Bang Beben Profile picture
May 12 49 tweets 8 min read
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 3 : Jiwa Yang Hilang

@IDN_Horor @P_C_HORROR @SamarindaUpdate

#ceritahoror #ceritahorror #horror #seram #kalimantan #borneo
"Besar juga nyalimu, Salundik. Rupanya, banyak juga "baju" yang kau bawa ke sini," kata lelaki itu dengan mata melotot.

Tak gentar, pak Salundik balas melotot.
"Dengar, aku tidak mengenalmu dan kemari bukan ingin cari perkara. Tapi kau tahu siapa namaku, artinya kau tahu siapa aku. Setetes saja darahku mengalir di sini, maka akan kupastikan desa ini sesuai namanya, desa sungai darah. Kurasa, kau tak ingin berurusan dengan para Sangiang!
Mendengar kata Sangiang, lelaki itu mendadak berubah sikap. Ia tampak gentar dan ragu. Para lelaki yang tadi mengelilingi kami juga mulai hilang keberanian.

"Dehen, sudahlah!" sergah pak Gerson, "kau sudah dapatkan yang kau inginkan, biarkan aku mengurus keluargaku."
Pak Gerson menarik tanganku dan pak Salundik, dibawanya kami menjauh. Para lelaki yang tadi mengelilingi segera menyingkir.

Terburu, kami melangkah menyusuri jalan desa yang hanya berupa tanah liat.
Aku mencuri pandang ke belakang, rupanya para lelaki tadi masih mengawasi kami dengan tatapan bermusuhan.

"Siapa pria tadi?" tanya pak Salundik sembari mengatur nafas.
"Dehen, pambakal terpilih desa ini. Dia saingan terberatku pada pemilihan kades yang lalu," decak pak Gerson sembari melangkah.

"Lelaki itu...," sambung pak Salundik, "sudahlah, perkara gaib susah dibuktikan."
Kami terus melangkah menyusuri jalan desa, melewati barisan sapundu dan sandung menuju rumah pak Gerson. Jujur, sebenarnya aku masih penasaran dengan apa yang hendak disampaikan pak Salundik.

*****
Hari semakin petang saat kami menginjakkan kaki di pekarangan rumah pak Gerson. Firasatku mengatakan ada sesuatu yang janggal, tapi sulit kuungkapkan dengan kata.
Yang kulihat secara kasat mata, hanyalah pekarangan yang ditumbuhi rumput liar tak terpotong rapi. Beberapa tanaman telah kering dan layu. Selain itu juga ada sebuah galian persegi, sepertinya bekas kolam ikan.
Yang paling aneh, rumah tetangga di kiri dan kanan tampak kosong. Perkiraanku sengaja ditinggalkan, karena rumah itu penuh debu dan sarang laba-laba. Aku bergidik ngeri, karena rumah-rumah kosong itu terlihat menyeramkan.
Pak Salundik mendadak berjongkok, dibiarkannya pak Gerson pak Gerson melangkah terlebih dahulu ke dalam rumah. Telapak tangannya menyapu-nyapu tanah lalu menggenggamnya. Tanah di tangan ia remas-remas dan pandangan ia edarkan ke sekeliling.
"Kasno!"

Aku terlonjak kaget sewaktu ia memanggilku. Aku terpaksa menghentikan langkah dan berdiri di sampingnya.

"Kasno, omah iki wingit. Mengko tutke opo sing tak lakoni. Ngerti!?""
Keherananku semakin menjadi-jadi begitu mengetahui pak Salundik bisa berbahasa Jawa. Namun yang lebih membingungkan adalah maksud ucapannya. Belum sempat terjawab kegundahanku, ia sudah menapakkan kaki di teras rumah pak Gerson.

*****
Begitu masuk rumah, pak Gerson mengenalkan kami pada istrinya, seorang wanita berusia sekitar 40an tahun. Wajahnya kusut karena sedih, matanya sembab karena banyak menangis, dan tubuhnya kurus karena hilang nafsu makan. Jelas sekali ibu malang ini banyak beban pikiran.
Selain itu juga ada ibu mertuanya, seorang nenek-nenek yang kelihatan masih lincah. Aku merasa ada yang mengganjal saat ia menatapku dengan sorot mata aneh. Ia tertegun selama beberapa detik sampai akhirnya menarik tanggannya setelah bersalaman.
Yang terakhir adalah adik iparnya. Lelaki muda berusia sekitar awal 20an tahun.

"Ini adik iparku, namanya Ukar. Sudah tiga bulan ia menganggur. Dahulu, ia bekerja di kantor desa sebagai juru ketik. Tapi sejak Dehen jadi pambakal, ia diberhentikan begitu saja.
Sekarang ia bantu-bantu di ladang, sembari menunggu panggilan kerja dari perusahaan batu bara. Terserahlah jadi apa, jadi tukang sapu juga tidak masalah asal tidak menganggur."

