaya Alfi mencoba menanyakan pada Riski mengapa ia bisa membuat Mona menerimanya, padahal sebelumnya jelas-jelas Mona menolak dan menghinanya.
"Ya mungkin aja dia nyesel karna nolak gue fi, jadinya dia berubah fikiran," ucap Riski.

"Kasih tips nya dong, gue juga pengen bisa diterima kalo nembak orang yang gue suka," pinta Alfi.
"Nanti deh gue kasih tips nya, gak sekarang tapi."

"Parah elu mah, gak pengen liat gue seneng apa?"

"Yaudah nanti malem gue telepon elu, gue kasih tau tips nya.

"Bener ya, awas aja lu kalo bohong mah.."
Waktu istirahat telah berakhir, mereka melanjutkan jam pelajaran, Alfi masih di buat penasaran bagaimana Riski bisa dengan mudah ya menyatakan cinta dan diterima oleh orang yang sebelumnya menolaknya.
sambil terus menggigit pulpen yang dipegang di tangannya, Alfi terus membayangkan kalau ia bisa diterima saat menyatakan cinta pada Wanita yang sangat ia kagumi, yaitu Rina yang tidak lain adalah teman sekelasnya.
Jam pelajaran selesai, terlihat di depan pintu kelas ada Mona yang sepertinya sedang menunggu Riski, di kejauahan ia melambai kan tangannya ke arah Riski, Alfi yakin kalau Mona benar-benar jatuh cinta pada Riski.
Sebelum Riski beranjak dari tempat duduknya, Alfi mengingatkannya Riski kembali.

"Riski, pokoknya gue tungguin ya, awas aja lu kalo gak ngehubungin gue!"

"Iya tenang aja, gue kasih tau caranya, nanti malem gua telepon ko, gak akan lupa gue."
Alfi pun pulang kerumahnya dengan perasaan semangat, ia terus membayangkan bisa berpacaran dengan orang yang ia suka, sesempainya di rumah, sepertinya ibu sudah berangkat ke rumah kakek, saat menuju ke dapur ada Dinda yang sedang makan di meja makan.
"Dek ibu udah berangkat?"

"Udah ka dari tadi, katanya ibu usahain pulang, kalo gak sore malem."
Alfi mengganti bajunya, kemudian ia makan di dapur sambil membayangkan apa yang Riski lakukan, walaupun cukup aneh, namun cara itu berhasil untuk Riski, dan semoga hal itu juga berhasil untuknya.
Selesai makan Alfi pergi untuk shalat Ashar dan rencananya setelah itu ia mungkin hanya akan bersantai di kamarnya, Alfi sedang tidak semangat melakukan apapun karna ia tidak sabar menunggu Riski menghubunginya.
Malam pun tiba, setelah selesai shalat maghrib, Dinda mengetuk kamar Alfi dan memberi tau kalau dia mau pergi ke masjid untuk mengaji.

"Kakak...Dinda mau ngaji dulu ya."

"Iya de...pintu depan jangan lupa di tutup lagi."
Setelah cukup lama menunggu akhirnya ada panggilan masuk dari Riski , dengan cepat Alfi mengangkatnya karna sudah tidak sabar ingint tau tips dari Riski.
"Halo ki? Gue nunungguin elu nih dari tadi."

"Yaelah gak sabaran banget lu ya."

"Yaudah kasih tau cepetan gimana caranya?"

"Elu tenang aja, tapi sebelum gue kasih tau, elu harus janji gak akan ngasih tau ke siapapun."

"Iya tenang aja, cepetan!"
Riski mulai menjelaskannya pada Alfi yang terlihat sudah sangat penasaran, namun Alfi di buat kaget karna Riski bilang kalau dia menggunakan pelet yang ia dapat dari sebuah ritual yang dia lakukan, sontak saja hal itu membuat Alfi kaget.
"Pelet? Wah gila sih elu! Ko elu berani banget sih main kaya gituan, siap yang ngajakin elu?"

"Ya abis mau gimana lagi, gue cerita ke paman gue tentang cewek yang gue suka nyakitin perasaan gue, terus paman gue ngasih tau cara itu."
Riski menjelaskan bahwa pamannya mengajaknya ke kuburan untuk melakukan sebuah ritual.
Pertama ia harus meneteskan setetes darahnya di atas tanah kuburan, kemudian Riski harus menunggu di kuburan seorang diri hingga pelet berbentuk minyak wangi keluar dari tanah yang sudah di tetesi oleh darahnya.
"Ah gila lu ya ki, serem banget, gue kira caranya wajar!"

"Ya kalo elu mau dapet apa yang elu mau, elu harus berani berkorban fi, buktinya sekarang gue bisa dapetin cewek yang gue mau, gimana elu minat gak? Nanti gue anter ngelakuin ritualnya."
"Sorry ki, kalo caranya gitu gue gak berani, lagian masuknya takut musyrik."

"Yaudah kalo elu gak mau, tapi inget pesen gue ya jangan sampe ada yang tau!"

"Iya tenang aja, gue gak akan bilang siapa-siapa."
Alfi menutup telepon nya, Alfi benar-benar tak habis fikir dengan apa yang dilakukan oleh Riski, ia rela melakukan hal itu demi seorang wanita yang dia dambakan, karna tidak mau ambil pusing Alfi mulai memejamkan matanya dan tertidur.
Tepat di pagi hari, Alfi terbangun karna adzan subuh mulai berkumandang, ia pun pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, saat hendak ke kamar mandi di dapur ada ibu yang sedang mencuci pakaian, karna ketiduran ia tak sadar kalau ibu sudah pulang tadi malam.
"Ibu pulang kapan?"

"Tadi malem dianter sama om kamu, abisnya ibu mau nginep mikirin kamu sama Dinda"
Alfi pun mengambil air wudhu dan segera Shalat, selesai shalat ia terus membayangkan apa yang Riski katakan, di lain sisi ia merasa iri karna Riski bisa berpacaran dengan seseorang yang dia suka.
Alfi mulai bersiap-diap untuk pergi ke sekolah, ia mandi dan berpakaina, tidak lupa juga merapikan buku-buku yang akan di bawa, ia pun tidak lupa memasukan baju olahraga , karna hari ini ada pelajaran olahraga.
Alfi pamit pada ibu dan segera pergi ke sekolah, sesampainya di gerbang, Alfi melihat Riski yang sedang menunggu seseoranh, Alfi pun menghampirinya dan bertanya.
"Lagi ngapain lu ki? Nungguin gue ya?"

