Creepylogy Profile picture
Jan 21 55 tweets 8 min read
-Bagian 19-

Keriangan pesta, kue perayaan, dan tiba-tiba semuanya berakhir oleh sebekas teriakan yang masih misterius. Kenduri yang sebelumnya terlanjur bergabung dalam acara itu juga ikut meninggalkan pesta bersama orang-orang.
Sekarang dia berlindung di kamarnya, sepertimana penghuni-penghuni rumah lainnya. Dan lorong lantai 2, bahkan seantero rumah itu kembali seperti biasanya, sempit dan muram.
Radio menjadi pilihan untuk setidaknya mengalihkan pikiran tentang misteri yang belum terpecahkan. Kenduri mengerti bahwa ia tidak bisa banyak memilih, dan memang hanya radio yang dapat menemaninya.
Maka ia pun menyalakan radio Walkman, memutarnya pada frekuensi FM dengan banyak pilihan siaran. Kali ini bukan dangdut, sebab sudah cukup bernostalgia, melainkan aliran musik pop yang disenanginya.
Dan tidak sulit menemukan stasiun yang memutar lagu pop terkini, sebab kebanyakan pendengar juga seleranya itu. Mulai sekarang sampai seterusnya Kenduri ditemani lagu-lagu pilihan radio. Berkat lagu-lagu itu pula dia terlelap.
Akan tetapi tidurnya hanya sebentar. Dia terjaga tanpa sebab pada pukul 11 malam. Itulah yang namanya tidur ayam. Mau tidak mau ia bangun. Radio masih menyala. Hanya, bukan lagu pop yang kini disiarkan, melainkan percakapan penyiar dengan penelepon dalam suatu segmen acara.
"Masih bersama saya Rikcy di acara spesial Cermat, cerita malam keramat. Ada telepon masuk di sana, halo!" 

"Selamat malam Kak Ricky," kata wanita di seberang.
"Ya. Dengan siapa di mana?" 

"Aryani di Jakarta." 

"Oke, Aryani. Bisa lebih jelas Jakartanya di mana?" 

"Saya mau menceritakan pengalaman saya."
Siaran semacam itu bukan segmen yang disukai Kenduri. Jadi, ia bakal melewatkannya segera. Kecuali oleh sebab lain yang ia tidak pernah duga. Kenduri kenal suara si penelepon.
Meski belum pernah berkenalan nama, sekarang ia tahu siapa namanya. Penelepon itu, Aryani, tidak lain dan tidak bukan adalah perempuan yang mengisi kamar nomor 20.
"Oke, jadi kamu mau cerita tentang tempat tinggal kamu," ujar penyiar. 

Aryani memulai kisahnya.
"Orang-orang di sekitar mengenal tempat ini dengan nama rumah 29 atau kos 29. Aku tinggal di sini mulai pertengahan Juli 1995 karena mamaku yang memilihnya untukku. Rumah itu sebenarnya nyaman dan pemiliknya tampak sangat perhatian kepada semua anak kos. Tapi..."
Penelepon berhenti beberapa saat. Di sisi lain penyiar sabar menunggu. Adapun Kenduri, sekarang ia tak lagi berpikir mengganti siaran cerita horor itu, malah dia tidak sabar menunggu kelanjutaannya.
"Aku selalu curiga pada sebuah kamar di ujung lorong lantai dua," sambung penelepon dengan suara dipelankan. 

"Ada apa di kamar itu?"
"Aku selalu melihat wujud perempuan muda yang menyeramkan di kamar itu. Dia jelas bukan manusa. Meskipun sebetulnya ia terlihat biasa saja, tetapi aku dapat melihat kejahatan yang terpancar di dirinya...
...Dia senang menjerit atau meneriakkan kata-kata yang tidak kumengerti. Beberapa kali aku melihat kamarnya terbuka dan saat menengok ke dalam, ia tampak melayang dengan tangan dan kaki terjuntai."
"Sebentar, Aryani. Apakah yang kamu maksud itu betul-betul sejenis makhluk halus?" 

"Aku menganggapnya dia bukan manusia." 

"Maksud kamu, dia dalam pengaruh setan atau..."
"Semua penghuni menganggap dia setan." 

"Oke, tapi menurutku ini perlu dijelaskan," kata penyiar. "Sebab aku membayangkan dia masih manusia yang dalam pengaruh."
"Memang susah menjelaskannya, akan tetapi semua sepakat bahwa dia bukan manusia." 