Kulirik, Ukar tertunduk lesu. Gurat wajahnya menunjukkan kesedihan mendalam.
Kata pak Gerson, sekarang perangkat desa diisi oleh orang-orangnya Dehen. Semua pegawai terdahulu diberhentikan, kecuali Sekdes yang merupakan PNS dan ditunjuk langsung oleh bupati.
Kami kemudian dipersilahkan duduk di ruang tamu, menanti hidangan yang akan disuguhkan. Masih kata pak Gerson, dirumah itu hanya ada mereka berlima. Putrinya yang bungsu ada di kamar belakang karena sakit.
Dua anak perempuannya bekerja di ibukota propinsi, dan yang laki-laki bekerja di salah satu perusahaan tambang. Sedangkan bapak mertuanya baru meninggal dua bulan lalu.
"Seiring sakitnya Bawi, bapak mertua saya juga ikutan sakit. Tubuhnya tidak bertahan setelah sering muntah darah," ungkap pak Gerson dengan nada sedih.

"Silahkan diminum seadanya," tawar istri pak Gerson.
Saat menyodorkan gelas kopi, kulihat tangannya yang putih penuh bekas luka gores.

"Ini ulah si Bawi," jelasnya.

Aku hanya mengangguk walau belum sepenuhnya mengerti.
Pak Salundik meraih gelas kopi di depannya. Tapak tangan kanan tiba-tiba ia tangkupkan di bibir gelas kopi yang masih panas.

"Biar cepat dingin," terang pak Salundik sembari tersenyum.

Pak Gerson hanya mengangguk-angguk melihat sikapnya yang tidak biasa.
Setelah beberapa saat, pak Salundik mencelupkan jari telunjuk ke kopi panas tadi lalu ia oleskan ke tapak tangan kiri. Olesan kopi di tapak tangan kiri lalu ia jilat, sungguh ganjil.

"Ternyata kopinya memang nikmat, pasti hasil kebun sendiri. Ayo, Kasno, dicoba kopinya."
Aku segera paham maksud pak Salundik. Kopi langsung kutuangkan dalam piring kecil, lalu kusruput dengan santai.

"Kata orang, pamali menolak kopi. Nanti bisa kepuhunan, he...he..he.."ujarku.
Ternyata, kopi buatan istrinya pak Gerson memang nikmat. Tapi yang aneh, pak Salundik justru melotot ke arahku. Memang orang tua yang aneh!

*****
Hari sudah sepenuhnya gelap dan adzan magrin sayup-sayup terdengar dari desa di seberang sungai. Jangkrik , karariang, burung kedasih dan berbagai satwa malam mulai berisik dari hutan yang ada di belakang rumah.
Memang, ciri khas pedesaan di Kalimantan berada di pinggiran sungai. Di depan rumah membentang sungai besar, dan di belakang rumah terhampar hutan belantara yang luas.
Ukar menyalakan lampu strongking, lalu menggantungnya di ruang tengah. Seisi rumah seketika terang benderang tak ubahnya pasar malam. Kata pak Gerson, malam ini giliran listrik padam di desanya, hal yang lumrah di Kalimantan.
Itupun syukur teraliri listrik, meski tiga hari menyala dan sehari padam. Tidak sedikit desa lain yang belum bisa menikmati jaringan listrik PLN, meski negara ini telah merdeka puluhan tahun silam.
Usai menikmati kopi hangat dan singkong goreng, kami diajak ke kamar anaknya pak Gerson yang sakit. Sebenarnya aku malas beranjak karena masih ingin menikmati hidangan yang disajikan. Akan tetapi, lantaran ingin tahu kuikuti mereka menuju kamar yang dekat dengan dapur.
Aku tercenung saat melihat ada beberapa daun sawang digantung di atas pintu kamar. Daun berwarna merah itu berjejer rapi dengan tanda palang dari kapur sirih.
Setelah membuka pintu, istri pak Gerson menyalakan lampu teplok dan digantung di dinding. Aku merasa jijik karena kamar ini begitu bau dan jorok, penuh bulu berserakan dan kotoran ayam kering di mana-mana.
Seekor ayam muda terlihat meringkuk dengan salah satu kaki yang terikat tali rapia.

Refleks, aku memencet hidung karena tidak tahan dengan bau pesing yang menyengat. Pak Salundik menendang kakiku, hingga terpaksa aku bernafas menggunakan mulut.
Selain itu, kamarnya juga sangat pengab karena minim sirkulasi udara. Beberapa palang kayu dipaku tidak beraturan pada jendela yang sepertinya jebol.

