Bang Beben Profile picture
Dec 25, 2022 60 tweets 9 min read
Sandah : Kuntilanak Berwajah Lebar
Bab 4 : Tangis Dari Dalam Kubur

Jangan lupa like, komen, share, reply, rt dan qrt yak 😀.

#ceritaserem #ceritahoror #threadhorror #kalimantan #sandah Image
Matahari belum terlalu tinggi, pagi-pagi sekali julak Sarkani sudah terlihat gelisah di depan rumah hajah Diana. Sejurus kemudian, orang yang ditunggunya telah berdiri di depan pintu.
Jaya terlihat kesal karena dibangunkan sepagi ini. Kejadian yang dialami si ibu dan istri kedua sungguh membuatnya pusing. Akan tetapi, rasa kesalnya pada julak Sarkani langsung sirna detik itu juga. Mendengar penuturan pak tua itu, amarah Jaya seketika menggelegak.
Jaya lantas memanggil amang Husni, bersama julak Sarkani mereka bergegas menuju salah satu lanting. Lanting yaitu rumah apung, rumah khas Kalimantan yang banyak terdapat di bantaran sungai.

Di atas lanting, Jaya menyadari ada yang kurang dari penampilan julak Sarkani pagi itu.
"Dimana akik kecubungmu julak? Biasanya tak pernah lepas dari jarimu."

Julak Sarkani menghela napas, "Sudah kucari sejak selesai sholat subuh tadi, tapi tak ketemu. Entah hilang dimana, aku tak tahu. Sepertinya aku lupa menaruh dimana."
Lima menit berselang, sebuah perahu motor yang disebut kelotok mendekat.

"Kemana mang?" tanya juru mudi.

"Ke hilir," balas Jaya.

*****
Kelotok bergerak ke arah hilir, melewati barisan lanting yang berjejer di tepian sungai Nagara. Tiba di lanting paling ujung, kelotok segera merapat. Mendengar ada suara kelotok, seorang wanita berdaster lusuh keluar dari dalam rumah.
Melihat Jaya, julak Sarkani dan amang Husni datang, raut wajah wanita paruh baya itu mendadak cemas.

"Assalamu alaikum, cil. Angah ada?" kata Jaya.

"Wa alaikum salam. Masuk dulu, bicaralah di dalam."
Nyonya rumah bergegas membawa ketiga tamunya masuk ke dalam rumah, menuju kamar dimana sang suami terbaring tidak berdaya.

"Suami ulun, sakit sejak malam kemarin. Sekitar pukul 12 malam lewat sedikit, ia datang mengetuk pintu dalam keadaan panik.
Tanpa bicara, ia langsung masuk ke dalam kamar dan bersembunyi di balik selimut. Seumur hidup, baru sekali ini ia ketakutan. Sampai sekarang, ia tidak bicara apa yang dilihat di makam istrimu," ungkap nyonya rumah dengan suara serak.
Melihat orang yang dicari terkulai lemah di pembaringan, Jaya yang tadinya penuh amarah berubah menjadi kasihan. Ditatapnya lekat-lekat lelaki paruh baya itu, matanya melotot, mulutnya menganga, wajahnya pucat dan tubuhnya lebih kurus dari biasanya.
"Ngah, apa yang terjadi?" tanya Jaya prihatin.

Lelaki di hadapannya berusaha menjawab, tapi hanya gumaman tak jelas yang keluar dari mulutnya.

"Haah…haah…"
Lelaki paruh baya itu, angah Irin namanya, sepertinya hendak menyampaikan sesuatu. Akan tetapi sesak nafas di dada membuat suaranya terdengar mirip seperti kambing yang sedang disembelih. Suaranya serak putus-putus, meracau tidak jelas.
Mulutnya mulai mengeluarkan liur, membasahi bantal kapuknya yang lusuh.

"Kapidaraan," ucap julak Sarkani, "ia ketempelan mahluk halus. Ambilkan air putih dan kunyit."

