Gusti Gina 🍉 Profile picture
Oct 6, 2022 144 tweets 22 min read Read on X
THREAD HOROR
"KOS MINTA JIWA" PART 1

-Kostnya murah banget. Eh tapi kok penghuninya cuma kita ya? -

Cerita horor kosan berhantu. Jangan sampai ngekos di sini.

@bacahorror_id
@ceritaht
@IDN_Horor
@karyakarsa_id

#bacahorror #ceritahoror #ceritaseram #threadhorror Image
Selamat malam jumat yeorobun, minna ! Malam ini ada cerita baru nih. Disclaimer : cerita ini adalah murni tulisanku, jikalau ada kesamaan tokoh, tempat, dan kejadian hanya kebetulan belaka. Karna memang ada beberapa bagian terinspirasi dari cerita kerabatku (not 100% yak).
Oke kita mulai ceritanya yaaaw. siapin cemilanmu gengs.
Menjadi mahasiswa baru sekaligus mendapatkan beasiswa merupakan sebuah keberuntungan. Itulah yang dirasakan Lisa saat ini. Lisa yang berasal dari Bontang, Kalimantan Timur adalah anak dari keluarga biasa saja. Ia berhasil mendapatkan beasiswa kuliah di kota pelajar. Image
Sudah saatnya Lisa menyiapkan diri untuk merantau. Dia akan tinggal di Yogya selama menempuh masa studi alias berkuliah. Rencananya berangkat dua minggu sebelum masa perkuliahan dimulai.
Hari keberangkatan Lisa sudah dekat. Perlengkapan yang akan ia bawa merantau sudah disiapkan. Lisa mengecek hpnya dan memencet satu kontak, dia menghubungi sahabatnya Uci. Uci adalah sahabat baru Lisa sejak keduanya berkenalan di satu forum beasiswa.
Walaupun berasal dari kota yang sangat jauh. Dua sahabat ini sangat sefrekuensi. Uci anak asal Pandeglang Banten.

Dut..dut…dut…

Lisa sedang menghubungi Uci untuk sekedar mengobrol.
"Halo, Uci. kamu udah berangkat ke Yogya ? Haha becanda, yakali udah." Canda Lisa di telpon.

"aku mau berangkat nih, bye.  Wow aku udah di kereta.” Uci membalas dengan canda.
Mereka terlarut dalam obrolan betapa gugupnya sebentar lagi akan merantau dan berubah status menjadi mahasiswa. Euforia mahasiswa baru sedang menggebu dalam hati mereka berdua.

***
Akhirnya waktu keberangkatan tiba.  Hari itu Lisa berangkat dengan pesawat sedangkan Uci menggunakan kereta.  Uci berangkat beberapa jam lebih awal karena waktu tempuhnya ke Yogya lebih lama daripada Lisa yang naik pesawat.
Karena sebelumnya memperkirakan waktu masing-masing. Jadinya mereka tiba di Yogya hanya selisih beberapa menit. Uci berdiri di stasiun dengan ransel berisi beberapa barang penting yang dia bawa. Tangannya langsung mengambil hp di kantong celana.  Uci akan mengabari Lisa.
Dimana mereka akan janjian.

"Halo, Lis! aku udah sampai di Yogya. Btw aku tadi searching di map warung makan sekitar stasiun sama bandara.  Nah akhirnya aku nemu namanya warung makan Bu Tuti di jalan Wates. Kita ketemuan di sana aja ya. kamu pasti lapar juga kan!"
Seru Uci via telpon.

Uci yang naik ojek online dari stasiun tiba di warung lebih awal.  Lima menit kemudian tampak Lisa turun dari ojek dengan tas jinjing besar berisi bawaannya, akhirnya mereka bertemu.  Keduanya sangat bersemangat karena baru kali ini saling bertemu langsung.
"Ci, aku pesanin nasi goreng ya! Pinta Lisa yang tidak mau ribet.

"Oke.  Siap pesanan kita sama deh.  Btw kamu minumnya apa ?". 

"aku air mineral yang di meja ini aja".  Jelas Lisa.  Kemudian Uci langsung memesan kepada ibu warung di sana.
Kebetulan warung sore itu tidak terlalu ramai. Sehingga mereka tidak perlu terlalu lama menunggu makanannya.

Selagi di warung, Lisa dan Uci mengobrol santai sampai membahas rencana mereka akan tinggal dimana.
"Ci, setelah ini kita langsung cari kostan ?" Bahas Lisa yang sambil memotong ayam goreng di atas nasi grorengnya dengan sendok.

"Kalo kata aku sih. Mending cari guest house dulu, Sa.  kamu emangnya ga capek habis dari perjalanan jauh?  Kalo di guest house kita bisa-
leha-leha dulu. Baru fokus nyari kosan. Kebetulan aku ada nemu guest house buat kita, dekat sini kok. aku nemu di map nih!". Uci menyodorkan layar hpnya pada Lisa yang sedang menyuap makanan, menunjukkan guest house yang dia maksud. Lisa memperhatikannya dan mengangguk setuju
"Wah, mantap Ci!.  Harganya per malamnya juga lumayan pas buat kita.  Dekat lagi! Kalo gitu kita jalan kaki aja habis ini." Lisa nampak antusias dengan rencana Uci.
Ibu warung yang sedari tadi mendengar obrolan mereka tiba-tiba menimpali, “nyari kosan ya dek ? cari yang wajar-wajar saja. Segala sesuatu yang terlalu baik dimata mungkin tak sebaik itu. Setiap ada untung, ada rugi. Semua jangan terlalu, biasa saja wes .” Image
Ucapan Ibu warung itu membuat Lisa dan Uci bertatap-tatapan. Mereka tidak mengerti maksud Ibu tersebut berbicara seperti itu. Kenapa mereka tiba-tiba diceramahi seperti itu.
Setelah membayar makanan di warung, mereka langsung berjalan menuju guest house.  Jarak dari warung ke guest house kurang lebih hanya 200 meter saja.  Untungnya hari itu cuaca sedang berawan, sehingga berjalan kaki membawa barang bawaan bukan hal yang terlalu berat bagi mereka.
Sekitar lima menit mereka berjalan akhirnya tampak jelas di depan mereka ada papan bertuliskan 'guest House Wahyu'.