"Idih..ngapaim gue nungguin elu! Gue lagi nungguin pacar gue."

Tak lama kemudian Mona mendekat ke arah Riski, mereka pun berjalan masuk meninggalkan Alfi sendiri.
Bel sudah berbunyi dan tadarus akan segera di mulai, sebelum tadarus di mulai anak-anak di kelas mulai membuka Al-quran, namun Riski malah memakai headset dan mendengarkan lagu, Alfi hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Riski.
Saat tadarus selesai, Riski membuka headsetnya, Alfi mendekat untuk menanyakan tentang pelet yang ia ceritakan tadi malam.
"Ki elu gak takut apa sendirian di kuburan cuma buat dapet pelet?"

"Ngga lah, kan gue fokus mikirin orang yang gue incer, jadinya gak takut, elu emang gak mau pacaran sama Rina?"
"Ya mau lah, tapi gue gak berani kalo caranya kaya gitu, eh ki kan kata elu peletnya bentuk minyak wangi, cara pakenya di semprot ke badan gitu?"

"Ngga lah, elu mau liat, kebetulan gue bawa nih."
Karna penasaran Alfi ingin sekali melihat seperti apa pelet minyak wani itu, Riski oun mengeluarkannya dari dalam tasnya, botol minyak wangi itu begitu kecil, tidak lebih besar dari jari kelingking, dan cairan yang ada di dalamnya berwarna merah pekat dan terlihat kental.
"Ko merah gitu ya fi, wanginya gimana itu?"

"Ini gak ada wanginya, lagian cara pake nya bukan buat di baju."

"Terus cara pakenya gimana?"

"Caranya elu harus tentuin dulu siapa inceran elu, terus sambil bayangin mukanya tetesin di ujung jari, abis itu di gosok kealis mta kita."
Karna rasa penasarannya semakin besar, Alfi berniat untuk mencoba menggunakan minyak wangi itu, namun Riski melarang karna pelet itu hanya bisa digunakan untuknya, dan tidak boleh di gunakan oleh orang lain.
"Ah pelit elu mah, bantuin gue dong, biar gue bisa pacaran sama Rina."

"Kata paman gue gak boleh Alfi, gue gak tau sebabnya tapi katanya itu pantangan."
Alfi berfikir kalau Riski hanya mencari alasan agar ia tidak memintanya, Alfi menjadi sangat tertarik dengan pelet itu, namun jika harus melakukan ritual yang Riski katakan, rasanya ia tak akan sanggup.
"Ki masa iya sih nyoba doang gak boleh."

"Sorry fi, itu pantangannya, gue gak berani."
Karna Riski tidak juga memberinya akhirnya Alfi menyerah untuk meminta, jam pelajaran pertama adalah olahraga, semua nya bergatian mengganti pakaian di kamar mandi, begitupun Alfi dan juga Riski.
Saat Alfi selesai mengganti pakaiannya, giliran Riski yang ke kamar mandi untuk mengganti pakaian, Alfi pun terfokus pada tas Riski, ia ingat kalau Riski menyimpan pelet parfum itu di dalam tasnya.
Terbesit di fikiran Alfi untuk memintanya secara diam-diam, karna Alfi yakin kalau alasan Riski tidak mau memberikannya karna ia sudah bersusah payah untuk mendapatkannya dan tidak ingin orang lain memakainya seenaknya.
Akirnya Alfi mengambil parfum pelet itu dari tas Riski dan mengoleskannya di tangannya, sambil mengingat apa yang di ucapkan Riski, ia mengoleskan parfum itu di alis matanya sambil membayangkan wajah orang yang ia suka.
Dengan tergesa-gesa Alfi memasukan kembali parfum itu ke dalam tas Riski, saat jam olahraga berlangsung Alfi terus menanyakan tentang parfum pelet itu.
"Eh ki, itu biasanya kalo kita pake parfum itu, berapa lama nunggu sampe efeknya bekerja?"

"Gak lama fi, biasanya langsung bekerja, tinggal deketin aja cewek yang elu suka, terus tembak deh."
"Terus pasti di terima tuh?"

"Ya iya lah, elu liat aja gua kemaren, langsung di terima kan sama Mona."

"Oh iya juga ya."

"Makanya elu kalau mau, gue anterin ke paman gue biar elu bisa ngejalanin ritualnya."

"Ngga dulu deh ki, gue masih takut."
Alfi pun mulai merencanakan untuk menyatakan perasaannya pada Rina sepulang sekolah nanti, namun ia tidak ingin ada banyak orang yang tau, makanya ia menunggu momen saat sekolah bubar.
Alfi benar-benar merasa sangat senang, karna pada akhirnya ia akan pacaran dengan orang yang sangat ia sukai.
Jam sekola pun selesai, anak-anak di kelas mukai merapikan perlengkapan mereka dan bersiap untuk pulang, kebetula jadwal piket Alfi dan Rina sama di hari itu, saat Rina sedang menyapu lantai, Alfi menghampirinya.
"Rina ada yang mau gue omongin."

"Apaan fi?"

"Gue suka sama elu, elu mau gak jadi pacar gue?"

Bukannya menjawab, wajah Rina malah terluhat kebingungan, ia terus melihat sekeliling terlihat seperti tidak nyaman.
"Aduh...gimana ya fi? Gue belum mau pacaran...kayanya gue gak bisa deh.."

Ternyata apa yang Alfi bayangkan tidak berjalan dengan baik, Alfi merasa sangat malu sekaligus kesal, karna parfum pelet itu benar-benar tidak berguna.
Di sepanjang jalan Alfi terus memikirkan penolakan dari Rina, ia sangat berharap banyak pada parfum yang Riski katakan, namun ternyata parfum itu tidak ada gunannya sama sekali.
Sesampainya di rumah Alfi langsung masuk ke kamarnya, ia bingung bagaimana caranya menghilangkan perasaan malu dari fikirannya, saat sedang berbaring di kasur ibu masuk ke kamarnya
"Alfi kamu udah pulang? Kok gak nemuin ibu."

"Alfi cape bu, lagi gak enak badan, pengen istirahat sebentar."

"Oh yaudah kalo gitu, kamu udah shalat dzuhur belum?"

"Udah bu, tadi sekolah."

