Creepylogy Profile picture
Dec 24 56 tweets 8 min read
-Rubanah-

Bagian 9 & 10

Lanjut ya...

Izin tag
Terima kasih RT/likes 🙏

@IDN_Horor @bacahorror_id @P_C_HORROR @Penikmathorror @threadhororr @ceritaht
#bacahorror #penikmathorror #ceritahorror #threadhorror
Yg mau sat set sat set sampai tamat bica langsung ke sini.

karyakarsa.com/Creepylogy/rub…
-Bagian 9-

Telah semestinya Kenduri mengubah pendirian atas apa yang ia percaya sebelumnya. Tempat tinggalnya aneh, pun demikian penghuni-penghuninya. Dan yang juga tidak mengenakkan;
Di luar sana ada seorang pemuda misterius yang sudah dua kali tertangkap mata menguntitnya dari sangat dekat. Itu baru yang diketahui secara langsung. Sesering apa sebenarnya lelaki itu mengawasi Kenduri?
Ia tidak bisa tenang di kamarnya, dan itu tak mungkin bagi seorang gadis muda yang tinggal sebatang kayu berjauhan dari orang tua. Maunya tentu mengadu, tapi pada siapa?
Menelepon bapaknya perlu biaya, sedang ia tak kenal siapa-siapa. Makanlah sendiri keyakinannya bahwa semua orang adalah orang asing, sehingga ia tak punya teman.
Lantas siapa yang dapat disebut teman, sementara ia baru berbicara sekadarnya dengan sedikit orang? Pipit, Bu Hasana, Pak Nasikhin, Barry? Mereka semua serupa dengan orang asing yang dapat sembarang dijumpai di tengah pasar.
Semakin lama berdiam diri di kamar, pikiran gadis itu kian berantakan. Belum lagi terkilas wanita muda berambut ikal yang membuat susah tidur,
juga gadis dari kamar 20 yang berulang kali memperlihatkan gelagat tidak menyukainya, dan ucapan Barry pagi tadi yang membekas di benaknya tentang rahasia yang tersimpan di rubanah.
"Sesungguhnya apa yang sedang menimpaku?" benak Kenduri meronta. 

Mengapa tidak mengurai masalahnya lalu memilahnya dari skala yang paling besar?
Pertanyaan yang barusan melintas itu cukup masuk akal menurut Kenduri. Dengan itu ia mulai menyusun beberapa masalah, dari yang paling berat sampai sebaliknya.
Yang paling pertama tentu saja perkara tempat tinggal. Kembali ke awal. Kenduri punya 500 ribu per bulan. Apabila dia bertahan di tempat sekarang, artinya ada tambahan 150 ribu, tetapi menanggung risiko perasaan tidak tenang.
Jika memilih sebaliknya, yakni pindah kos, mau tidak mau dia mesti mengencangkan ikat pinggang. Tetapi dengan itu jiwanya tidak lagi waswas.
Untuk membuktikan keuangannya, Kenduri mengambil uangnya dari dalam dompet juga yang disimpan di lemari. Dihitung dari sekarang sampai tanggal ia akan menerima uang bulanan, masih ada 14 hari.
Kenduri menghitung dengan cepat, karena tidak banyak yang bisa dihitung. Hasilnya, ia masih punya sisa uang 215 ribu. Dan pembahasan masalah berakhir saat itu juga.
Uang memang bukan segalanya, tetapi dapat menyelesaikan banyak problema. Kenyataan yang harus diterima Kenduri adalah dia tak punya cukup modal untuk pindah.
Barangkali satu masalah akan teratasi kalau ia pindah, tetapi sangat mungkin juga kepindahannya hanya memindahkan satu penyebab masalah ke penyebab masalah yang lain. Pendek kata, rasa cemas dan lapar itu sama-sama masalah.
Kenduri termenung lama mencari penglipur yang mampu menguatkan keyakinannya hingga ia menyimpulkan, yang paling memungkinkan adalah tetap tinggal di rumah 29 paling tidak sampai bulan depan. Ia berikrar untuk memperjuangkan tambahan uang jajan saat pulang.
Selebihnya hanya sedikit yang dapat dilakukan di kamar itu. Kemudian Kenduri ingat makalahnya. Dan ia terlambat menginsafi bahwa lembar-lembar tugas sepertinya tertinggal di toko fotocopy.
Jam 9 malam lewat sedikit. Mumpung masih ada waktu Kenduri bergegas meluncur. Ia tinggalkan kamarnya buru-buru, menuruni tangga dengan tergesa-gesa agar segera sampai di tujuan.
Ketika dia tiba pegawai fotocopy sedang berurusan dengan setumpuk berkas. Namun, dia langsung mengerti apa yang dicari gadis itu. Jadi, ia memberi isyarat agar Kenduri menunggu.
Selang beberapa saat pegawai menghampiri Kenduri dengan membawa berkas tipis. "Kamu meninggalkan ini tadi." 

