Creepylogy Profile picture
Jan 12 47 tweets 8 min read
-Rubanah-

Bagian 17

Gini amat nasib Kenduri 😑

Izin tag
Terima kasih RT/likes 🙏

@IDN_Horor @bacahorror_id @P_C_HORROR @Penikmathorror @threadhororr @ceritaht
#bacahorror #penikmathorror #ceritahorror #threadhorror
-Bagian 17-

Akibat kejadian yang semalam Kenduri menunda pulang ke rumah setelah kuliah berakhir. Padahal waktu menuju malam masih cukup panjang. Matahari sedang bocor-bocornya siang itu, jadi, ia harus pintar-pintar menemukan cara agar menunggu tidak terlalu membosankan.
Mula-mula mahasiswi itu berhenti di deretan bangku yang memanjang di tepi lorong fakultas. Di atas lorong terpasang kanopi yang bersambung-sambung sehingga terik siang kurang terasa sengat.
Duduklah dia di situ seorang diri, hanya berteman pikiran yang karut-marut. Tidak jelas apa yang diperbuatnya kecuali menyaksikan langkah orang-orang yang melintas.
Kebakaran malam tadi masih merisaukannya. Bukan saja soal ia hampir mati dihanguskan api, melainkan apa yang ia pikirkan setelah peristiwa itu. Sekarang dia mengira bahkan kematian lebih menggeembirakan daripada tersiksa begini.
Manusia mati hanya sekali, sedangkan hari-hari yang panjang itu begitu sulit dijalani. Akan tetapi buru-buru diralatnya angan-angan yang sembrono itu.
Lalu ia memperoleh ide yang dianggap lebih masuk akal daripada sekadar duduk tanpa tujuan. Dia pun bergegas meninggalkan bangkunya untuk mewujudkan ide itu segera, yakni mengunjungi perpustakaan pusat.
Gedungnya terpisah hanya dua blok dari gedung fakultas, dan itu dapat ditempuh dengan menyusuri lorong berkanopi yang menghubungkan satu gedung ke gedung lain.
Siang itu perpustakaan sepi. Sebenarnya begitu pula saban hari. Kenduri naik ke tingkat dua dengan tangga. Kemudian yang pertama, ia mengisi daftar tamu karena itu wajib. Kedua, ia menitipkan tas. Dan ketiga, ia boleh memilih buku di dalam susunan rak yang bertingkat-tingkat.
Oleh sebab kedatangannya adalah untuk membunuh waktu, maka Kenduri mendatangi rak bacaan ringan. Novel dan sastra populer. Ada ratusan, mungkin ribuan judul buku yang saling mengimpit satu dengan yang lain.
Ia menilik judul demi judul, membuat kilasan, lalu pilihannya jatuh pada satu novel berjudul Pembunuh Istri karangan Tolstoy.
"Pembunuh istri?" Kenduri tergelitik. Betapa mustahilnya suami membunuh pasangan hidupnya, sedang sudah jelas dan tak terbantahkan lagi bahwa suami-suami lebih banyak menimbulkan masalah sepanjang peradaban.
Alangkah baiknya judul dan cerita itu dibalik, yaitu "Pembunuh Suami". Namun, protes hanya memperkuat  keinginan Kenduri terhadap buku Pembunuh Istri. Secara pasti dia jadi tak sabar untuk segera membaca. Dan sepertinya buku-buku lain sama sekali jadi tidak menarik.
Kenduri menggeser mundur sebuah kursi kayu yang kakinya panjang lalu duduk di situ. Mulai saat itu hingga seterusnya ia menyalami isi novel tersebut.
"Gila! Benar-benarlah gila!" Terpekik Kenduri hatinya dengan pekik yang lebih nyaring dari suaranya. "Orang asing ini bercerita begitu santai kepada orang asing lain yang ditemuinya di perjalanan kereta, bahwa ia telah membunuh istrinya.
Bagaimana dia masih bisa mengatakan kalau dirinya sendiri adalah manusia seutuhnya, sementara ia begitu tenang meneguk teh kental dan pahit sambil mengisahkan kejahatannya, dan malahan ia sangat bergairah dengan pembunuhan itu?"
Ceritanya masih bersambung dan novel Tolstoy yang itu bukanlah novel panjang. Kenduri makin menemukan keasyikannya dan ia sendiri, meski kesal bukan main terhadap si pembunuh yang bernama Pozdnishec, tetapi ia mengharapkan tembakan peluru yang lebih tajam dari kisah itu.
"Lihat ini, lihat! Astaga Tuhan! Sekarang si pembunuh memasang pembenaran terhadap kejahatannya. Terang-terangan ia lakukan itu. Apa katanya tentang istrinya? Dianggapnya bahwa istrinya telah menyalahi aturan-aturan tentang istri....
...Memang apa yang salah dari istrinya? Perempuan itu telah melakukan hal-hal yang sebenarnya juga dilakukan oleh semua istri di dunia ini. Di mana salahnya? Tetapi si pembunuh itu tetap membunuh.
...Dia berputar kian kemari demi memenuhi hati bejatnya dengan kegilaan yang dianggapnya sebagai kebenaran. Ya Allah, kisah macam apa ini? Mengapa aku memilih buku yang tidak menarik ini?"
"Alamak! Sekarang si binatang ini sekalian menyayangkan kehadiran kelima anaknya yang ia anggap menambah sumber penderitaan.
...Anak-anak! Ya, anak-anak itu disalahkan karena sakitnya, makanannya, dan karena perhatian si pembunuh beserta istrinya menjadi bercabang daripada rasa cintanya.
...Apa tidak ada yang lebih konyol dari perasaan dan pandangan lelaki itu, sementara sedari awal dia telah memasang kuda-kuda demi membenarkan semua perbuatan juga pikiran kejamnya? Astaga! Aku frustrasi. Buku ini membuatku putus asa!"
Namun, kenyataan menunjukkan Kenduri kian jauh membuka halaman. Pembacaannya lebih cepat daripada keluh dan sumpah serapah pada si pembunuh istri.
Untuk sementara gadis itu bisa  melupakan penat pikiran yang membuatnya ngilu berkat si pembunuh istri. 