"Yaudah kamu istirahat, kalo bisa sebelum Ashar bangun ya"
Alfi mencoba beristirahat sejenak untuk menenangkan fikirannya, mungkin saja fikirannya akan membaik setelah bangun nanti.
Alfi tidur selama lebih dari satu jam, ia terbangun karna mendengar usara adzan ashar berkumandang, namun Alfi merasakan pusing di kepalanya, ia berfikir mungkin karna ia tidur terlalu lama.
Alfi beranjak dari kasurnya dan mencoba meminta obat pusing pada ibu, saat keluar kamar, adzan selesai berkumandang, anehnya pusingnya juga hilang begitu saja.
Alfi tidak merasa aneh karna biasanya ia tidak pernah tidur siang, wajar saja kalau kepalanya pusing secara tiba-tiba, Alfi mengambil air wudhu untuk menunaikan shalat ashar.
Ia memasuki kamar mandi saat membasuh air di tangannya, entah mengapa air di kamar mandi terasa sangat dingin, persis seperti air es, Padahal hari itu sedang tidak hujan.
Karna tidak mau ambil pusing, Alfi memakasana untuk berwudhu walaupun air yang mengenai kulitnya terasa sangat dingin.
Selesai wudhu ia begitu menggigil, saat Alfi keluar kamar mandi ada ibu yang sedang memasak di dapur, saat ibu melihat wajah Alfi, di buat kaget karna wajahnya terlihat begitu pucat.
"Alfi kamu kenapa? Ko muka kamu pucet banget? Kamu demam ya?"

"Ngga bu, cuma kedinginan, airnya dingin banget."

"Kamu masuk angin kayanya, makanya kedinginan, yaudah kamu shalat dulu, nanti ibu bikini jahe hangat, supaya kamu gak kedinginan lagi.."
Alfi masuk kekamarnya untuk melaksanakan shalat ashar, tubuhnya masih menggigil dan kedinginan, Alfi menggelar sajadah dan memulai shalatny.
Saat membaca niat shalat semua baik-baik saja namun semakin lama Alfi merasa seperti kebingungan karna ia mulai terbata-bata membaca doa shalat.
Ia mencoba mengulangnya namun Alfi merasa seperti sulit membaca doa-doa saat Shalat, karna merasa tidak fokus akhirnya Alfi shalat dengan membaca doa di dalam hati.
Setelah selesai Alfi merasa ada yang aneh saat dia shalat tadi, rasanya seperti sulit membaca doa-doa shalat dengan suara di mulutnya, baru pertama kali ia merasakan hal seperti itu.
Dari arah dapur ibu mendekat ke arah Alfi sambil membawa gelas berisi jahe panas.

"Nih kamu minum dulu biar anget badannya."

"Iya bu makasih."

Ibu memegang kening Alfi untuk memastikan kalau dia tidak deman, namun suhu tubuhnya normal.
"Kamu gak panas tapi fi, bagus deh kamu gak demam."

"Alfi gak apa-apa bu, sehat ko."

"Terus kenapa kamu kedinginan tadi?"

"Ya emang airnya dingin banget bu, Alfi aja gak kuat pas wudhu."
Tak lama kemudian Dinda keluar dari kamarnya, ia meminta bantuan Alfi untuk membantunya menggambar karakter untuk di tempel di dinding kamarnya.
Selesai membantu adiknya membuatkan gambar, hari sudah semakin sore dan Alfi harus mandi untuk membersihkan tubuhnya, ia mengambil handuk lalu menuju ke kamar mandi.
Saat di dalam kamar mandi Alfi mecoba mencelupkan tangannya ke bak mandi untuk mengecek suhu air, saat tangannya menyentuh air, suhu air terbilang normal tidak seperti saat dia wudhu tadi, Alfi pun mulai mulai memberaihkan tubuhnya.
Selesai mandi Alfi berniat untuk langsung mengambil air wudhu karna sebentar lagi masuk waktu maghrib, ia memutar keran dan mulai membasuh tangannya namun ia begitu kaget karna air yang keluar menjadi sangat dingin seperti es batu.
Ia mencoba memasukan tangannya kembali ke bak mandi, dan secara tiba-tiba air yang ada di bak mandi pun berubah menjadi sedingin es.
Bingung dan aneh mengapa hal itu bisa terjadi, padahal saat Alfi mandi suhu air sangat normal, Alfi memaksakan mengambil air wudhu walaupun suhunya sangat dingin.
Selesai mandi dan wudhu Alfi keluar dari kamar mandi, kebetulan ibu sedang duduk di meja makan menunggu Alfi keluar dari kamar mandi.
lalu Alfi mencoba memberi tau ada hal yang aneh terjadi di kamar mandi, Alfi berusaha menjelaskannya pada Ibu tentang apa yang baru saja terjadi, karna penasaran ibu masuk ke kamar mandi untuk memeriksa suhu air.
"Coba deh ibu cekupin tangan ibu ke bak mandi, dingin banget kaya es batu." ucap Alfi.

Ibu mencelupkan tangannya namun ibu tidak merasakan kedinginan sama sekali.

"Es batu dari mana, gak dingin sama sekali."
Alfi merasa aneh mengapa ibu tidak merasa kedinginan, Alfi kembali masuk ke kamar mandi dan mencelupkan tangannya, namun suhu air berubah menjadi normal kembali.
"Alfi kamu masih kedinginan? ibu buatin jahe lagi ya."

"Gak usah bu, Alfi mau ke kamar dulu ya, mau siap-siap Shalat maghrib."
Alfi beranjak menuju ke kamarnya dengan perasaan aneh, sebenarnya apa yang terjadi, mengapa suhu air di kamar mandi bisa berubah-rubah seperti itu.
Alfi duduk di kasurnya sambik menunggu adzan maghrib, ia terus memikirkan kejadian aneh yang terjadi di kamar mandi.
Saat adzan maghrib berkumandang Alfi merasakan pusing di kepalanya, semakin fokus ia mendengarkan adzan semakin sakit kepalanya.
karna merasa ada yang tidak beres Alfi berteriak memanggil ibu karna sakit yang dirasakan di kepalanya, karna Dinda mendengar teriakan kakaknya ia masuk ke kamar Alfi untuk memeriksanya.
Dinda begitu panik melihat kakak nya sedang memegang kepalanya dan terlihat kesakitan, Dinda pun memanggil ibu yang sedang berada di kamar mandi, memberi tau kalau Alfi sedang kesakitan.
"Alfi kamu kenapa?"