"Nah!! Ini dia. Akhirnya!" Gumam Uci senang karena sudah sampai di depan guest house.  Dia tidak sabar hendak beristirahat.
Masuklah mereka berdua ke guest house itu.  Mereka menuju resepsionis dan memesan satu kamar untuk berdua.  Bagai ketiban keberuntungan, hari itu mereka mendapat promo karena pengunjung terakhir sebelum kamar full.  Promo menginap 5 hari hanya bayar Rp200.000.
Akhirnya mereka menginap di guest house itu sesuai promo yaitu 5 hari.
***

Pagi ini udara terasa begitu sejuk.  Namun di perkiraan cuaca akan cerah nanti siang. Di hari kedua di penginapan. Lisa dan Uci mulai memikirkan soal kost.  Mereka berencana mencari kost bersama.
Sebelum mencari langsung, mereka berselancar di google dan aplikasi pencarian sewa kos.

"Lis, kamu ada referensi ga kosan murah tapi bagus ? kamu kan mayan jago tuh nyari alamat di internet". Lisa menanyakan pada Uci sambil tangannya scroll hp mencari kost dengan wajah pusing
"Nih ya.  aku tuh emang jago nyari di internet.  Tapi aku sendiri ga yakin alias ga puas kalo nyari di internet doang.  Kaya kemarin nih guest house juga statusnya penuh di internet.  Pas kita datang langsung malah ada 1 kamar kosong. -
Artinya apa ?! Ya kita mending nyari langsung aja Lisa". Jawab Uci dengan gamblang.

Atas kesepakatan bersama mulai hari kedua mereka di Yogya.  Lisa dan Uci pagi-pagi mulai beraksi memburu kost. Mereka berjalan di jalan besar hingga gang-gang kecil sekitaran kampus mereka untuk-
menemukan kostan yang sesuai. Ada banyak tulisan yang memuat keterangan menerima kost beserta kontaknya. Mereka catat satu per satu dan juga mengumpulkan daftar kost dari internet. Lisa yang mencatat, Uci yang menghubungi.
"Ingat ya Ci, jangan langsung deal. Tujuan kita mencari informasi dulu baru banding harga dan kualitas kosannya". Lisa mengingatkan Uci sebelum menghubungi kontak-kontak kost.

“Iya bawel.  Pasti kok aku ngerti". Balas Uci dengan khas candanya.
Singkatnya ada lebih lima kontak kost yang sudah Uci hubungi. Tapi belum juga ada yang pas di hati mereka, terutama soal harga. Tentu saja mereka memikirkan harga.  Secara keduanya mengerti berasal dari keluarga ekonomi pas-pasan.  Nekat kuliah bermodal beasiswa.
"Okey, ini yang terakhir kontak kost bakal kita hubungi.  Ya semoga sesuai". Harap Uci dengan pikiran optimis. 

"Halo, saya sedang bicara dengan pemilik kost bunga ?  Saya mau tanya fasilitas dan harga bisa ?". Begitulah Uci menghubungi setiap kontak.
Kontak terakhir ternyata juga nihil bagi mereka. Soal harga yang dianggap masih tidak pas di kantong mereka.

"Kira-kira masih ada ga ya kostan buat kita yang kantong tipis ini". Gumam Lisa pikirannya berharap.  Uci yang melihat sahabatnya galau memberi semangat.
"Lis.  kamu ga sendiri di sini.  Dan kita harus yakin berhasil menemukan kostan yang terjangkau. Percaya deh. Seandainya ga ada. Jangan sedih, kita masih bisa berdua patungan satu kost". Tutur Uci dengan rasa solidaritas sahabat.
"Oke. Kembali ke rencana awal. Kita pakai map dan nanya warga". Uci melanjutkan ucapannya.

Mereka kembali berkeliling dengan jalan kaki sambil mencari kostan yang paling tepat. Tak sungkan pula mereka bertanya kepada warga setempat. Namun sayang hari itu tidak membuahkan hasil.
Kost terakhir yang mereka datangi hanya dapat memberikan penawaran maksimal Rp500.000 untuk dua orang satu kamar.
Rasa penat sudah menjalar di tubuh. Energi terkuras habis bersamaan dengan hadirnya rasa putus asa. Mereka memilih untuk pulang dan beristirahat. Memang terasa berat, namun siapa yang tahu nasib hari esok

***
Tak terasa sudah hari ke empat di Yogya. Bangun dengan harap-harap cemas tak membuat keduanya menyerah.

"Ini udah hari keempat kita di sini.  Kalo kita gak nemu kosan yang pas, dengan terpaksa gada pilihan lagi, Ci. Kost kemaren yang 500.000 berdua itu saja.
Jadinya 250 ribu per orang. " Lisa membuka pembicaraan sambil memasang sepatu.