Berdiri di depan pintu, aku merasa miris dengan apa yang dilihat.
Di depan kami, terpampang sebuah kelambu lusuh. Samar-samar terlihat siluet gadis kecil di dalam situ, hanya duduk mematung dengan pandangan kosong.
Ukar menyingkap kelambu, mengangkat tiap tirainya ke atas.
Tampaklah seorang gadis kecil berusia sekitar 10 tahun dengan kondisi mengenaskan.
"Inilah putriku, si Bawi. Semoga pahari Salundik bisa membantu," kata pak Gerson dengan nada sedih. Bola matanya menyimpan duka yang mendalam.
Badan gadis kecil itu dekil, tubuhnya kurus, rambutnya acak-acakan dan wajahnya pucat seperti mayat. Saat melihat kedua kakinya, hatiku rasanya miris.
Kedua kakinya dipasung dengan balok kayu ulin. Di balok kayu itu, terdapat dua lubang tempatnya menjulurkan kaki dan diikat dengan tali haduk, tali terbuat dari jalinan sabut kelapa.
Demi melihat itu, tanpa sadar aku ikut meneteskan air mata. Sungguh berat derita yang harus ditanggung gadis kecil ini. Entah peristiwa mengerikan apa yang sedang dihadapinya.
Saat dipanggil, gadis kecil itu tidak merespon. Sorot matanya kosong, menatap lurus ke arah langit-langit kamar.

Tidak perlu mata batin, orang biasa sepertiku pun akan langsung tahu bahwa gadis kecil ini bukan lagi Bawi.
Sepertinya, rohnya ada di suatu tempat di hutan sana, sendirian dan ketakutan.

Bulir demi bulir air mata mengalir tanpa henti di sudut pipinya yang mungil.
Mulutnya juga terus mengucap sesuatu tanpa suara. Kubaca, gerak bibirnya mengucapkan kata tolong berulang-ulang.

...bersambung...
Sampai jumpa malam senin yak. Mulai minggu depan, cerita akan saya up 3x seminggu. Malam senin, malam rabu dan maljum.

Terima kasih saya ucapkan buat yang telah mendukung saya di @karyakarsa_id
Bagi yang ingin mendukung atau ingin baca duluan, part 5&6 sudah up di @karyakarsa_id

karyakarsa.com/benbela/perang…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Bang Beben

Bang Beben Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @benbela

May 8
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 2 : Pak Salundik

@SamarindaUpdate @IDN_Horor @ceritaht
#ceritahorror #ceritahoror #bacahoror

Bab 1 bisa dibaca di utas ini
Image
Entah apa maksud pak Salundik berucap seperti itu, aku tidak ambil pusing. Tiba di pertigaan, kuarahkan sepeda motor belok kiri, melalui bukit belah yang dibuat pada jaman Belanda.
Setelah itu, kubawa motor berhati-hati menuruni jalur bukit ular yang curam. Dikatakan bukit ular, karena jalan yang melintasi bukit ini berkelok-kelok seperti ular. Lengah sedikit, pengendara akan terjatuh ke dalam jurang yang sangat dalam.
Read 49 tweets
May 5
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak.

Assalammualaikum wrwb.
Setelah cukup lama vakum, saya akhirnya balik lagi dengan cerita baru. Tentu saja, saya kembali dengan cerita horor / mistis dengan latar Kalimantan.

cc @IDN_Horor
@bacahorror
@HororBaca
#bacahoror Image
Pada cerita kali ini, saya akan berbagi cerita tentang pengalaman seorang transmigran asal Jawa Tengah yang mengalami berbagai peristiwa mistis di tanah Kalimantan.
Tidak tanggung-tanggung, transmigran tersebut menceritakan tentang pengalamannya menghadapi santet orang Dayak yang mematikan.
Read 54 tweets
Apr 11
_thread budaya_

Kepuhunan, mitos di Kalimantan. Image
Di Kalimantan, ada mitos yang sangat dipercaya masyarakat setempat, yaitu kepuhunan.

Kepuhunan adalah sial, apes, celaka atau kena batunya.
Umumnya terjadi ketika kita menolak makanan atau minuman yang diberikan tuan rumah, lalu ketika kita pulang berkunjung maka akan mengalami kecelakaan di jalan.

Bisa juga, kita menolak pemberian makanan/ minuman dari rekan kerja di kantor, lalu kita kenapa-kenapa di jalan.
Read 11 tweets
Feb 22
Cerita Pendek Horor ( tamat )

Pesugihan Minyak Kuyang.

Bila terhibur bantu retweet dan like yak 😁🙏

Cc @HororBaca @bacahorror @IDN_Horor @ceritaht @P_C_HORROR Image
Aku tersungkur menahan amarah. Darahku mendidih hingga tubuhku berguncang hebat. Bersandar pada pagar sebuah perusahaan jasa, aku terkulai lemas duduk di atas trotoar.
Tidak kuhiraukan lalu lalang kendaraan, tak kupedulikan pandangan orang yang keheranan. Panas terik tak lagi kurasa, begitu pula kotornya debu jalanan.
Read 79 tweets
Feb 15
Cerita Pendek Horor ( Tamat )
Judul : Tuan Haji Macan
@ceritaht
@P_C_HORROR
@bacahorror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
#ceritahoror #ceritaseram
Sudah habis air mataku meratapi kepergian satu-satunya kekasih hati. Berpuluh-puluh tahun kami tinggal di hutan ini, membuat huma demi menghindari kejaran tentara yang menuduh kami antek komunis.
Waktu berlalu, kulit mulai mengeriput dan rambut semakin memutih. Barisan gigi yang dahulu kuat mengunyah daging rusa yang liat, satu-persatu tanggal dan hanya menyisakan beberapa baris.
Read 61 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(