"Kepala Alfi sakit bu, pusing banget rasanya."

"Yaudah kamu tiduran dulu, ibu ambil obat dulu."
Ibu keluar kamar untuk mencari obat sakit kepala, Dinda berusaha menemani Alfi yang sedang merasa kesakitan, saat adzan maghrib selesai berkumandang, sakit kepala itu hilang dengan sendirinya.
Alfi terus mencoba memastikan kalau sakit di kepalanya sudah hilang, Dinda pun di buat kebingungan karna kakaknya terlihat normal kembali, saat ibu masuk membawa obat Alfi memberi tau kalau sakit kepalanya sudah hilang.
Alfi mulai merasa ada sesuatu yang aneh sedang terjadi, ia berfikir apa mungkin ia merasakan sakit kepala saat mendengar suara adzan, karna sebelumnya saat adzan ashar pun ia merasakan pusing di kepalanya
Untuk memastikan apakah yang dia fikirkan benar, Alfi menunggu adzan isya berkumandang, apakah ia akan merasakan sakit kembali di kepalanya.
Detik-detik sebelum adzan isya berkumandang, Alfi merasa sangat ketakutan, ia takut yang dia fikirkan benar-benar terjadi,alu adzan pun berkumandang, perlahan Alfi merasakan sesuatu seperti bergerak di dalam kepalanya.
Dan benar saja ia merasakan sakit lagi di kepalanya, ia tidak memanggil siapapun karna takut membuat Ibu dan adiknya, hawatir, Alfi terus menahan rasa sakit di kepalanya selama adzan berkumandang.
Saat adzan isya selesai, sakit itu menghilang secara tiba-tiba, Ternyata benar, ada sesuatu yang salah terjadi kepadanya, Alfi merasa sangat ketakutan, mengapa ia kesakitan saat mendengar suara adzan.
Namun ia menciba tenang sejenak dan segera pergi shalat, sama seperti sebelumnya, sangat sulit membaca doa-doa shalat dengan suara yang lantang, mau tidak mau Alfi membacanya di dalam hati.
Selesai Shalat Alfi terus memikirkan kejadian aneh yang terjadi padanya, ia ingin menceritakannya pada ibu, namun Alfi yakin hal itu pasti hanya akan membuat ibu hawatir.
Alfi berusaha menyembunyikan semua kejadian aneh itu untuk sementara waktu, ia berharap semoga esok semuanya sudah kembali normal.
Sambil terus memikirkan kejadian aneh itu, ia mencoba untuk segera pergi tidur, namun sebelum ia tidur Dinda masuk ke kamarnya dan menyuruh Alfi untuk makan karna ibu sudah menyiapkan makanan
karna mengantuk Alfi menyuruh Dinda menyampaikan ke ibu kalau dia sangat mengantuk, saat Dinda keluar Alfi pun tertidur di kasurnya.
Alfi tertidur dengan nyenyaknya, namun tepat di jam 12 malam ia terbangun dengan tubuh yang berkeringat, ia merasakan panas di kamarnya sampai-sampai bajunya basah karna keringatnya.
Alfi menuju ke ruang tamu, karna ada kipas angin disana.
Alfi duduk di ruang tamu sambil menunggu suhu badannya kembali normal, ia duduk menyender pada kursi sambil menutup matanya.
Saat sudah merasa tidak kegerahan, Alfi berniat untuk kembali ke kamarnya, namun tubuhnya tidak bisa di gerakan, ia hanya bisa menggerakan matanya, bahkan untuk membuka mulut saja ia tidak bisa.
Alfi benar-benar ketakutan, ia kencoba berteriak meminta tolong namun mulutnya tidak bisa terbuka, saat ia melihat ke arah pintu kamarnya ia dibuat bingung karna pintu kamarnya menutup dengan sendirinya.
kemudian gagang pintu mulai bergerak, seperti ada orang yang mencoba membuka kembali pintu kamarnya yang tertutup.
Perlahan pintu terbuka, ia melihat di balik pintu ada sosok mahkuk yang semua bagian tubuhnya tertutup oleh rambut yang menjuntai sampai ke lantai.
Alfi semakin ketakutan, ia terus berusaha menggerakan badannya, mahluk itu perlahan berjalan keluar dari kamar, dimana sosok menyeramkan itu terlihat semakin jelas.
Alfi pun menutup matanya karna ia sangat ketakutan melihat sosok itu, saat memejamkan matanya ia mendengar suara ibu memanggil namanya.
ia membuka mata, ibu ada di sebelahnya dan mencoba membangunkannya, pada akhirnya Alfi bisa menggerakan tubuhnya kembali.

"Kamu ngapain tidur di sini?"
Dengan suara yang masih gemetaran Alfi berusaha menceritakan apa yang ia lihat, "Bu tadi Alfi gak bisa gerakin badan, terus ada sesuatu keluar dari kamar, serem banget."
"Kamu ketindihan kayanya, udah shalat isya belum?"

"Alfi takut bu, mahluk yang Alfi liat serem banget."
Karna masih malam, ibu menyuruh Aldi untuk kembali tidur, karna membahas hal itu di malam hari membuat ibu sedikit ketakutan.
Walau masih merasa ketakutan, Alfi mencoba kembali ke kamarnya, sambil terus melihat sekeliling kamarnya, ia terus mencoba berfikir positif kalau yang terjadi padanya tidaklah nyata, sampai akhirnya ia kembali mengantuk dan tertidur.
Tepat saat adzan subuh berkumandang, Alfi bangun dari tidurnya dengan kepala yang kesakitan, ia bangun dari kasurnya dan terus memegang kepalanya.
Alfi pun menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya, saat itu juga sakit itu menghilang, saat ia membuka telinganya lagi, rasa sakit itu kembali menyerang kepalanya.
Alfi mulai merasa bingung, mengapa suara adzan membuat kepalanya kesakitan, setelah adzan subuh selesai, ia keluar kamarnya untuk mengambil air wudhu.
Saat akan masuk ke kamar mandi Alfi mencoba mengecek suhu air yang ada di bak mandi, ia mencelupkan tanggannya, suhu air memang dingin namun itu masih normal, Alfi menyalakan keran air untuk wudhu, dan sekali lagi suhu air yang keluar terasa sedingin es.
Alfi pun mulai menyimpulkan kalau suhu air menjadi dingin saat ia akan mengambil air wudhu, begitupun saat shalat, rasanya sangat sulit saat harus membaca doa dengan lantang.
Sesudah shalat subuh, Alfi terus memikirkan kejadian aneh yang terjadi sejak kemarin, Alfi sangat ingin menceritakan hal ini pada ibu, namun ia takut membuat ibu hawatir, maka dari itu Alfi akan mencoba menyimpan rahasia ini sementara waktu.
Alfi mulai bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, ia pamit pada ibu dan langsung pergi.