Dan akhirnya,
"Bajingan ini! Dia membunuh istrinya yang baru saja selesai makan malam bersama guru piano yang dicemburuinya sepanjang waktu, sementara istrinya mungkin hendak melanjutkan pelajaran tentang Soneta Kreutzer itu?
...Buku macam apa ini? Apakah pengarangnya cukup beragama atau sekurangnya sedikit percaya Tuhan? Seharusnya tulisan sejenis ini tidak pernah boleh ada."
Sudah sama-sama diketahui bahwa penulisnya, Tolstoy adalah seorang kristiani ortodoks yang taat lagi mendambakan cinta kasih–meski belakangan ia meninggalkan gereja lantaran kecewa.
Penulis Rusia itu begitu percaya pada ajaran memberikan pipi kiri sebagai balas atas tamparan pipi kanan. Dan tidak pula ada yang meragukan ketaatan Tolstoy pada ajaran khotbah Yesus di atas bukit.
Namun ia telah menulis kisah yang dapat meledakkan isi kepala, dan sebenarnya itu adalah kekejaman yang pada akhirnya lebih sering lagi terjadi di muka bumi, bahkan dengan tingkatan yang lebih menyeramkan.
"Kau membaca buku itu?" tegur wanita di samping. 

Kenduri yang belum lagi melepaskan tatap dari sampul novel tersebut, berkata, "Ya. Buku ini semata-mata menggambarkan sadisme dan kekejaman hati yang sukar dipahami."
"Tetapi sepertinya kau menghabiskan berjam-jam membaca dengan gairah yang sukar dibendung sampai halaman terakhir."
Kenduri mengangkat pandangnya untuk ditumbukkan ke jendela perpustakaan, "Aku hanya selalu membaca setiap buku sampai akhir." 