Si nyonya rumah beranjak ke dapur lalu kembali membawa permintaan julak Sarkani.
Julak Sarkani langsung melumat kunyit seukuran jari itu menggunakan mulut sambil membaca doa. Setelah selesai, lumatan kunyit tadi lantas ia oleskan di dahi , kedua telapak tangan dan kaki angah Irin. Ia mengoleskan cacak burung, dipercaya untuk menangkal gangguan mahluk halus.
Julak kemudian meraih gelas air putih yang ditaruh di samping lalu kembali membacakan doa-doa. Dengan mengucap bismillah, julak Sarkani memercikan air doa tadi ke wajah angah Irin sedikit demi sedikit.
Pada percikan ketujuh, angah Irin seketika megap-megap. Mata lelaki paruh baya itu terbelalak, seolah baru selamat dari tenggelam di sungai. Ia membuka mulut lebar-lebar, menghirup udara sebanyak-banyaknya.

"Istighfar, Rin.. Istighfar…" ungkap julak Sarkani.
Angah Irin perlahan tenang sambil menggenggam erat lengan julak Sarkani.

*****

30 menit berlalu, angah Irin sudah benar-benar tenang di atas kasur lusuhnya. Meski wajahnya masih pucat, tapi nafasnya sudah benar-benar normal.
Di dalam kamar sempit itu, tiga gelas kopi panas telah tersaji di dalam nampan, menemani obrolan mereka pagi itu. Istrinya angah Irin berkali-kali mencium tangannya julak Sarkani, berurai air mata mengucapkan terima kasih.
Awalnya julak menolak karena usia mereka hampir sama, tapi akhirnya menyerah juga. Dibiarkannyai istri amang Irin mencium tangannya berkali-kali, layaknya seorang anak pada bapak.

"Khairin, apa yang terjadi di makam Misnah malam itu?" tanya julak Sarkani pelan.
Angah Irin menggeleng, enggan buka suara. Bukannya tak mau atau takut bercerita, tapi tidak enak pada si Jaya. Bagaimana pun juga, apa yang terjadi di makam tempo hari adalah aib bagi keluarganya Jaya.
Jaya memahami kesungkanan angah Irin, tapi ia terus mendesak. Dengan perasaan tak enak, angah Irin akhirnya bercerita panjang lebar perihal peristiwa di pemakaman malam itu.

Kata angah Irin, peristiwa mengerikan itu terjadi sekitar pukul 10 malam.
Malam itu adalah malam kedua mereka berjaga di makam. Malam pertama, penjagaan berjalan lancar.

"Sdah lebih dari 10 thn aku bkrja sebagai penjaga makam, belum pernah aku bertemu hantu. Semua berjalan lancar. Namun, malam itu tidak akan pernah kulupakan hingga ajal menjemput.
Angah Irin terdiam sejenak, sedikit merasa ngeri teringat kejadian yang di luar akal sehat itu. Memang, pria yang berusia ekitar 45 tahun itu berprofesi sampingan sebagai penjaga makam, selain sehari-hari sebagai petani.
Hasil dari menjaga makam jauh lebih besar, bisa mencapai tiga kali lipat daripada mengolah padi di ladang. Hanya saja, pekerjaan untuk menjaga makam sangat jarang sekali. Paling banyak, setahun hanya tiga kali dan tidak jarang kosong sama sekali.
Kadang ia juga dapat panggilan untuk menjaga makam di kampung tetangga. Bahkan ia juga pernah menjaga makam atas permintaan orang yang beda Kabupaten. Biasanya, angah Irin akan berjaga bersama tiga hingga lima orang lainnya.
Mereka umumnya berjaga hanya selama tiga malam. Tugasnya pun terbilang cukup gampang. Mereka hanya berjaga sembari membacakan surat yasin di samping makam yang dijaga.
Angah Irin bersama anak buahnya tidak ambil pusing kenapa makam-makam itu harus dijaga, yang penting bayarannya sesuai.

Angah Irin hanya menduga-duga, tugas mereka menjaga makam agar mayatnya tidak dicuri orang untuk tujuan ilmu hitam.
Bisa juga, mayat yang dijaga justru memiliki ilmu hitam, jadi harus dijaga agar tidak bangkit dari kubur.

Selain nyali, tentu saja angah Irin dan anak buahnya membekali diri dengan amalan-amalan tertentu.
Namun, apa yang terjadi di makam Misnah membuat nyalinya benar-benar menciut.

"Semua bermula dari munculnya burung hantu aneh," tutur angah Irin.