Sesampainya di sekolah, Alfi melihat Riski yang sedang berdiri di depan gerbang sekolah, sepertinya ia sedang menunggu Mona datang.
"Riski? Nungguin Mona ya"

"Ngga gue nunggun elu, gue mau cerita nih."

"Cerita apaan?"

"Tiba-tiba Mona mutusin gue."
Riski mulai menceritakan bahwa sejak kemarin sifat Mona tiba-tiba berubah, dan malamnya Mona memutuskan hubungannya dengan Riski tanpa alasan yang jelas, padahal pamannya bilang kalau efek pelet itu akan bertahan selamanya.
Riski mulai sadar kalau ia melakukan hal yang kurang baik demi mendapatkan seorang wanita, saat ini fikirannya lebih lega dan tenanh, mereka pun masuk ke kelas karna bel masuk sudah berbunyi menandakan kegiatan tadarus akan segera di mulai.
Saat semua siswa sudah siap membacakan Ayat suci, seperti biasa Riski memakai headset dan mendengarkan lagu, Alfi berfikir mungkin Riski sudah kebiasaan melakukan itu.
Alfi membuka lembaran Al-quran namun hal aneh terjadi, tangannya bergetar dengan sangat hebat, saat semua serentak membacakan ayat suci secara bersamaan, Alfi merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya.
Alfi berusaha menahannya namun lantunan ayat yang dibacakan membuatnya tidak sanggup menahan rasa sakit di kepalanya hingga ia terjatuh ke lantai.
Karna kejadian itu teman-temannya mendekat dan berusaha membantu Alfi, begitupun Riski yang mendekat pada Alfi, kemudian Alfi di bawa ke ruang uks agar ia bisa beristirahat.
Di ruang uks, Riski menemaninya, Riski mulai menanyakan apa yang terjadi pada Alfi, disitulah Alfi mulai menceritakan kejadian aneh yang terjadi kepadanya sejak kemarin, mulai dari suara adzan yang membuat kepalanya sakit, hingga air yang tiba-tiba berubah menjadi dingin.
Riski terdiam mendengar apa yang Alfi ceritakan, kemudian dengan tatapan tajam Riski bertanya.

"Andy, jawab yang jujur, apa elu pake minya pelet gua?"p
Alfi begitu bingung mengapa tiba-tiba Riski bisa tau kalau Alfi memakai parfum peletnya, pada akhirnya Alfi jujur kalau dia memakainya untuk mencoba mendekati Rina.
"Alfi! Kan gue udah bilang, parfum itu gak boleh di pake selain sama orang yang ngelakuin ritualnya, pantes aja Mona berubah dan mutusin gue!"
"Sorry ki, gue cuma penasaran aja, gue juga kan pengen pacaran sama Rina."

"Alfi sekarang gue yakin, kejadian aneh yang elu alamin itu karna pengaruh dari parfum pelet itu, gue gak begitu ngerti tapi kayanya elu dalam bahaya."
"Maksud elu bahaya gimana?"

"Soalnya paman gue bilang, kalo sampe parfum itu di pake sama yang bukan pemiliknya, bakal ada hal yang buruk nimpa orang itu."
"Hal buruk kaya apa ki? Elu jangan nakut-nakutin gue dong!"

"Gue belum tau ki, nanti gu coba tanya paman gue, pokoknya buat sekarang elu harus hati-hati."
Alfi mulai sadar kalau kejadian aneh kemarin terjadi setelah ia memakai parfum pelet milik Riski, Sekarang Alfi merasa sangat hawatir tentang hal buruk yang Riski bilang.

Karna merasa tidak enak badan, Alfi memutuskan untuk izin pulang agar ia bisa beristirahat di rumah.
sesampainya di rumah hanya ada Dinda di rumah, Dinda memberi tau Alfi kalau ibu di jemput karna kakek sakit lagi, dan kemungkinan ibu akan pulang malam.
Sebenarnya Alfi berniat menceritakan kejadian aneh yang dia alami pada ibu, namun sayangnya ibu sudah pergi ke rumah kakek.
Alfi masuk ke kamarnya dan berbaring dj kasurnya, ia merasa menyesal mengapa ia memakai parfum pelet milik Riski, ia tak pernah mengira kalau hal itu membuat dia merasakan banyak keanehan.
Alfi terus berbaring di kasur hingga tak sadar adzan dzuhur mulai berkumandang dan sakit di kepalanya mulai terasa lagi, Alfi bergegas mengambil sebuah headset agar ia tidak mendengar suara adzan, ia mendengarkan lagu dengan suara sangat keras, sakit di kepalanya pun hilang.
Setelah adzan selesai, Alfi mulai merasakan tidak nyaman karna sakit yang benar-benar menyiksanya, ia bingung harus menceritakan masalah ini pada siapa.
Alfi pun bergegas untuk mengambil air wudhu, saat beranjak dari kasurnya tubuhnya tiba-tiba menjadi kaku, tidak bisa di gerakan sama sekali, persis seperti tadi malam.
Ia mencoba menggerakan tubuhnya namun semua itu sia-sia, Alfi berusaha berteriak untuk meminta tolong, kemudian seseorang membuka pintu kamarnya.
Alfi mengira kalau utu adiknya namun perlahan sesosok mahkuk dengan rambut panjang yang ia lihat tadi malam muncul dan masuk ke kamarnya, ia berjalan mendekat ke arah Alfi membuatnya sangat ketakutan.
Alfi memejamkan matanya sambil terus membaca doa-doa di dalam hati ya, ia pun mencoba membuka matanya namun ia dikagetkan karna sosok wajah dengan kulit berwarna hitam sedang melihat ke arahnya.
Alfi berusaha menggerakan badannya hingga pada akhirnya ia bisa menggerakan tubuhnya, ia lari keluar dari kamarnya sambil berteriak.
Mendengar teriakan yang sangat keras, Dinda mendekat pada Alfi yang sedang sangat ketakutan.

