Tiba-tiba isu keterlibatan SBY pada penyerbuan kantor pusat PDI di Diponegoro 58 pada 27 Juli 1996 kembali mencuat.
Politisi senior yang tak tahu makna seni komunikasi keceplos omongannya sendiri. Benny K Harman mencuitkan isi kepalanya bahwa Jokowi bukan tokoh yg pada saat gerakan reformasi ikut aktif menumbangkan rezim lama dan menyusun tata dunia politik baru, menuai polemik.
Bukan keterlibatan SBY pada reformasi ramai diperbincangkan, data lama bahwa mantan Kasdam Jaya itu dianggap bertanggung jawab pada peristiwa itu justru kembali diungkit.
"Emang ada data atas itu semua?"
Dokumen dari Laporan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia pernah menyebut adanya pertemuan tanggal 24 Juli 1996 di Kodam Jaya yang dipimpin oleh Kasdam Jaya Brigjen Susilo Bambang Yudhoyono.
Berdasar dari rapat itu, Komnas Ham menduga bahwa Kasdam Jaya telah menggerakkan pasukan pemukul Kodam Jaya, yaitu Brigade Infanteri 1/Jaya Sakti/Pengamanan Ibu Kota.
Seperti tercatat pada dokumen tersebut, rekaman pada video peristiwa itu mempertunjukkan hadirnya pasukan yang diperkirakan berasal dari Batalyon Infanteri 201/Jaya Yudha menyerbu dengan menyamar seolah-olah massa dari PDI pro-Kongres Medan.
Fakta yang hampir serupa juga terungkap dalam dokumen Paparan Polri tentang Hasil Penyidikan Kasus 27 Juli 1996, di Komisi I dan II DPR RI, 26 Juni 2000.
Katanya, kerusuhan itu mengakibatkan lima orang tewas, 149 orang luka, dan 23 orang hilang. Adapun kerugian materiil diperkirakan mencapai Rp 100 miliar.
"Kalau benar terlibat, kenapa malah justru jadi menterinya bu Mega?"
Bukan cuma itu, bahkan saat Sutiyoso akan menjadi Kepala Bin pun, tak ada banyak perdebatan. Sutiyoso yang saat kerusuhan itu sebagai Pangdam sekaligus atasan SBY justru diangkat jadi Ketua BIN. Padahal, itu untuk jabatan tahun 2015-2016 dimana saat PDIP justru berkuasa.
Konon Pangab saat itu yakni Jenderal Feisal Tanjung pernah akan digugat namun tak pernah ada kabar lagi.
Politik memang membingungkan.
"Jadi, siapakah sih penjahat sebenarnya dalam peristiwa itu?"
Bila keputusan sebuah pengadilan adalah fakta hukum itu sendiri, bisa jadi Budiman Sudjatmiko dan kawan kawan adalah para penjahatnya. Fakta bahwa mereka secara bersama divonis antara 1,5 hingga 12 tahun (kecuali Budiman 13 tahun) penjara, adalah buktinya.
Terkait bagaimana logika harus dibangun dengan fakta bahwa pihak yang diserang justru yang DITUDUH jadi penjahat dan dipenjara, itulah hebatnya pak Harto. Tak ada yang mustahil baginya.
Itu hanya perlu dimulai dengan sebuah prakata singkat. Beliau hanya perlu bersabda dengan kata kunci "setan gundul", dan itu adalah tanda bagi para bawahannya untuk mengeluarkan SENJATA PAMUNGKAS "SETAN PKI".
Sama dengan kondisi bahwa tak perlu dibutuhkan hadirnya sebuah fakta bahwa setan itu ada, tersematnya predikat PKI pada siapapun itu kelak, tak lagi butuh bukti untuk boleh dan dapat langsung dilibas.
Dan benar hal itu terjadi.
Kepada Soerjadi, Ketua Umum DPP PDI versi Medan dan kawan-kawannya, Soeharto mengatakan agar mewaspadai setan-setan gundul yang ikut bermain dalam kemelut PDI saat mereka menghadap Presiden.
"Maksudnya?"
Pada sosok muda yang berhasil membuatnya murka, dihadapan anak buahnya pak Harto bersabda ; "PRD itu apa? Setan gundul, organisasi tanpa bentuk yang sekarang sudah menampakkan diri.”
Dan maka, Budiman dan kawan-kawan langsung menjadi setan gundul yg tak perlu lagi butuh bukti salah atau benar. Pokoknya, dia harus dihajar. Tak butuh waktu lama, PRD distempel sebagai PKI & Budiman layak untuk ditembak di tempat menjadi legal saat itu juga.
Luar biasa bukan?😉
Anehnya, hari ini, bahkan setelah 24 tahun berlalu sejak beliau lengser, jurus menghadirkan setan PKI masih sering digunakan oleh kelompok itu.
Mereka masih berhalusinasi bahwa dengan menyematkan predikat itu pada seseorang misalnya, mereka boleh berbuat sesuka hati. Mereka merasa masih punya legalitas.
.
.
"Bukankah Budiman & kawan kawan sudah mendapat amnesti dari Presiden Abdurahman Wahid? Trus, siapa sosok yg harus dipersalahkan terkait peristiwa itu?"
Seperti biasa, kambing hitam adlh jawaban paling mudah. Bahwa hal itu masuk akal atau tidak, itu masalah nanti.
"Lah koq?"
Adakah seseorang yang entah datang dari mana dan simsalabim tiba-tiba saja hadir tanpa tanda apapun pantas memanggul beban itu?