Kali ini mereka jalan ngasal dan berbekal tanya warga sekitar.  Rasa pasrah mereka akhirnya secara kebetulan mempertemukan dengan seorang warga yang memiliki kostan. Beruntungnya lagi, harganya murah
"Saya pemilik kost berada di jalan Veteran.  Jika kalian mau, boleh saya ajak untuk melihat dulu.  Saya jamin akan menawarkan dengan harga termurah.  Karena kalian mendapat harga spesial untuk penghuni pertama". Ucap sang pemilik kost dengan wajah tersenyum hangat.
Dia adalah seorang bapak-bapak berusia sekitar lima puluhan tahun.

Lisa dan Uci tentu tertarik dengan penawaran gila tersebut.  Akhirnya mereka diajak melihat kondisi kost.

Kosan ini berupa bangunan lama, tapi terlihat kokoh. Memiliki tiga lantai dengan setiap lantai ada dapur
dan enam kamar. Setiap kamar memiliki kamar mandi.

“Nah terserah kalian mau pilih kamar yang mana. Semua masih kosong.” ucap Pak Wahid, nama pemilik kost tersebut. Image
Saat Pak Wahid menjelaskan tentang aturan di kost, Lisa sekilas melihat ada seorang nenek-nenek di dekat tangga sedang berdiri menatap mereka. Nenek itu nampak memakai kebaya dan jarik berwarna ungu tua dan cokelat. Lisa tersenyum ramah kepada nenek itu.
Namun sesaat dia mengalihkan pandangan, tak dia dapati lagi sang nenek.

“Lis. Senyum sama siapa kamu?” Uci menepuk pundak Lisa.

Wajah Pak Wahid tiba-tiba cengengesan menyembunyikan kepanikan.
“Oh mungkin nak Lisa melihat penjaga kost di sini, yang biasa bersih-bersih.” jelas beliau.

Lisa dan Uci yang mendengarnya hanya manggut-mangut. Setelah selesai melihat-lihat keadaan kost yang akan ditempati, mereka pun berpamitan pulang.
Dengan keputusan bulat, Lisa dan Uci memutuskan akan sewa kost di sana. Harganya yang hanya 250.000/bulan sangat menggiurkan dan fasilitas yang ditawarkan sangat cukup. Harga ini jauh dari harga kosan rata-rata yang mereka sambangi berkisar antara 500.000 sampai 1000.000 perbulan
"Yes!! Kalo gini kita tinggal habiskan waktu santai di guest house". Lisa kegirangan dengan hari itu, senyumnya merekah.

Keduanya tampak sangat senang.  Bagai kejatuhan uang tertimpa emas.  Iya mereka sekarang bisa tenang soal kost dan santai menghabiskan waktu di guest house.
Di hari kelima alias hari terakhir di penginapan.  Siang itu Lisa dan Uci segera berkemas dan akan pindah ke kosan itu. Mereka berangkat siang hari setelah checkout menggunakan taksi online.

Perjalanan dari guest House ke kost sebenarnya tidak terlalu jauh jika berjalan kaki.
Hanya saja jika menggunakan mobil, putaran jalannya yang cukup jauh. Di perjalanan mereka terkesima dengan suasana kota Yogya. Mereka melewati alun-alun dan malioboro yang terkenal itu.
Sekitar sepuluh menit kemudian. mereka pun sampai di kost. Sebelumnya mereka memilih lantai 2 dan kamar yang bersebelahan.  Mereka tidak memilih lantai 1 karena menghindari kebisingan.  Kosan itu sangat sepi, hanya mereka sekarang benar-benar jadi penghuni pertama.
"Aaa.. akhirnya Lisa, kita dapat kosan murah.  kok bisa ya orang-orang ga kost di sini." Ucap Uci yang bertanya-tanya sedikit tertawa karena keheranan. Keringatan bercucuran di badannya setelah membersihkan kamar dan menata barang.
“Hmm… mungkin karena kita gigih nyarinya.  Tepatnya karena beruntung sih. Orang-orang pada ga tau kali ya kosan semurah ini." Balas Lisa yang berdiri di samping Uci sambil memandangi jalan di depan kost nampak ramai anak-anak kampung sedang berlarian dan bermain.
Lisa dan Uci merasa nyaman di kosan ini. Walaupun hanya mereka penghuninya.  Sebenarnya mereka merasa sedikit janggal karena sepinya kosan dan disisi lain juga merasa beruntung menempati kosan harga murah fasilitas memadai.
Malam pertama di kost semua berjalan dengan baik-baik saja. Keduanya juga tidur dengan cepat karena kelelahan setelah beberes kamar masing-masing. Namun tanpa mereka ketahui, di pojok dekat dapur ada sepasang mata yang memperhatikan mereka sedari tadi.
Tatapan mata itu nampak begitu cemas dan sedih, entah apa yang ia pikirkan dengan kedatangan dua mahasiswa baru ini. Image
Tiba waktunya hari pertama kuliah, alias masa ospek. Kebetulan Lisa dan Uci studi di Universitas dan juga Fakultas yang sama, hanya program studi yang berbeda.  Ospek yang berlangsung lima hari itu kedepan terasa mudah, karna mereka merasa memiliki satu sama lain.
Setiap ada tugas ospek mereka menyelesaikan bersama.

Bagi Lisa memiliki sahabat seperti Uci adalah keberuntungan.  Apalagi masa ospek dengan lingkungan baru.  Bahasa daerah yg sering sulit dipahami Lisa.  Selalu Uci yang membantu.  Karena Uci sedikit banyak mengerti bahasa Jawa.
"Ini kating-kating kok ngasih tugas kadang bilang pakai bahasa jawa".  Lisa yang curhat ke Uci."Wes tenang friend.  Ada seorang Uci ngerti bahasa Jowo". Kata Uci dengan gaya muka bercanda sekaligus menghibur Lisa sambil berjalan pulang menuju kost.
Senja menyapa dengan warna jingganya. Uci membuka gembok pagar dan lengannya tersingsing secara tak sengaja. Lisa melihat ada lebam di pergelangan kiri Uci. Dia mengernyit dari mana lebam itu. Mencoba berpikir positif, mungkin saja akibat dari beres-beres kemarin.
Dia segera berlari kedalam kamar membuka kunci dan segera menutup. Uci yang melihat Lisa hanya menatap heran dan masuk ke dalam kost.