"Oke, apa yang terjadi selanjutnya?"
"Perempuan jahanam itu berkali-kali hendak membunuh penghuni kos. Pernah dia menikam satu penghuni di lantai bawah yang untungnya masih bisa diselamatkan,
...pernah juga dia hampir menusuk kepala tetangga kamarku dengan linggis. Dan ia melakukan semuanya dengan senang gembira."
Penyiar sepertinya terkejut dan belum siap dengan cerita itu. Kedengaran jelas kalau ia masih belum menemukan pijakan kisah tersebut, benarkah sosok wanita itu adalah setan atau masih manusia.
"Kalau perempuan yang diceritakan itu sangat berbahaya, kenapa kamu dan semua orang masih tinggal di sana?" 

"Awalnya pun kupikir begitu sampai kami belajar dari pengalaman orang lain. Kebanyakan mereka yang keluar dari sini hidupnya berakhir mengerikan."
"Maksud kamu, tewas?" 

"Sebagiannya juga meninggal dengan cara aneh." 

"Dan itu masih terjadi sampai sekarang?"
"Kamar itu sebenarnya dikosongkan dua tahun, penghuninya dipindahkan ke suatu tempat. Namun, baru-baru ini pemilik rumah menyewakan kamar tersebut pada seorang mahasiswi baru. Sejak itu aku kerap melihat dia kembali ke situ seperti kemarin malam."
"Dia menerobos kamar kamar orang seperti maling?" 

"Sudah kubilang dia bukan manusia. Wanita itu bisa masuk semaunya dengan caranya sendiri, tak peduli pintunya dikunci atau tidak. Intinya saat ruangan itu kembali dibuka, dia akan kembali dan melancarkan kejahatannya."
"Jujur saja, Aryani, ceritamu terlalu seram. Walau ada beberapa soal yang masih susah dimengerti, misalnya, ya, seharusnya kalian melaporkannya pada pihak yang berwajib atau siapalah itu."
"Sayangnya itu tidak mungkin. Aku mendengar beberapa penghuni lama mengatakan kalau kami berniat melapor kami akan berakibat seperti mereka yang keluar dari rumah ini."
"Sebentar, Aryani," ujar penyiar, "mendengar ceritamu aku jadi khawatir." 

"Kisahnya memang begitu." 

"Maksudku, bukankah kata-katamu tadi berarti bahwa kamu mestinya menjaga rahasia rumah itu?"
Kenduri teringat satu persoalan. Bagaimana si penghuni kamar 20 itu menelepon radio semalam ini. Bisa saja ia menggunakan ponsel, tetapi hampir semua orang belum punya alat itu. Sedangkan sudah pasti wartel tutup beberapa saat lalu.
Kenduri mengambil headset untuk dipasang di satu telinganya. Ia turun lalu keluar kamar untuk membuktikan kebenaran pikirannya. Pintu nomor 20 diketuk, sementara ia masih mendengar penelepon berbicara lancar. Namun ketukan tak berbalas. Kamar 20 tampak gelap. Ia mengetuk lagi.
"Aku baru saja melihat setan jahat itu melesat masuk ke kamar mahasiswi baru itu," panik penelepon radio. 

"Bagaimana bisa?"
"Mahasiswi baru itu, namanya Kenduri, baru saja membuka pintunya untuk keluar menuju kamarku." 

Habislah kesabaran Kenduri. Digedor pintu kamar itu sekencangnya dan berulang-ulang sampai akhirnya dibuka dari dalam.
Kenduri memergoki gadis di hadapan matanya gemetaran hebat. Langkahnya mundur disertai takut yang menggurat di matanya. Lalu tiba-tiba pula perempuan itu terlempar ke tembok hingga jatuh tak lagi sadar.
Gilirannya rasa takut itu menjalar dari ujung kepala sampai kaki. 

"Sekarang setan itu pindah ke kamar nomor 20. Ia membuat gadis itu sekarat." 

"Aryani?"
"Ya, Aryani sekarat." 

"Ini dengan siapa?" 

"Kenduri." 

Setelah itu sambungan terputus.

***
-Bagian 20-

Kenduri melihat setitik sinar lampu yang perlahan-lahan semakin terang hingga dengan sendirinya ia tersadar. Saat ia hendak menggerakkan kepala, Hasana segera menghampirinya. "Syukurlah kau sudah sadar," komentar Hasana.
Beberapa orang di bawah tangga mendengar yang diucapkan Hasana, sehingga mereka keluar satu persatu meninggalkan kamar Kenduri. 

"Apa yang terjadi, Bu?"
Hasana menggeleng dengan raut rona menyesal, berkata kemudian, "Kamu mengamuk tadi. Tapi sudahlah, jangan itu jadi pikiran. Istirahat saja, kamu kecapekan."
Kenduri sedikit pun tak memahami maksud perkataan itu, jadi ia bertanya lagi, "Mengamuk bagaimana?" 