"Syukurlah," lega Kenduri, "aku benar-benar lupa."
"Tadi Reby sempat mengejar untuk mengembalikan ini. Kukira ia bisa mendapatkanmu. Memang ia lemah dan payah."
Kenduri tertegun. Terkilas betapa ia khawatir disusul pemuda tersebut. Rupanya ia merasa sudah bersyakwasangka terhadap Reby, padahal kenyataan ia mendatangi kosnya untuk menolong.
"Kalian sudah lama kenal?" tanya pegawai. Tetapi setelah ia melirik judul makalah Kenduri, ia menjawab sendiri, "Ah, tentu saja belum lama."
Merasa tidak ada lagi yang diperlukan, Kenduri berterima kasih lalu pamit. Namun, pegawai fotocopy menahannya dengan berkata, "Dia sedang melewati masa sulit."
Kenduri ingin menanggapi perkataan itu tetapi ragu. Hanya saja ia mengira, jika bisa mendapatkan informasi yang mungkin cukup berguna, maka lebih baik merelakan sedikit waktunya di tempat itu.
Ia pun berbalik dan berujar, "Kami baru bertemu dua kali, bukan, sebetulnya tiga kali." 

"Aku bertaruh kalian akan lebih sering bertemu," timpal lelaki itu.
"Ada apa sebenarnya?" 

"Seperti kataku, dia sedang dalam kesulitan." 

"Bisakah lebih terus terang? Aku kurang terbiasa dengan itu."
"Semua orang menjauhi dia," tukas pria itu. 

"Tolong jangan berbelit-belit." 

"Aku hanya bisa sampai di sini. Kamu akan tahu lebih banyak."
Dengan kesal ia langsung tinggalkan tempat itu. Bagaimana mungkin penilaiannya berubah-ubah dalam waktu singkat. Sebelumnya ia mencurigai Reby, lalu menyesali pikirannya lantaran pria itu rupanya hendak menolongnya, dan sesudahnya ia kembali waswas karena ucapan tukang fotocopy.
Jadi, apa yang sebetulnya diinginkan pemuda itu

***
Bagian 10 update 15 menit lagi
-Bagian 10-

Karena beberapa alasan yang dipandang berguna untuk kebaikannya, Kenduri tak langsung pulang meski telah melewati tempat tinggalnya.
Butuh beberapa saat agar ia dapat membuat tenang perasaan sekaligus memikirkan gejala-gejala yang muncul di sekitar hidupnya akhir-akhir ini.
Ada satu taman di Jalan Singosari yang hendak ia tuju. Bukan tempat yang ramai, hanya taman mungil di tengah perumahan. Letaknya tidak seberapa jauh dari rumah nomor 29.
Kenduri tiba di taman dan hanya menemukan lebih sedikit orang dari yang dibayangkan. Dua muda-mudi berdandan kampung duduk mojok berdempetan di sebuah bangku.
Mereka adalah sepasang babu yang memanfaatkan malam libur dengan berpacaran. Gayanya kikuk, canggung terhadap setiap gerak-gerik di sekitar, tetapi punya semangat memadu kasih yang tidak dapat diremehkan.
Saat Kenduri datang, mereka jadi patung yang tak mengerti harus berbuat apa, hanya mesam-mesem seperti balita yang baru diajari bertemu orang asing. Di taman itu cuma tersedia dua bangku, dua ayunan, dan sebuah jungkat-jungkit.
Kenduri duduk di bangku kosong yang menghadap jalan, sedangkan pasangan babu berjarak sepuluh langkah saja. Mata Kenduri mengitari kanan kiri.
Sebatang palem botol tumbuh miring di sudut taman, bertemaram lampu warna kuning susu. Yang paling mudah ditemukan ialah pohon belimbing wuluh yang banyak tumbuh di sekitar pagar taman. Kemudian gadis itu kembali melihat dirinya.
"Tenang, ini bukan apa-apa," bisiknya pada dia seorang. "Aku tak harus menjadi orang lain untuk melewati ini."
Yang terbersit di benaknya sesungguhnya masih berupa praduga semata. Apa lagi kalau bukan para penghuni rumah nomor 44 dan sekarang ditambah dengan kedatangan Reby yang menurutnya harus dipikirkan serius.
"Apakah semua mereka adalah orang-orang berpenyakit mental?" Kenduri berbisik lagi. 