Setelah solat magrib, Lisa masuk kamar Uci untuk mengobrol santai.  Uci yang melihat kehadiran Lisa teringat tingkahnya senja tadi.
"Lis, aku liat pas pulang kamu buru-buru banget buka kunci terus nutup kamar kamu.  Emang kenapa si, gak santai amat hidup kamu.  Orang sih di mana-mana santai aja abis pulang ospek". Ejek Uci sambil bercanda.
"Ciee! kamu kepo kan. Aku baik-baik aja Ci. Itu aku lari karena mau maghrib". Jelas singkat Lisa ke Uci yang menyimak dengan serius.
Di tengah-tengah obrolan. Tiba-tiba terdengar jelas pintu kamar Lisa seperti di tutup. Hal itu memecah suasana santai mereka. Mereka secara spontan saling tatap dalam diam.
"Lis, kamar kamu siapa yang nutup pintu ?". Bisik pelan Uci.  Lisa yang kaget dan sadar ada yang janggal hanya bisa terdiam dan menelan ludah karena gugup.
Pertanyaan Uci tentu tak dapat ia jawab. Beberapa saat kemudian Lisa mulai tenang.  Dia memberanikan diri berdiri dan mengecek ada apa sebenarnya.  Kakinya melangkah pelan menuju pintu untuk menengok kamarnya.
Sudut mata Lisa berkerut, tanda dia berpikir. Pintu kamarnya kini benar-benar tertutup, seperti ada orang yang menutup. Lisa yang melihat mencoba berpikir positif.  Dia berusaha meyakinkan diri bahwa itu sebabnya hanya karena angin. Walau firasatnya semakin tak enak.
Masih ada empat hari sisa masa ospek.  Setiap hari Lisa dan Uci harus bangun sangat pagi.  Karena mereka tidak mau kena teguran hanya karena telat, walaupun telat 1 menit.

Kring...kring…kring…
Kala itu sudah menunjukkan pukul lima subuh, suara alarm Lisa berbunyi.  Lisa seperti biasa , bangun lebih cepat begitu mendengar alarm.  Lisa duduk sebelum dirinya pergi ke sebelah kamar Uci. 

Subuh yang dingin memang tantangan sendiri untuk mandi. Tapi apa boleh buat,
jika tidak mandi sepagi mungkin mereka bisa terlambat. Apalagi keduanya berangkat jalan kaki, karena keduanya belum punya kendaraan pribadi. Untung nya jarak 400 m ke kampus tidak terasa berat.
Lisa memilih mandi terlebih dahulu sebelum membangunkan Uci.  Saat mandi terdengar suara gayung dan suara keran mengalir dari kamar Uci yang dinding kamar mandinya bersebelahan dengan miliknya.    

Setelah menyelesaikan aktivitasnya,
Lisa keluar menuju kamar Uci untuk mengajaknya sarapan. Lisa mengetuk kamar Uci tanpa ada jawaban. Dia pun mengintip jendela Uci yang terbuka dari sela-sela teralis. Uci memiliki kebiasaan jendela tidak dikunci rapat, katanya biar tidak panas.
Betapa terkejutnya Lisa saat mendapati Uci yg masih tertidur pulas. Dengan susah payah Lisa akhirnya berhasil membangunkan Uci. Dia menunggu Uci mandi dan bersiap-siap, setelahnya bersiap untuk sarapan. Kurang sedikit jam 7 mereka berangkat menuju kampus dengan perasaan antusias.
Malam temaram seperti biasa. Kost masih dengan suasana heningnya. Uci dan Lisa mengobrol dan bercanda hingga pukul 9 malam.  Obrolan mereka juga mulai tidak jelas, dan tanpa sengaja Lisa tertidur di kamar Uci.
Menyadari Lisa yang tertidur, Uci berbaring sambil bermain sosial media. Biasanya tanpa sadar kebiasaanya ini membuatnya tidur larut malam. Tak terasa 2 jam sudah Uci bermain hp. Matanya sudah terasa berat namun ada yang mengganggu pikirannya.
Dia teringat pintu kamar Lisa belum dikunci. Sambil menahan kantuk, Uci berjalan menuju kamar Lisa untuk menguncikannya. Dia memegang kunci kamar Lisa yang tadinya tergantung di dekat pintu kamar Uci.

Benar saja, kamar Lisa belum dikunci.
Uci dengan segera berusaha pintu kamar Lisa. Desir angin malam seolah lewat dibelakang punggung Uci. Dinginnya malam itu membuat bulu romanya berdiri dan kunci terjatuh ke lantai.
Saat Uci berjongkok mengambil kunci, telinganya mendengar suara halus tidak jelas. Ia menoleh pelan kebelakang kemudian ke depan sambil memperhatikan sekeliling. Namun matanya tidak mendapati apapun di lorong lantai dua yang sepi itu.
'haaah'.