"Burung hantu aneh?" cecar julak Sarkani seraya mengernyitkan dahi.
Angah Irin mengangguk pelan, "iya, sangat aneh. Baru sekali itu aku melihat burung hantu sebesar ayam jantan. Bahkan, mungkin lebih besar dari ayam jantan."

Julak Sarkani tertegun, sepertinya menyadari sesuatu.

"Lalu, apalagi yang terjadi?" buru julak penasaran.
Angah irin menerawang, mengingat detil demi detil peristiwa di malam kedua itu. Waktu itu, mereka sedang membaca surat Yasin untuk mendiang Misnah. Sebenarnya angah Irin sudah merasa jnggal, karena belum pernah ada pihak keluarga yang meminta untuk menjaga makam selama 40 malam.
Akan tetapi, bayaran yang sangat besar menepis semua kecurigaan mereka.

Tatkala ayat Yasin yang dibacakan mencapai ayat ke-36, sayup-sayup mereka mendengar suara tangis entah darimana.
Awalnya mereka tidak menghiraukan, karena bukan kali pertama mereka mendapat gangguan seperti itu.

Namun, lambat laun suara itu terdengar semakin dekat. Bahkan, kini mulai terdengar seperti suara orang sedang menapak di tanah.
Suara itu terdengar seperti orang sedang mondar-mandir mengelilingi mereka. Meski mulai takut, lima orang itu tetap fokus untuk membaca surat Yasin hingga selesai.

Namun, gangguan bukannya berhenti tapi semakin menjadi-jadi.
Mereka mulai mendapatkan lemparan-lemparan berupa ranting dan batu kecil entah darimana. Sementara itu suara tangis terdengar semakin kencang, menjerit-jerit seperti rintihan kesakitan. Lima orang itu saling pandang dengan wajah pucat, kini kekhawatiran menjalari mereka semua.
"Waktu itu, jantungku rasanya mau copot. Saya sampai keringatan padahal udara malam itu sangat dingin. Hiii…" lanjut angah Irin.

Setelah meminum segelas air putih, angah Irin kembali bercerita.
Katanya, seorang penjaga makam yang berusia paling muda, mengambil senter dan menyorot sekeliling. Tanpa aba-aba, empat penjaga makam lainnya ikut melihat ke arah sorotan cahaya senter.
Jantung mereka berdegup-degup tatkala cahaya senter menyinari kabut tipis yang mulai menyelimuti area pemakaman. Kabut itu bagai asap yang seolah-olah muncul dari dalam kubur.
Suasana malam itu benar-benar mencekam, barisan nisan yang mencuat di antara kabut membuat nyali mereka ciut.

Merasa ada yang janggal, pemuda tadi mengusulkan agar malam itu mereka pulang saja.
Apalagi, suara rintih tangis yang entah dari mana semakin membuat bulu tengkuknya merinding. Suara tangis itu, terdengar seperti di samping telinga.

Walau pun takut-takut, angah Irin menolak usul itu.
Ia beralasan apabila mereka kabur, maka tidak ada lagi yang akan memakai jasa mereka. Tapi perdebatan itu mendadak berhenti, sewaktu tanah tempat mereka berpijak tiba-tiba bergetar.
Refleks pemuda tadi mengarahkan senter ke makam Misnah di depan mereka. Benar saja, ternyata kuburan Misnah bergerak-gerak seperti ada yang hendak keluar. Dua nisan penanda tiba-tiba roboh, tersedot dalam kuburan.
"Astagfirullahul azim…!"

Pekik Istighfar langsung terdengar, ketika ada tangan yang tiba-tiba mencuat dari dalam kubur. Jari-jarinya yang kurus membentuk cakar di udara, belepotan penuh lumpur.
Tanpa pikir panjang, pemuda tadi terbirit melarikan diri disusul tiga orang lainnya. Tersisalah angah Irin yang terduduk di tanah dalam keadaan ketakutan. Ia mencoba membaca ayat kursi, tapi bacaannya justru salah-salah.
Tubuhnya gemetar dan kakinya lemas, sementara jantungnya berdetak sangat kencang. Tepat di depan mata, angah Irin melihat pemandangan yang sangat menakutkan.
Dari dalam kubur, perlahan-lahan mayat Misnah keluar berbalut kain kafan kotor penuh tanah liat. Yang lebih mengerikan, angah Irin beradu mata dengan mayat Misnah.