"Kakak kenapa?"

"Dek ada hantu! ada hantu!"
Karna Dinda juga merasa ketakutan, mereka pun pergi keluar dari rumah, saat membuka pintu untuk keluar Alfi di buat kaget karna hari sudah gelap, hal itu aneh karna hari masih siang dan adzan zuhur baru berkumandang.
"Dek ko udah malem gini?"

"Ya kan emang udah malem ka, ini udah jam 8."

"Apa? Bukannya tadi masih siang, tadi baru aja kakak denger adzan dzuhur."
"Kakak kayanya mimpi kali liat hantunya, soalnya kakak dari pulang sekolah tadi tidur, sampe malem kaya gini, aku udah coba bangunin tapi kakak gak bangun-bangun."
Alfi benar-benar merasa semuamya semakin aneh, hal ini memang sudah tidak wajar, ada sesuatu yang salah sedang terjadi.

"Kayanya kakak cuma mimpi de, maaf ya ngagetin."
Mereka pun kembali masuk ke dalam rumah, Alfi merasakan ketakutan yang luar biasa, bagimana mungkin iya bisa tidur secara tidak sadar, dimana hari sudah malam.
Alfi mencoba mengambil air widhu untuk memulai shalat isya, ia berdiri dan berjalan ke luar dari kamarnya, saat hendak membuka pintu, tubuhnya kembali membatu, ia tidak bisa menggerakan tubuhnya lagi.
Alfi terus menatap sekeliling dan saat ia melihat kebawah ia dikagetkan dengan sosok wanita yang mempunyai enam tangan, sosok menyeramkan tidak memiliki tubuh bagian bawah, dar pinggang hingga ke kaki.
Dalam keadaan kaku Alfi hanya bisa menangis karna takut dengan sosok menyeramkan itu, sosok menyeramkan itu merayap di lantai dengan ke enam kakinya, sosok itu juga bisa menempel di dinding, terlihar sepeti laba-laba manusia.
Alfi terus menangis mencoba meminta bantuan, perlahan sosok menyeramkan itu melihat ke arah Alfi, kemudian ia merayap ke arah Alfi hingga mahluk itu berada tepat di bawah kaki Alfi.
Perlahan sosok menyeramkan itu merayap di tubuh Alfi dan mendekatkan wajah menyeramkannya persisi di depan muka Alfi, Alfi hanya bisa memejamkan matanya sambil terus menangis karna ketakutan, ia bisa merasakan ke enam tangan mahluk itu menempel di tubuhnya.
Tak lama kemudian ibu sudah kembali dari rumah kakek, ibu membuka pintu dan saat melihat ke kamar Alfi ibu begitu kaget melihat Alfi yang sedang berdiri dengan wajah yang sangat pucat, ibu menghampirinya dan bertanya..
"Alfi kamu kenapa."

Ibu sadar kalau Alfi sedang tidak baik-baik saja, saat ibu memegang tubuhnya, semuanya terasa sangat kaku dan keras, ibu yang panik memanggil Dinda untuk meminta bantuan.
Alfi sangat ingin berteriak saat ibu ada di depannya, namun ia tidak bisa melakukannya, pada akhirnya saat ia berhasil mengendalikan tubuhnya lagi, ia menangis dan memeluk ibu karna ketakutan.
"Ibu, Alfi takut bu. Tolong Alfi!!"

"Kamu tenang dulu, ya Allah, kamu kenapa sih, ko bisa kaya gini!"
Ibu mambawa Alfi ke ruang tamu untuk menenangkannya, lalu Dinda kembali bersama beberapa orang yang datang untuk membantu, disitu Alfi mulai terbuka dan mencoba menceritakan semua pada ibu tentang kejadian aneh yang terjadi kepadanya.
Mendengar apa yang Alfi ceritakan, ibu sangat kesal karna Alfi bermain-main dengan hal yang musyrik, namun Alfi menyesali perbuatannya, sekarang ibu mencari cara agar Alfi tidak merasakan ketakutan lagi.
"Dinda coba kamu kerumah Ustad Ridwan, bilang kalo ibu butuh bantuan dia secepatnya."
Dinda pergi ke rumah Ustad Ridwan yang jaraknya tidak terlalu jauh daru rumahnya, beberapa menit kemudian Dinda kembali bersama Ustad Ridwan bersamanya.
Ibu menyambut pak Ustad Ridwan dan menceritakan apa yang terjadi pada Alfi, kemudian Ustad Ridwan mendekat ke arah Alfi dan mulai menanyakan beberapa hal.
Alfi menjawab semua dengan sejujurnya karna ia benar-benar merasa takut dan tidak ada yang harus di sembunyika lagi jika ia ingin semuanya normal kembali.
Kemudian pak ustad mendekatkan mulutnya ke telinga Alfi, lalu pak ustad adzan tepat di depan telinga Alfi, sontak saja Alfi merasak sakit yang lebih parah dar sebelumnya, kepalanya terasa ditekan dengan sangat kuat, ibu dan dinda benar-benar ketakutan meliha Alfi.
Setelah selesai azab di telinga Alfi, pak ustad yakin ada jin yang sangat jahat yang sedang menghuni tubuh Alfi, kemudian pak ustad mencoba menerawang masuk ke dalam fikiran Alfi, untuk berkomunikasi dengan jin yang ada di tubuhnya.
Pak Ustad Ridwan memegang kepala Alfi dan memejamkan matanya, secara tiba-tiba listrik padam selama beberapa menit, kemudian menyala kembali.
"Saya sudah berkomunikasi dengan jin yang ada di dalam tubuh Alfi."

"Lalu bagaimana pak ustad? Apakah Alfi sudah terbebas dari jin itu?"
Pak ustad mulai menjelaskan kalau apa yang Alfi lakukan adalah sebuah kesalahan besar, karna pada dasarnya seseorang yang mempunyai pelet adalah mereka yang membuat sebuah perjanjian dengan jin.
Membentuk suatu ikatan antara si pengguna dengan sosok jin agar sama-sama di untungkan, tujuannya adalah agar si jin membantu si pengguna pelet mencapai tujuannya, dan si pengguna pelet akan menjadi budak jin saat ia mati nanti.
Namun kasus yang terjadi pada Alfi berbeda, karna Alfi tidak memiliki perjanjian dan ikatan dengan jin, saat ia menggunakan pelet itu, maka dengan mudah jin bisa menguasai tubuhnya karna Alfi tidak memiliki ikatan dan perjanjian sebelumnya.
"Biasanya kasus seperti ini membuat jin punya kendali penuh terhadap tubuh seseorang yang ia singgahi, maka dari itu Alfi merasakan hal-hal aneh saat dia melakukan kewajibannya beribadah."
"Terus pak ustad, gimana caranya supaya Alfi bisa terbebas dari jin itu?"