Suara halus itu kini terdengar begitu dekat seperti meniup sisi telinga Uci. Dia merinding kembali, kali ini bersamaan dengan darah yg naik ke ubun-ubun.  Badan Uci mulai lemas dan keringatan.  Dia memaksa jalan. Kakinya yg entah mengapa terasa berat untuk dilangkahkan
Nafas Uci terdengar berat bagai tidak karuan, badannya separuh dingin karena ketakutan. Tangan gemetar Uci berupaya mengunci kamar secepat mungkin.  Namun paniknya membuat kunci terjatuh kedua kalinya sebelum berhasil mengunci.
Uci mulai mengatur nafas dan berusaha tenang.  Ia mempercepat langkahnya mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur. Dia bergegas berbaring dikasurnya. Uci mengambil selimut dan menutup seluruh badannya. Perasaannya lebih tenang saat menutup dengan selimut.
Uci mengecek hpnya sudah pukul 11 malam.

Bibirnya komat-kamit membaca doa sebelum tidur, kemudian memejamkan matanya rapat-rapat.  Seolah tak berhenti di sana keresahan Uci masih berlanjut malam itu.
Tiba-tiba terdengar suara kidung Jawa yang indah namun lirih. Suaranya terasa jauh namun jelas terdengar. Uci menutup telinganya. Ia mulai keringatan apalagi memakai selimut. Dia memaksakan diri berlindung di balik selimut meskipun suhu tubuhnya semakin panas.
Suara kidung terdengar sekiranya 2 menit.  Selama itu juga Uci menutup telinganya rapat-rapat dengan jari. Meskipun nihil sebenarnya, dia masih mendengar jelas suara alunannya.  Akhirnya Uci tertidur dengan perasaan takutnya kala itu.

***
Adzan subuh berkumandang, bersamaan dgn suara alarm hp Lisa.  Membuat Lisa seperti biasa bangun lebih awal dari Uci.

"Eh, tumben ni anak pakai selimut. Perasaan biasanya ga pakai selimut deh tidur karna suka kepanasan". Batin Lisa yg baru bangun dan melihat Uci dibawah selimut.
"Ci , bangun, bangun!"

Prok….prok…prok...

Lisa membangunkan Uci sambil bertepuk tangan.  Bagaikan keajaiban dunia di depan mata Lisa.  Karena kali ini Uci lebih mudah dibangunkan.  Uci duduk dan melipat selimutnya.
Tanpa basa-basi Uci langsung menceritakan kejadian horornya semalam.

"Lis, kan aku tadi malam tidur lebih telat.  Terus aku kunciin kamar kamu.  Nah pas aku balik kamar , aku merinding tau  Gara-gara ada suara kaya niup telinga aku ! Mana pas aku mau tidur ada suara kidung Jawa.
aku ga ngerti artinya sih soalnya ga jelas gitu liriknya. aku merinding anjir Secara kek siapa juga malam-malam bersenandung kaya gitu.” Uci yang bercerita sambil merapikan kasurnya. Lisa mendengarkan dengan rasa penasaran dan dia teringat kejadian-kejadian mistis hari-hari-
sebelumnya yang dia alami. Tapi Lisa hanya diam tidak menceritakan ke Uci. Dia pikir lebih baik sekarang jangan memikirkan hal aneh-aneh.

Pukul 6 lewat seperti biasa, udara pagi yang cukup sejuk dan matahari belum begitu terang.
"Ci, kamu  kan katanya dengar kidung malam-malam.  kamu rasa itu orang ga sih ?" Tanya Lisa yang membuka obrolan di jalan.
"aku ga yakin itu suara orang tau.  Kek aneh aja.  Secara kosan kita tinggal ini emang sekitarnya ada rumah warga.  Tapi sesunyi itu dan kaya ga mungkin warga bikin acara malam-malam.  Rasanya aneh banget sih kaya gitu.-
Dan kalo ada acara , bukannya lebih berisik ? kamu mah harusnya bangun kali Lis." Uci mengikat rambutnya. Lisa melihat lebam bertambah di lengan kanan dan tengkuk lehernya.
“Ci, bentar. Kok badan kamu biru-biru gini. Abis ngapain?” Lisa mencegat langkat Uci.

“hah? oh ini nggak papa ah.” Mata Uci berkedip dengan cepat dan langsung melanjutkan langkahnya.
Cerita Uci membuat Lisa semakin tak tenang. Terlebih lagi dengan sikap Uci yang aneh tiap ditanya tentang lebam di kulitnya. Dia seakan tak ingin membahasnya. Terlintas dalam pikirannya apakah Uci melakukan self-harm, perilaku melukai diri sendiri.
Keduanya melanjutkan perjalanan menuju kampus dengan perasaan yang berkecamuk. Hari itu Lisa semakin yakin ada yang tak beres dengan kost mereka, entah apa itu.
Masa orientasi mahasiswa baru sudah lewat.  Tak terasa sudah satu bulan lebih mereka jadi perantau.  Lisa dan Uci sudah resmi jadi mahasiswa. Setiap harinya mereka beradaptasi dengan keadaan dunia kuliah yang sebenarnya.
"Ternyata kuliah ada seru ada capeknya juga ya Ci". Obrolan Lisa dan Uci di kamar kosan.

“Iya kita mah masih semester awal.  Tetap semangat Lis, emang kadang homesick juga ga enak.  Ga bisa bohong deh soal itu".
Begitulah yang dirasakan kedua mahasiswi rantauan yang berjuang bersama.

Mata Lisa menyipit memerhatikan Uci yang kian hari nampak sakit. Akhir-akhir ini dia juga selalu memakai jaket dan terlihat lebih pucat.
“Ci, kamu lagi sakit ya ? Kayanya kamu kurusan dan mulai memucat deh.” Tanya Lisa khawatir.

“Hehe nggak papa, Lis. aku cuman homesick aja. Mau pulang, tapi nggak ada duit. Itu yang aku pikirin. Mau kamu bayarin tiket kereta aku ?” canda Uci sambil minum dari mug putihnya
Lisa merebut gelas Uci. “Kok minum kopi sih, kamu mau begadang ? istirahat malam ini.”