Seorang buruh bernama Jonathan Marpaung dihukum 2 bulan 10 hari. Dia dianggap terbukti mengerahkan massa dan melempar batu ke Kantor PDI.
Sudah hanya itu…. Layar panggung langsung ditutup tak peduli pantas atau tidak pertunjukan itu. Tak peduli masuk akal atau tidak seorang buruh mampu melakukan semua itu. Pokoknya TUTUP!!
"Jadi, cuitan Benny justru blunder?"
Kan sudah dibilang pokoknya TUTUP, sudah dong..!! 😡
Dalam seketika, dia justru membuka luka lama. Padahal di sisi lain, luka lama dalam rupa Angelina Sondakh baru saja terbuka. Belum luka akibat Anas Urbaningrum yang tak lama lagi pasti terbuka. Itu luka sangat serius loh pak….
Tuh kaann.., jadi mblandang kaannn…🤦?
Pokoknya TUTUP!!
.
.
.
__________
Ilustrasi diambil dari mana - mana
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Bila ini babak baru, ini bukan babak yang baik. Demi hal yang lebih besar, ada baiknya Ukraina tak perlu melanjutkan babak ini. Suriah pernah mengalami.
Baru-baru ini, Al Mayadeen memberitakan bahwa ada sekitar 450 ekstremis Arab dan warga negara asing telah tiba di Ukraina dari Idlib untuk berperang melawan pasukan Rusia di Ukraina. Melewati Turki, konon mereka butuh waktu tiga hari sejak meninggalkan Suriah.
Sekitar 300 pejuang ini adalah warga negara Suriah yang berasal dari pedesaan Idlib dan Aleppo, sementara 150 lainnya adalah warga negara Belgia, Prancis, Cina, Maroko, Tunisia, Chechnya, dan Inggris.
Perang berkepanjangan di Ukraina dan melibatkan banyak pihak hanya akan membuat kita makin sulit. Belum kita berbicara embargo dunia pada Rusia sebagai penghasil minyak terbesar di dunia.
Eropa barat gelap gulita, bukan mitos yang harus dibuktikan. Itu berbahaya.
Bila perkara itu bahkan telah sampai pada dapur anda, itu hanya salah satu bukti bahwa perang ribuan kilometer dari rumah anda tersebut ternyata benar adanya telah memberi dampak.
Minyak goreng yang tiba-tiba langka dan membuat anda kesulitan masak, itu bukan tak ada kaitannya dengan perang itu.
Terlalu lama sudah mereka bersembunyi dalam dalih, "ADA YANG TIMBUN".
Luar biasa dukungan netizen agar amuk tak terjadi. Ruang dapur yang jarang sekali mau menyisakan jeda, untuk sesaat dapat tersandera dalam ruang debat di media sosial.
Ketika pertanyaanya sampai kapan, harga BBM justru telah antri dan berdiri pada urutan paling depan dalam saling desak mendesak.
Percaya atau tidak, desakan itu konon terlalu kuat. Dan pemerintah tak mungkin mampu berlama lama menanggung beban dalam rupa subsidi.
Akankah kusut minyak goreng tak juga segera terurai dan langka BBM akan turut memberi kusut?
Anehnya, para pembantu Presiden ini justru sibuk kasak kusuk untuk mencari celah bagaimana memperpanjang jabatan Presiden.
SIAPA BILANG SOEKARNO-HATTA TAK TERLIBAT PADA SO 1 MARET 1949?
.
.
.
Fatal, bila peran Soeharto dihilangkan dalam Keppres No 2 Tahun 2022. Apalagi saat berbicara terkait Serangan Umum 1 Maret. Itu kata para penggemar film janur kuning …
Penggemar film Janur Kuning dijamin akan marah. Bagi mereka, siapa sosok paling berperan dalam peristiwa itu sudah CLEAR.
Di sisi lain, kenapa peran PDRI tak disebut dan jabatan Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Menteri Pertahanan harus diungkap, jelas adalah sebuah kesalahan. Itu juga mereka teriakan.
SOEHARTO BUKAN ARSITEK DIA KOMANDAN TEMPUR “SERANGAN OEMOEM 1 MARET 1949”
.
.
.
-Utas panjang-
Bisa jadi, Fadli Zon adalah korban hoax. Kebohongan yg diceritakan terus & terus & kemudian seolah menjadi fakta tunggal bukanlah cerita fiktif. Itu masuk akal dalam ilmu psikologi.
Bukan tentang Soeharto tak berperan dalam serangan umum 1 maret 1949, namun strategis posisi beliau sebagai sosok di balik gagasan besar itulah yang kini sedang dikaji ulang.
Namun, konsep di kepala Fadli sudah terlanjur mengkristal. Dia sudah keburu yakin bahwa kebenaran versinya lah yang paling benar.
Kemarin, mereka terlihat sibuk hanya demi kasak kusuk. Pada ruang-ruang gelap dan sepi, pada lorong-lorong keangkuhan yang lama telah mereka buat, mereka berbicara sambil berbisik. Mereka menyiasati sebuah agenda.
Kelak, mereka akan berbicara bahwa tingkat kepuasan pada Presiden berada pada posisi sangat tinggi, 73,9%.
Tak cukup dengan itu, mereka juga akan menyodorkan data berasal dari sebuah penelitian komprehensif.
Konon, satu dari empat isi hasil kajiannya adalah bahwa perubahan konstitusi di 199 negara, ternyata berdampak positif dengan perkembangan demokrasi mereka.
.
.