Pak ustad punya suatu cara, namun semuanya harus di lakukan malam itu jug, karna jika dibiarkan semakin lama, jin itu akan semakin sulit di keluarkan.
Pak ustad meminta izin untuk mencukur habis rambut yang ada di kepala Alfi, namun pak ustad meminta agar rambut Alfi di kumpulkan dan dibalut dengan kain berwarna putih, ibu mengambil sebuat gunting dan pencukur lalu mulai memotong semua rambut Alfi.
setelah selesai Dinda mengumpulkan rambut itu dan meletakannya di sebuah kain berwarna putih yang kemudian di ikat oleh pak ustad, setelah itu pak ustad meminta izin untuk membaca surat yasin di kamar Alfi dan meminta segelas air putih.
Setelah selesai mencukur habis rambut Alfi, pak ustad menyuruh Alfi untuk duduk di ruang tamu, pak istad terus memegang kain putih berisi rambut Alfi, kemudian Alfi di suruh meminum air yang sudah dibacakan surat yasin oleh pak ustad.
"Alfi kamu minum air ini, gimana pun rasanya kamu harus tetap meminumnya."

Alfi mendekatkan gelas itu ke bibirnya, belum sempat ia minum, air putih itu tercium sangat menyengat, baunya busuk dan sangat menyengat.
"Pak ustad airnya bau banget, saya gak kuat."

"Alfi saya sudah bilang, paksakan! Kalau kamu ingin normal kembali dengarkan kata saya."
Dengan sangat terpaksa Alfi meminum air itu sambil mencoba menahan nafasnya, namun saat air masuk ke tenggorokannya, rasanya benar-benar tidak enak, pahit dan tajam, tenggorokannya terasa panas.
"Pak ustad tenggorokan saya sakit banget, kaya mau kebakar."

"Alfi paksakan! Kamu harus melawan kendali jin itu."
Walaupun merasakan sakit luar biasa saat meminum air itu, Alfi terus berusaha meminumnya sampai air itu benar-benar habis.

"Alfi baca syahadat secara terus menerus."
Alfi mengikuti apa yang pak ustad katakan, saat akan membuka mulutnya, tubuhnya kembali menjadi kaku, ia tidak bisa menggerakan badannya.
Ibu sangat panik melihat Alfi yang melotot dan tubuhnya sangat keras, namun pak ustad melarang ibu untuk mendekat, pak ustad menatap mata Alfi sambil terus menyuruhnya untuk membaca Syahadat di dalam hatinya.
Aldi terus berusaha membaca Syahadat di dalam hatinya, namun ia dibuat kaget karna sosok wanita bertangan enam muncul di dinding, merayak dilangit-langit terus melihat ke arah Alfi.
Belum lagi sosok wanita berambut panjang juga berdiri tepat di hadapannya, namun Alfi terus membaca Syahadat di dalam hatinya dengan penuh keyakinan.
Perlahan kedua sosok mahluk menyeramkan itu berubah menjadi asap, dan tersedot ke arah tangan pak ustad yang memegang kain putih berisi rambut Alfi.
Ibu dan Dinda pun bisa melihat asap itu seperi terhisap ke dalam kain putih yang di pegang pak ustad, perlahan tubuh Alfi normal kembali, ia bisa menggerakan tubuhnya.
Setelah itu pak ustad melempar Kain outih itu ke lantai, namun ibu dan Dinda dibuat kebingungan karna kain putih itu berubah warna menjadi merah pekat.
Pak ustad meminta korek api dan sebatang lidi, ibu memberikannya dan pak ustad mematik korek lalu membakar lidi itu, api dari lidi itu di gunakan untuk membakar kain yang berisi rambut Alfi, seketika api berkobar membakar kain itu dengan sangat cepat.
Anehnya asap yang ditimbulkan dari pembakaran kain itu berwarna hitam dan asal itu mengarah ke atas dengan sangat stabil, padahal angin bertiup cukup kencang untuk menggerakan asap itu.

Pak ustad kembali masuk ke dalam sambil mengatakan, "Alhamdulillah, jin itu udah pergi"
untuk memastikannya, pak ustad menyuruh Alfi duduk, lalu pak ustad mencoba kembali adzan di telinga Alfi, awalnya Alfi merasa hawatir kalau ia kan merasak kesakitan lagi di kepalanya, namun saat adzan di
kumandangkan ia tidak merasakan apapun.
Alfi sangat senang karna pada akhirnya ia bisa normal lagi, ibu pun merasa lega karna anaknya sudah tidak di ganggu oleh jin lagi.
Pak ustad pun pamit untuk pulang karna hari sudah sangat larut, sebelum pulang pak ustad mengingatkan untuk tidak melakukan atau mencoba menuju ke musyrikan.
karna jin itu licik, walau ia memberikan seseorang kemudahan namun ia punya maksud jahat di balik semua itu.