Uci tidak menjawab, dia hanya bergeser ke sudut kamar dan memainkan hapenya. “malam ini aku temenin tidur di sini. Oke!” tukas Lisa. Sementara Uci mengindahkannya.

***
Jam menunjukkan pukul 10 malam. Suasana di kost temaram diiringi rinai hujan membuat suasana terasa melow.

Lisa masih berkutik dengan tugas, sedangkan Uci sudah tertidur. Lisa terbatuk dan merasakan kering ditenggorokannya. Saking fokusnya dengan tugas, dia lupa minum.
Sebenarnya semua minuman atau cemilan sudah ada di dapur. Tapi membayangkan ke dapur jam segitu sendirian membuat Lisa bergidik. Dia lebih memilih mengambil tumblr minuman di kamarnya.
Lisa perlahan membuka kunci pintu kamarnya.  Dia langsung mengambil botol minumnya yang berwarna merah muda.  Saat Lisa masih di kamarnya.  Lisa mendengar suara keran dan air mengalir deras dari kamar Uci. Lisa pikir, Uci bangun dan ke kamar mandi.
Tapi anehnya suara itu semakin gaduh seakan sengaja dimainkan.

"Uci kenapa sih, berisik banget gayungnya.  Kaya orang konser aja".  Pikir Lisa yang sibuk mengambil minuman.

Lisa mengunci kamar, dan balik menuju kamar Uci.
Suara keran sudah mati, yang ada hanya hening. Dia kaget begitu sampai pintu kamar Uci. Karena secepat itu Uci tidur lagi. Tanpa pikir yang aneh-aneh lagi. Lisa menegak minuman di kamar Uci. Lisa merasa kesepian.
Mulutnya mulai bernyanyi untuk memecah rasa hening sambil mengerjakan tugas makalahnya. Dia bernyanyi mengulang-ulang reff lagu Vierra kesukaannya.

"Aku sendiri di sini menunggu, aku sendiri di sini menanti".
Belum selesai dia menyambung lagunya.  Kemudian ada yang melanjutkan lagunya.

"Aku tak terbiasa untuk berharap".  Lisa terdiam mendengar suara asing ditelingnya badannya bagai membeku. Tubuh Lisa dingin, wajahnya mulai berkeringat.  Rasa takut terlukis jelas diwajahnya.
Bagaimana tidak, suara asing terdengar seperti berbisik halus menyambung lagu yang Lisa nyanyikan.

Lisa memejamkan matanya dan berupaya lari ke sahabatnya untuk membangunkan Uci. Uci terbangun karena Lisa membangunkan brutal. Tampak muka Lisa ketakutan dan gemetar.
Persis ekspresi saat Uci ketakutan seperti malam sebelumnya.

"Ci, kamu tau? aku tadi di ganggu. Pas nyanyi ada yang ngikutin lagu". Jelas Lisa singkat. Dia masih belum bisa mengatur napasnya. Perasaan nya gugup.
Lisa langsung mendekap Uci karena takut.  Uci yang setengah sadar mencoba menenangkan sahabatnya. Lisa mengambil hpnya di kasur dan ternyata sudah pukul 11 malam lebih.

"Ya ampun ga kerasa jam 11 lewat Ci!".  Gumam Lisa, kini perasaannya mulai tenang.
"Mending kita tidur aja Lis, soalnya udah malam banget lho.  Besok bisa kan sambung tugas kamu". Usul Uci.  Lisa mengiyakan saran sahabatnya.  Dia pun bersegera merabahkan diri disisi Uci.

Lampu utama sudah berganti dengan lampu tidur kuning redup.
Keduanya menutup mata menuju alam mimpi. Saat itu tiba-tiba terdengar suara seperti gong berkali-kali didentumkan. Dari suara pelan hingga semakin jelas. Setelahnya mereka berdua mendengar suara alunan kidung Jawa yang membuat keduanya merinding. Suara terdengar dari jauh -
seperti di lantai bawah namun suara alunan itu terdengar sangat jelas. Lisa dan Uci mengambil selimut dan menutup tubuh mereka berdua. Suara alunan kian jelas dan nyaring. Air mata membanjiri wajah Uci karena perasaan cemasnya di malam itu.
Butuh waktu lama hingga mereka terlelap bersamaan dengan rasa takut itu hilang.

***
Pagi yang cerah. Suasana yang sejuk dan sepinya kost yang sama setiap hari. Lisa yang bangun lebih awal sudah memasak.  Dia mengajak Uci yang baru bangun untuk sarapan. Mereka sarapan di depan kamar di samping pagar balkon sembari memandangi aktivitas warga seperti biasa.
Hari itu adalah hari Jum'at. Biasanya, penjaga kos selalu datang hari Jum'at sebelum waktu dzuhur dan selalu naik ke rooftop. Mereka pikir penjaga memang jadwalnya mengecek dan bebersih di hari Jum'at. Penjaga kostan ini ternyata bukan seorang nenek-nenek seperti yang dibilang
Pak Wahid diawal, melainkan seorang bapak-bapak paruh baya yang bernama Pak Karsa. Lisa sempat heran, namun dia berpikir mungkin saja penjaganya sudah berganti orang.
Hari ini rasanya Lisa ingin sekali menanyakan soal kebiasaan penjaga di gudang  rooftop sedang apa.  Tapi rasanya tidak nyaman jika dia bertanya hanya sekadar untuk berbasa-basi.  Akhirnya dia mengurungkan niatan bertanya soal itu.

Petang menyapa, kini sebentar lagi malam.
Teror apa yang akan terjadi malam ini? itu yang ada dipikiran Uci. Dia kalut dan mengajak Lisa untuk makan di luar. Niatnya jika sampai kost bisa langsung tidur.