"Begitu, ya? Itu memperlihatkan sifatmu yang agaknya bersemangat menempuh jalan sampai ujung."
"Apa yang sedang kamu baca?" Kenduri menoleh ke buku yang sedang digelar wanita itu. 

Dan wanita itu membalikkan setengah bukunya hingga kelihatan sampulnya. "Aku membaca buku yang sama."
"Kusarankan kamu tidak membacanya sampai akhir,"  seloroh Kenduri seraya kembali menatap jendela. 

"Kau mungkin benar. Penasaranku agaknya tidak sebesar itu." 

Kenduri tak meladeni ucapannya.
"Tahu tidak," kata perempuan di samping. "Rasanya aku harus memuji semangatmu, seperti yang kau tunjukkan semalam ketika kau begitu ingin tahu tentang kebakaran yang terjadi."
Dalam sekejap Kenduri berpaling pada lawan bicaranya. Tak disangka sebelumnya bahwa perempuan tersebut tak lain adalah gadis yang menghuni kamar 20. 

"Kau kuliah di sini juga?" Kenduri menyidik.
Gadis itu mengangguk. 

"Apa yang sebenarnya terjadi tadi malam?" 

"Kau belum mengerti kalau itu kebakaran?" 

"Siapa yang menyebabkan itu?"
"Kenapa kau masih bertanya padahal bisa menanyainya langsung?" 

"Menanyainya? Bicara langsung saja, jangan bertele-tele!"
Kenduri tak sadar ia mulai hilang kendali, dan kata-katanya yang terakhir diucapkan dengan nada tinggi sehingga hal itu menyebabkan beberapa pengunjung perpustakaan menjadi tidak nyaman.
Gadis kamar 20 berkata, "Aku melihat penjahatnya lari ke atas dan sepertinya aku tak mungkin salah, dia bersembunyi di kamarmu." 

"Dia siapa?" 

"Bukankah kau sempat melihatnya juga?"
Kenduri mundur ke waktu semalam. Ketika dia berusaha menyelamatkan diri lewat kamar lalu melihat sesosok wanita muda yang membuatnya kaget. 

"Diakah pelakunya?" 

Wanita kamar 20 tersenyum.
"Siapa dia?" 

"Aku tak boleh memberitahu namanya." 

"Katakan!" Habis sudah kesabaran Kenduri. Akan tetapi di sisi lain pengunjung perpustakaan dibuatnya lari kocar-kacir.
Penghuni kamar 20, tetap dalam ketenangan yang tak pernah berubah, kemudian memundurkan kursinya. Ia hendak pergi juga, tetapi sebelum itu ia berkata, "Jika minatmu yang begini besar tak bisa dicegah, pergilah ke rubanah sehingga kau mendapatkan semuanya."
Gadis itu meninggalkan Kenduri tanpa lebih banyak kata-kata.

***

Bersambung...

Bisa baca lebih dulu di Karyakarsa. Sudah tamat.

karyakarsa.com/Creepylogy/rub…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Creepylogy

Creepylogy Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @creepylogy_

Jan 7
-Bagian 15-

Kumandang  azan isya menjadi penanda aktivitas terakhir Kenduri hari itu. Tidak ada lagi yang ingin dikerjakannya kecuali salat. Tanpa menunda-nunda, seusai azan ia cepat turun untuk mengambil air wudhu. Sejuk air membuatnya sedikit tenang.
Read 72 tweets
Dec 17, 2022
-Bagian 8-

Kenduri merasa sudah mengerjakan banyak hal, tetapi waktu belum sampai pukul 5 petang. Agar Sabtu dan Ahad lekas berlalu, ia mesti menemukan cara yang tidak membosankan.
Read 37 tweets
Dec 10, 2022
-Bagian 7-

Akhir pekan akan terasa lebih panjang bagi siapa yang tidak punya rencana cukup baik. Demikian yang dirasakan Kenduri. Dua hari tersebut selalu menyebalkan karena ia tidak pernah tahu cara melewatkannya dengan baik.
Read 37 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(