Ibu mengantar Alfi ke kamarnya, karna masih merasa sedikit takut, akhirnya Ibu dan Dinda tidur bersama Alfi di kamarnya.
Saat adzan subuh berkumandang, Aldi bangun dengan perasaan yang sangat lega karna ia tida merasakan sakit lagi saat mendengar kumandang Adzan, ia pergi mengambil air wudhu kemudian melaksanakan shalat subuh.
Alfi merasa sangat bersyukur karna masih di beri kesempatan untuk bisa beribadah tanpa ada halangan, biarlah yang terjadi menjadi pengalaman agar ia tidak melangkah ke jalan yang salah.
Alfi pun mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, sesampainya di gerbang sekolah ia tidak melihat Riski yang biasanya menunggunya di depan gerbang, karna bel masuk sudah berbunyi Alfi segera masuk, sepertinya Riski tidak masuk sekolah hari ini.
Sebelum tadarusan di mulai, ada pengumuman yang disampaikan bahwa salah seorang siswa telah meninggal dunia tadi malam, saat di sebutkan namanya, Alfi begitu kaget dan tak percaya karna ternyata siswa yang meninggal itu adalah Riski.
Alfi sangat terpukul dan tak percaya sehabatnya meninggal dunia, menurut kabar yang beredar, Riski meninggal karna penyakit paru-parunya, Alfi berniat untuk melayak ke rumah Riski sepulang sekolah nanti.
Sesempainya di rumah Riski, Alfi melihat tidak terlalu banyak orang disana, dan sepertinya Riski juga sudah di kebumikan, Alfi melihat ibu dari Riski, ia menghampirinya dan menyampaikan rasa belasungkawanya.
Selesai berbincang dengan ibu nya Riski, Alfi melihat ada Mona disana yang terlihat sedang duduk sendirian, Alfi menghampirinya dan berbincang dengannya.
Mona mengatakan kalau sebelum Riski meninggal, Riski menghubunginya untuk meminta maaf, namun tiba-tiba Mona hanya mendengar suara teriakan kesakitan dari Riski.
Alfi merasa sangat penasaran apa yang membuat Riski meninggal, kebetulan disitu ada adik dari Riski yang sedang membawa air mineral.
Alfi menghampirinya dan menanyakan apa yang terjadi pada Riski, walau awalnya adik Riski tidak mau menberi taunya, namunAlfi meyakinkannya kalau Riski adalah sehabat baiknya dan Alfi tidak akan memberi tau orang-orang apa yang terjadi.
Adik Riski pun percaya pada Alfi dan mulai memberi tau penyebab kematian kakaknya, namun apa yang di beritaukan adik Riski terdengar tidak masuk akal, namun dia bersumpah kalau ia tidak bohong dan melihatnya secara langsung.
"TUBUH KA RIZKY HANGUS KARNA TERBAKAR SECARA TIBA-TIBA"

-Tamat-

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with BAGIR ALAYDRUS

BAGIR ALAYDRUS Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @Bagirals

Jun 11, 2022
"GERBANG PEMBATAS"

"Jangan biarkan gerbang terbuka, atau kegelapan akan datang menghancurkan"

#ceritaserem #bacahoror #bacahorror @bacahorror @IDN_Horor @ceritaht Image
Semenjak pandemi melanda, banyak orang yang merasakan perbedaan dalam hidup mereka, hal ini pula yang dirasakan banyak anak muda yang biasanya menginginkan kebebasan untuk kesenangan mereka
Hal ini pula yang terjadi pada seorang anak bernama keisha, dua tahun terakhir ini menjadi pengalaman hidup paling membosankan baginya
Read 317 tweets
Jun 2, 2022
"Teman Baru"

(Based on a true story)

#ceritaserem #bacahoror #bacahorror @bacahorror @idn_horor @ceritaht
sepasang suami istri dengan anak perempuannya yang berusia 3 tahun memutuskan buat pindah ke wilayah perkampungan, alasan mereka pindah karna mereka mau suasan baru yang tenang dan jauh dari keramaian
anak mereka yang bernama zee ini terbilang sangat cerdas untuk anak seumurannya, si zee ini terkenal aktif dan banyak bicara, anak ini juga mudah beradaptasi dengan lingkungan barunya, baru 3 hari zee tinggal di sana, dia tuh udah punya banyak temen di sekitar rumahnya.
Read 79 tweets
Dec 20, 2019
"Desa Jari Kelingking"
Horror story
(Revisi)

#ceritahoror #bacahorror #threadhorror @bacahorror
Tidak terasa ayah sudah hampir 3 tahun meninggal kan aku dan keluargaku.
namaku Tara ardiga umurku 21 tahun,sekarang aku tinggal dengan ibu dan adik ku tio ardia yang berusia 13 tahun.
Semenjak ayah pergi ibu membanting tulang untuk menghidupi kami
Adiku duduk di bangku smp dan aku duduk di bangku kuliah semester 4,sebenarnya aku memeilih untuk bekerja membantu ibu,namun ibu melarangku dan ibu ingin melihatku sukses agar saat ibu tidak ada lagi di dunia aku bisa beryanggung jawab dengan adik ku
Read 129 tweets
Dec 19, 2019
"Danau Belenggu"
Horror story

#bacahorror @bacahorror #threadhorror
Libur akhir tahun sudah tiba!!!!
Momen yang paling di tunggu oleh semua orang,begitu juga aku dan keluargaku.
Liburan tahun ini kami akan melakukan perjalanan ke kampung ayah,pada awalnya aku tidak setuju namun ayah bilang disana banyak pemandangan indah dan suasananya sejuk
Tanpa fikir panjang akupun setuju dengan rencana ayah,jika tidak hujan kami akan pergi besok pagi.
"Fikri,kamu bantu bunda dulu ya beresin baju2 kamu" ucap bunda

"Oke bunda" sahutku

"Kamu bawa baju secukupnya aja,kita gak akan lama ko di sana" ucap bunda
Read 102 tweets
Dec 13, 2019
"Pecinta Tak nyata"
True story

@bacahorror #bacahoror #bacahorror #threadhorror
Desember
Bukan yang sangat identik dengan musim hujan,hampir setiap hari hujan turun dan jujur aku benar2 malas jika hujan turun di pagi hari,membuatku ingin terus bermalas2an di kasur sampai aku benar2 bosan di atas kasur.
Tak lama nenek memanggilku
"Tina bangun...kamu kesiangan cepet" nenek memanggil
Lalu dengan malasnya aku turun dari kasurku yang sangat nyaman menuju kamar mandi,lalu nenek sedang menyiapkan sarapan untuk aku dan kakak ku,aku heran nenek benar2 tak merasa dingin sedikitpun
Read 97 tweets
Dec 4, 2019
"Kamar Kakek"
True story

@bacahorror #bacahorror #threadhorror
Di malam yang tenang saat jangrik bernyanyi dengan indahnya,rumah terasa begitu tenang,dari kejauhan terdengar suara ayah yang sedang tertawa menontong acara kesukaannya
Karna haus aku beranjak dari kasurku dan menuju ke dapur untuk mengambil segelas air, ternyata di dapur ada bunda yang sedang mencuci piring,bunda bertanya pada ku mengapa aku belum tidur,lalu aku bilang pada bunda bahwa aku kehausan,sampai2 aku tidak bisa tidur
Read 133 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(