Lisa dan Uci sedang makan di warteg dekat kost. Uci makan dengan tatapan nanar dan terlihat begitu lemas.
Entah apa yang dia pikirkan. Sedang Lisa sedang chatting dengan salah seorang teman cowok yang sedang dekat dengannya. Rizky namanya, asli Yogya. Kebetulan juga teman sekelas Lisa.
“Dimakan, Ci.” tegur Lisa sambil menaruh hpnya di samping piring yang sudah selesai dia lahap isinya.

"Lis, aku rasa suara itu selalu ada tiap pukul 11 malam. Kayaknya kita harus tidur nyenyak sebelum pukul 11. Biar ga dengar suara itu." Terang Uci sambil merapatkan sweaternya
Mereka kembali ke kost selepas isya. Keduanya masuk ke kamar masing-masing dan berniat tidur lebih awal. Akan tetapi, malam itu Uci terbangun karena suara berisik di telinganya. Dia serasa dirisak lewat pendengaran tanpa tahu dari mana sumbernya.
Suara gaduh itu hilang saat dia membuka mata. Mimpi buruk dan suara aneh itu sebenarnya sudah sering terjadi kepada Uci. Kadang Uci merasa takut tidur, karena dia akan bermimpi hal yang sama berulang kali. Tidur ke tidur, mimpi ke mimpi.
Uci  mengambil hp nya dan ternyata sudah pukul 1 dini hari. Dia merasa resah sekali malam ini, lebih dari biasanya. Dia meraih hp dan segera nge-wa Lisa.  Rupanya Lisa langsung membaca pesannya.  Berarti Lisa juga sedang terjaga
'Lis, temenin aku dong. aku mimpi buruk'. Isi chat Uci.

Lisa bersegera ke kamar Uci. Dia merinding saat memandang koridor lantai dua hening lalu masuk ke kamar Uci. Tanpa sepengetahuannya, ada sepasang mata merah yang melihatnya tajam di dekat tangga.
"Lis, kok kamu juga bangun ?". Tanya Uci.

"aku tadi kebangun ga sengaja. Hpnya dekat aku dan ada notif dari kamu."
Baru sebentar mereka bicara, tiba-tiba dikagetkan dengan suara berisik di lantai atas alias di lantai 3.  Mereka sama-sama heran.  Tapi takut keluar untuk memastikan ada apa di lantai 3.
"Lis, itu ada apa ya kaya orang berantem di atas." Ucap Uci setengah berbisik. Badan mereka gemetar, karena parno mendengar suara orang berkelahi di lantai tiga yang sangat gaduh. Terdengar teriakan, hantaman di tembok, dan benda yang berjatuhan ke lantai.
“Apa mesti kita cek di atas ada cekcok apa. Mungkin ada penghuni baru yang nggak kita tahu?" Lisa mengusulkan untuk memastikan.
Kala itu sudah menujukkan pukul 1 dini hari. Mereka hendak memastikan ada apa di lantai 3.  Rasa takut mereka dengan paksa dilawan.  Mereka membuka pintu perlahan, melangkahkan kaki dengan pelan dan menaiki anak tangga. Anehnya suara itu kian menghilang saat mereka makin dekat.
Sesampainya di atas, yang mereka dapati hanyalah sunyi senyap dengan pintu kos tertutup semua. Tidak ada keributan, apalagi penghuni baru di sana.
Lisa dan Uci bertatapan, mereka paham apa yang keduanya rasakan. Mereka langsung berlari ke kamar Lisa. Di dalam kamar, Uci merasa badannya makin kedinginan, karena perasaan nya takut dan resah. Sedang Lisa justru merasa kepanasan malam itu.
Detik jarum jam di kamar Uci terdengar nyaring ditengah keheningan. Lisa yang sempat terlelap terbangun lagi pukul setengah tiga pagi. Sedang Uci sudah tidur dengan sweater dan berlapis selimut.
Lisa hendak mengganti bajunya karena tidak nyaman.  Dia merasa bajunya basah karena keringat. Dia menyalakan saklar lampu di samping ranjang untuk mengambil baju baru di lemari

Kepala Lisa terasa ditusuk jarum yang tajam saat dia berdiri. Dia membuka lemari dan mengambil bajunya
Tiba-tiba Lisa mendengar Uci mengerang “AAAAARGHHH…..” suara gaduh langsung memenuhi kamar bersamaan dengan semilir angin yang entah datang dari mana. Refleks dia membalikkan badan dan melihat Uci seperti mengigau.
Sesaat dia pikir itu hanyalah igauan biasa. Dia kembali berbalik badan ingin berganti baju.

Brakkk…

Bunyi hempasan di dinding begitu keras membuat nyali Lisa ciut. Tapi dia penasaran apa yang terjadi di belakang punggungnya. Perlahan dia membalikkan badan dan kepalanya. Image
“ASTAGHFIRULLAH UCI !” Lisa berteriak dan baju ditangannya terjatuh. Dia bergegas menghampiri badan uci yang telentang melayang di atas kasur sekitar hampir dua meter.
Kepala Uci bergerak perlahan menoleh ke Lisa. Betapa terkejutnya Lisa semua bola mata Uci berwarna hitam. Uci tertawa nyaring melengking. Sementara Lisa yang ketakutan membacakan ayat kursi dengan terbata bata diiringi isak tangis ketakutan.
Lisa terus berusaha membaca doa, bersamaan itu juga Uci bergumam tidak jelas. Kepalanya bergerak patah-patah ke kiri dan kanan. Lalu tubuhnya berdiri dan mengarah ke arah Lisa.
“KOWE !” Ucap Uci yang masih melayang sejengkal di hadapan Lisa sambil menujuk wajah Lisa. Dia langsung mendorong tubuh Lisa ke Lemari sambil mencengkram leher Lisa.
Lisa tercekat sulit bernapas. Wajahnya memerah kehabisan oksigen sekaligus bercampur rasa takut dengan wajah Uci yang menyeramkan di depan matanya.