Dan selanjutnya ia mulai memercayai asumsinya. Menganggap semua orang di sana seperti terpisah dari kehidupan manusia sewajarnya.
Mereka keterlaluan aneh, penyendiri, seakan-akan tak memerlukan keberadaan individu lain. Mana pula ada manusia semacam itu. Manusia yang satu dan manusia lain adalah molekul yang saling terikat.
Namun itu tidak tampak sedikit pun di rumah nomor 44. Sekali pun pernah terjadi interaksi, itu malah mengerikan; Mempersekusi wanita muda yang sudah jelas tak berdaya.
Andaikata itu benar—dan  Kenduri meyakini memang benar—bagaimana bisa begitu banyak individu berkumpul di satu rumah? 

Kenyataan gadis itu tak mampu mendapatkan jawabnya.
Walaupun begitu, ia tetap yakin dugaannya tidak mungkin salah. Mungkin rumah itu menjadi tempat yang sudah direncanakan menampung orang-orang sakit. Mungkin ada seseorang yang mengatur ini semua.
Soal-soal lainnya memang belum diketahui saat ini, itu hanya perkara waktu. Namun, Kenduri juga tidak tertarik menghabiskan waktu untuk menyelami masalah tersebut. Yang dapat ia perbuat adalah bertahan sampai mendapatkan peluang  lebih baik.
Gadis itu menghela napas panjang lalu memejamkan mata. Berusaha mendamaikan segala pikiran yang berbenturan. Keadaan sekarang memang tak memungkinkan ia memilih.
Terkadang tiadanya pilihan membuat seseorang mendorong dirinya jadi lebih berani. Bukanlah berani adalah orang yang  tak memiliki takut, melainkan ia harus menyongsong satu-satunya pilihan di depan mata.
Kenduri membuka mata. Kini ia merasa lebih lunak menerima keadaan. Tak lama lagi pasti jalan keluar itu ada, yakinnya. Ia pun bangkit untuk segera pulang.
Sebelum pergi ia menoleh sepintas ke kanan. Pasangan babu itu sudah pergi, tetapi ada sepasang lain yang menggantikan mereka.
Berbarengan itu dua pria-wanita di bangku sebelah mendongak. Seorang pemuda berambut cepak tetapi banyak pitak, seorang lagi wanita muda yang rambutnya sebahu, rambut kasar tidak diurus.
Wajah-wajah lisut itu serempak menatap Kenduri yang tertegun mendapati dua penghuni kos 44 ada di taman itu. 

Kenduri lantas pergi terburu-buru.

***

Bersambung…

Tks untuk RT & likes 🙏

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Creepylogy

Creepylogy Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @creepylogy_

Dec 17
-Bagian 8-

Kenduri merasa sudah mengerjakan banyak hal, tetapi waktu belum sampai pukul 5 petang. Agar Sabtu dan Ahad lekas berlalu, ia mesti menemukan cara yang tidak membosankan.
Read 37 tweets
Dec 10
-Bagian 7-

Akhir pekan akan terasa lebih panjang bagi siapa yang tidak punya rencana cukup baik. Demikian yang dirasakan Kenduri. Dua hari tersebut selalu menyebalkan karena ia tidak pernah tahu cara melewatkannya dengan baik.
Read 37 tweets
Nov 26
-Bagian 5-

Rumah kos nomor 29 tak berbeda siang maupun malam. Sepi. Bahkan terasa lebih sepi dari lorong rumah sakit di malam hari. Hanya sewaktu-waktu terdengar siaran radio atau musik, dan musik yang diputar pun musik aneh, seperti lagu mengandung kepedihan juga keputusasaan.
Read 52 tweets
Nov 12
-Bagian 4-

Kenduri tidak langsung keluar dari bilik telepon. Ia tak habis pikir dengan tingkah bapaknya yang di luar nalar dan iman. Menurutnya bukan waktunya lagi orang segaek itu bermain-main dengan klenik.
Read 33 tweets
Nov 5
Ada legenda hantu di suatu kampung di Jawa Barat yang menurut gue menarik banget. Saking menariknya gue jadi begitu semangat mematahkan mitos tersebut langsung di depan para penduduk kampung tersebut.
Th 2010 gue main ke rumah salah seorang kawan lama. Keasyikan ngobrol sampai malam, ya sudah, nginap sekalian. Kawan gue yg ini random. Gitaris, suka nyari biawak, sering jualin onderdil motor jadul, demen ngulik Fathul Bari & saat itu baru bisnis rotan & sampah sekaligus. Ajaib.
Read 45 tweets
Oct 29
-Bagian 3-

Seperti yang berlaku pada umumnya, pergaulan menjadi kebutuhan mendasar yang wajib dipenuhi mahasiswa baru. Anak-anak muda yang wajahnya masih polos itu gemar bergerombol, dari satu tempat ke tempat lain, seolah-olah rasa percaya diri mereka minggat begitu saja.
Read 53 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(