Hasana melipat kakinya untuk duduk. Lalu katanya, "Kamu tadi mengalami apa yang disebut kerasukan."
Saat itu juga Kenduri bangkit dari rebahnya. Mulutnya hendak bersuara banyak, tetapi semacam timbul keengganan yang menghalanginya bicara. Bagaimana bisa kesurupan, adalah pertanyaan yang mustahil dijawabnya, sebab pengalaman yang diyakini Kenduri menunjukkan hal sebaliknya.
Namun, dia mengingat saat-saat terakhir yang mungkin dapan menolongnya memperoleh jawaban dari fakta yang kusut ini. 

"Bu, saya tak mengerti kondisi ini. Jujur saja, sebelum saya berada di sini saya melihat pemandangan Aryani yang tidak masuk akal."
"Apa yang menimpa Aryani?" 

Kenduri segera bersaksi, "Dia mengalami apa yang ibu katakan sebagai kerasukan." 

"Di mana kamu melihatnya?" 

"Di kamarnya, kamar 20."
Hasana tahu-tahu tertawa. "Nak, kamu tidak mengingat apa-apa. Tidak ada yang bernama Aryani."
Kenduri tidak terima dituduh salah ingatan. Akan tetapi ibu kos memilih jalan pintas, memanggil lantang seseorang yang bernama Mirantih. Kemudian pemilik nama itu menampakkan diri.
"Siapa namamu?" 

"Mirantih." 

"Di mana kamarmu?" 

"Kamar nomor 20?" 

"Kamu kenal seorang bernama Aryani?" 

Gadis itu tampak ragu menjawab.
"Apakah Aryani adalah kamu?" cecar Hasana. 

"Saya Mirantih." 

"Adakah nama Aryani dalam namamu?" 

Yang ditanya langsung menggeleng tegas.
"Sudah, kamu boleh pergi." Akan tetapi Hasana cepat berubah pikiran. Ditahanlah perempuan itu lalu ia bertanya, "Apa yang kamu lihat tadi?" 

"Kenduri?" 

"Iya, dia."
"Dia tadi terlihat melayang di depan kamarnya lalu jatuh tiba-tiba. Aku berteriak meminta tolong. Kemudian..." tanpa sebab yang jelas wanita itu menangis keras. Hasana berusaha membuatnya tenang, dan setelah tangis berhenti ia menyuruh Mirantih pergi.
Tinggal Hasana dan Kenduri berdua di kamar itu. Alih-alih menerima pernyataan orang lain sebagai fakta, ia malah melihat segala sesuatunya kian mencurigakan. Namun Kenduri takkan sanggup melawan pendapat orang lain yang lebih banyak jumlah ketimbang dirinya seorang.
Kenduri percaya jika semua orang dikumpulkan untuk ditanya mengenai dirinya, jawaban mereka bakalan sama. Lantas bagaimana kalau sudah begitu?
Pendapat orang banyak pasti lebih unggul, tidak peduli sekalipun ingatannya benar, jika orang-orang tidak mengakui ingatannya, maka kebenaran adalah milik orang-orang. 

***

Bersambung…
Bagian berikutnya bisa baca duluan di sini. Sudah tamat sampai bagian 28. Terima kasih untuk semua yang sudah mendukung saya.

karyakarsa.com/Creepylogy/rub…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Creepylogy

Creepylogy Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @creepylogy_

Jan 14
-Bagian 18-

Gadis kamar 20 telah pergi dengan meninggalkan kekesalan di benak Kenduri. Beberapa saat lamanya Kenduri mematung di ruang baca. Hanya dirinya seorang, namun ia tidak ambil pusing dengan kesendirian.
Read 31 tweets
Jan 12
-Rubanah-

Bagian 17

Gini amat nasib Kenduri 😑

Izin tag
Terima kasih RT/likes 🙏

@IDN_Horor @bacahorror_id @P_C_HORROR @Penikmathorror @threadhororr @ceritaht
#bacahorror #penikmathorror #ceritahorror #threadhorror
-Bagian 17-

Akibat kejadian yang semalam Kenduri menunda pulang ke rumah setelah kuliah berakhir. Padahal waktu menuju malam masih cukup panjang. Matahari sedang bocor-bocornya siang itu, jadi, ia harus pintar-pintar menemukan cara agar menunggu tidak terlalu membosankan.
Read 47 tweets
Jan 7
-Bagian 15-

Kumandang  azan isya menjadi penanda aktivitas terakhir Kenduri hari itu. Tidak ada lagi yang ingin dikerjakannya kecuali salat. Tanpa menunda-nunda, seusai azan ia cepat turun untuk mengambil air wudhu. Sejuk air membuatnya sedikit tenang.
Read 72 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(