“ci… tolong. Ini aku, Lisa.” Dengan terbata bata Lisa mengucapkan itu. Cengkraman Uci semakin erat selama beberapa detik. Image
BRUUUK…

Keduanya jatuh di lantai dan pingsan.

=BERSAMBUNG PART 2=
akan diupload malam jumat depan ya
Tapi, bagi kamu yang sudah tidak sabar ingin tahu kelanjutannya. Boleh baca dan dukung aku di link berikut ya...

Arigatou kamsahamnida terimakasih ^^

karyakarsa.com/gustigina/kost…
special thanks untuk kerabatku I*** yang mungkin baca ini. terimakasih sudah menginspirasi cerita kos minta jiwa.

Sampai jumpa di Part 2 minggu depan
Selamat #malamjumat yang sendu malam ini. gerimis dan dingin.
Gaes yang mau lanjut PART 2 (end) udah upload ya ini.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Gusti Gina 🍉

Gusti Gina 🍉 Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @GustiGina

Feb 1
THREAD HOROR 👻

“Petaka Warisan Pesugihan”

PART 3 END

“Dengan petunjuk yang ada, Darmi pun bertemu dukun desa. Pertanyaan demi pertanyaan mulai terjawab, tapi ada satu hal yang mengejutkan. Bisakah mereka bertahan selamanya?”

@IDN_Horor
#ceritaserem #threadhoror #ceritahoror Image
Halo semua, aku kembali lagi untuk mengisi malam Jum’at mu yang gabut.

Semoga tetap dalam keadaan sehat dan senang yaw😗
Read 51 tweets
Jan 25
THREAD HOROR 👻

“Petaka Warisan Pesugihan”

PART 2

“Sepeninggal sang kakek, makin banyak gangguan yg datang. Darmi dibuat penasaran dengan gambar Wedhus Kendit yang disinyalir awal dari semua masalah. Mampukah mereka mengungkap apa dibalik semua ini ?”

@IDN_Horor
#ceritaserem Image
Malam semuaa, akhirnya aku datang lagi buat menyapa kalian hari ini.

Semoga semuanya dalam keadaan sehat dan berbahagia ya 😄
Buat kalian yang belum baca part 1, silahkan mampir dulu yaa ke link ini 👉🏻

Read 68 tweets
Jan 18
THREAD HOROR 👻

“Petaka Warisan Pesugihan”
PART 1

Keluarga yg mengalami kebangkrutan, dgn terpaksa menerima warisan dan kembali ke desa untuk menyambung hidup. Namun ternyata yg menunggu kami di sana justru petaka yg ingin merenggut jiwa.

@IDN_Horor
#ceritaserem #threadhoror Image
Cerita kali ini datang dari sebuah keluarga yang kerap kali menghadapi gangguan mistis pasca meninggali rumah kuno warisan dari sang kakek.
Rumah ini diisi oleh keluarga yang bisa dibilang cukup harmonis kelihatannya, ada Bu Darmi sang pemilik rumah alias anak kesayangan yang diwariskan rumah oleh sang ayah yang kerap kali disapa Ki Warsono.
Read 83 tweets
Jan 11
THREAD HOROR 👻

“Keluarga Terkutuk”

PART 3 (END)

“Apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga Sutan? Siapa sosok perempuan berkebaya kuning yang sering muncul di hadapan Sutan? Dan apa maksud dari semua kejadian misterius itu?"

@IDN_Horor
#ceritaserem #threadhoror #ceritahoror Image
Malam semua...
Aku kembali lagi untuk menyapa kalian dengan kehororan duniawi wkwk. Apakah sudah siap manteman ? 😱
Read 71 tweets
Jan 4
THREAD HOROR 👻

“Keluarga Terkutuk”

PART 2

“TOLONG !! Semenjak kepergian tante Nita, ibuku jadi lumpuh dan kami mulai diteror kembali secara brutal. aku sudah tidak kuat, tolong bantu kami.. ?”

@IDN_Horor
#ceritaserem #threadhoror #ceritahoror Image
Malam guys…I’m
back again buat menyapa kalian hari ini.

Oyaaa, Happy new year ! Buat kita semua ✨
Buat kamu yang belum baca part 1, silahkeun baca ini dulu yaw 👉🏻

Read 43 tweets
Dec 28, 2023
THREAD HOROR 👻
Berdasarkan Kisah Nyata

“KELUARGA TERKUTUK”

“Aku dan keluargaku sakit dan menggila sampai akhirnya pergi satu demi satu untuk selamanya”

@IDN_horor
#ceritaserem #threadhoror #ceritahoror Image
Btw malam ini ada cerita baru ya.
Cerita kali ini aku angkat dari narasumber ku, kak Sutan yang sudah berpulang ke rahmatullah pada Juli lalu. Sebelum kepergiannya, kak sutan sempat menuangkan ceritanya dalam bentuk tulisan lalu mengirimkannya kepadaku.
*Kronologi singkat
Pada 21 Juli 2023, Aku dihubungi istri dari kak Sutan, dan mendapatkan kabar bahwa kak Sutan sudah berpulang ke rahmatullah. Sang istri ingin cerita ini sebagai persembahan kepada Alm sang suami, Yaitu Alm Sutan. Image
Read 91 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(