Dengan sorot mata yang mengerikan dan wajah sepucat tepung, mayat itu menyeringai.
Hantu Misnah itu menggoyangkan kepala ke kiri dan kanan diiringi bunyi kemeretak tulang tengkorak. Sedetik kemudian, kepalanya melebar perlahan diiringi suara tawa melengking dengan rambut keriting gantung acak-acakan.
"Saat itulah aku berhasil kabur. Aku lari terbirit ke arah lanting, membawa kelotok cesku untuk pulang malam itu juga. Bila ingat kejadian malam itu, bulu kudukku langsung merinding.…hiih," tutur angah Irin bergidik ngeri.
"Sandah…Misnah bangkit menjadi hantu Sandah," desah julak Sarkani terbata.

"Sa-sandah?" tanya Jaya tak percaya. Matanya terbelalak dan bibirnya gemetar.

Julak Sarkani mengangguk, "Iya, sandah. Kuntilanak berwajah lebar."
Jaya langsung duduk tersungkur dengan mata berkaca-kaca. Dadanya kembang-kempis dan tubuhnya lemas karena rasa sedih yang mendalam.

"Misnah, istriku. Apa yang telah engkau lakukan?" decaknya seraya menyeka air mata.

*****
Atul duduk termenung di dalam kamar. Dibuainya si kecil dalam keranjang bayi. Ia berusaha tegar, tapi tetap tak kuasa membendung air mata. Tersungkur di ranjang, ia menangis lirih. Bahunya berguncang-guncang menahan isak.
Berita dari ayahnya beberapa saat lalu membuatnya terguncang.

Atul bangkit lalu mencari-cari sesuatu di bawah ranjang. Ditariknya sebuah kaleng biskuit tua dan dibuka penutupnya. Ia raih satu-persatu amplop berwarna putih lusuh dan membuka isinya.
Atul tersenyum dalam tangis, membaca surat-surat cinta dari kekasih hati. Meski telah bertahun-tahun, kata-kata penuh rayuan manja yang tertulis di kertas berwarna merah jambu itu tetap tersusun rapi, disimpan dalam wadah yang takkan pernah diketahui sang suami.
Apri adalah cinta pertamanya. Kakak kelas semasa Aliyah dulu telah berhasil meluluhkan hatinya. Namun takdir berkata lain, cinta saja tak cukup untuk menyatukan dua hati yang terpanah asmara.
Atul kembali sesenggukkan, mengenang setahun lalu sewaktu ia dengan terpaksa menerima pinangan Jaya.

Atul mengutuki diri sendiri karena terlalu lemah sebagai wanita. Demi adat dan bakti pada orang tua, ia harus rela menikah dengan lelaki yang tidak ia cintai.
Wanita malang itu tidak menyangka, di jaman modern ini ia menjadi Siti Nurbaya.

Jauh di lubuk hati, Atul tidak percaya begitu saja dengan apa yang disampaikan ayahnya barusan. Baginya, tidak mungkin Apri meninggal tanpa alasan yang jelas.
Penyebab kematian Apri yang diceritakan ayahnya terlalu mengada-ada. Atul mengenal betul tabiat si Ayah. Bila sudah punya keinginan, kepala desa itu punya seribu akal untuk menghalalkan segala cara.
Jika benar si Misnah bangkit dari kubur untuk menuntut balas, seharusnya yang jadi korban adalah si Atul.

…berkentang…

Sampai jumpa di malam Jumat.
Jika ingin baca lebih dahulu atau sekedar mensupport, bab 5&6 sudah tersedia di @karyakarsa_id
Tabe 😇🙏
karyakarsa.com/benbela/sandah…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Bang Beben

Bang Beben Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @benbela

Jan 1
Sandah : Kuntilanak Berwajah Lebar

Bab 6 : Jejak Misterius

Jika berkenan, sudi kiranya like, reply, Rt dan Qrt.

Selamat membaca.

@IDN_Horor
@bacahorror_id
#ceritaseram #ceritahoror #bacahorror #sandah #kuntilanak #kalimantan #banjar Image
Tanpa diduga, hajah Diana merangsek ke depan penuh amarah dan kebencian. Wanita itu melompat, hendak menerkam sang menantu. Jari-jarinya yang kurus membentuk cakar, menyasar leher si Atul yang tengah terpojok sambil mendekap bayi di pojokan.
Atul menangis ketakutan, menjerit sekencangnya dengan tubuh gemetaran.

Braak…!

Julak Sarkani bertindak cepat. Ia berhasil menerjang hajah Diana tepat beberapa senti sebelum wanita itu bisa mencelekai si ibu dan bayinya.
Read 54 tweets
Dec 29, 2022
Sandah : Kuntilanak Berwajah Lebar

Bab 5 : Jejak Darah

Jangan lupa like, reply, Rt dan Qrt yak.
@IDN_Horor @bacahorror_id @HorrorBaca
#ceritaserem #ceritahoror #ceritamalamjumat #threadhorror #sandah #kuntilanak #banjar #kalimantan Image
Pambakal Sarip duduk termenung di halaman belakang rumahnya. Duduk di atas kursi rotan dan berteman segelas kopi, ia menatap sekumpulan ayam peliharaan yang tengah mematuk benih padi.

Meski tubuhnya ada di situ, pikirannya berada di tempat lain.
Jauh di lubuk hati, kepala desa itu merasa senang dengan kematian Apri. Setidaknya, pemuda tak jelas masa depan itu tidak lagi mengganggu anaknya yang telah bersuami. Sebenarnya, bukan kedudukan atau harta yang membuatnya tidak merestui hubungan Atul dan Apri.
Read 41 tweets
Dec 18, 2022
SANDAH : Kuntilanak Berwajah Lebar

Bab : Awal Teror

Jangan lupa like, reply, Rt dan Qrt yak 🙏😇

cc @IDN_Horor @bacahorror_id @ceritaht
#ceritaseren #banjarmasin #banjar #hororstory #horor #Dayak #kalimantan Image
Bak wabah penyakit, kabar proses pemakaman Misnah yang ganjil langsung tersebar ke segala penjuru kampung. Baru tadi pagi ia dimakamkan, sore hari seluruh penduduk sudah tahu kabar tentang Jaya yang harus melangkahi mayat istri pertamanya.
Read 66 tweets
Dec 15, 2022
Sudah tiga kali jasad Misnah dihadapkan ke arah kiblat, tapi lagi-lagi jasad itu kembali ke posisi semula, berbaring dalam kondisi terbujur kaku di liang lahat. Sungguh ganjil, baru kali ini ada mayat yang menolak dihadapkan ke arah kibla

@bacahorror_id @IDN_Horor
#ceritaserem
Assalamualaikum wrwb.

Selamat pagi/ siang/ malam. Kali ini saya kembali lagi dengan kisah horor dari Kalimantan. Pada kisah kali ini, saya mengangkat cerita tentang hantu Sandah. Sandah adalah salah satu dari tujuh jenis Kuntilanak / Kangkamiyak.
Namun, yang membedakan dari Kuntilanak lainnya, Sandah memiliki wajah yang lebar, selebar nyiru penampi beras. Konon, wajah lebar itu adalah kutukan, sebagai penanda karena ia telah berbuat durhaka pada suami.

So...selamat menikmati kisah horor saya kali ini.
Tabe.
Read 46 tweets
Jul 7, 2022
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 31 : Bara Dendam

Final Update ( TamaT ) Bab terakhir, semoga berkesan. Bantu like, reply, retweet dan quote tweet ya.
Selamat Membaca 😇🙏

@IDN_Horor
#ceritaseram
#ceritaserem
#threadhorror
#ceritahoror
#kalimantan
Rumah pak Gerson tiba-tiba gelap, hanya ada cahaya temaram lilin yang semakin pendek di dalam mangkok malawen. Aku berdiri mematung seraya mengucapkan dzikir dan shalawat. Suaraku putus-putus karena dicekam ketakutan.
Rumah pangggung itu sangat gaduh karena suara perkelahian. Jerit tangis istri dan mertua pak Gerson silih berganti dengan teriakan panik orang-orang di dalam rumah. Malam itu, rumah pak Gerson tak ubahnya ladang pembantaian.
Read 96 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(