Creepylogy Profile picture
Jan 28 โ€ข 57 tweets โ€ข 9 min read
"TUMBAL KONTRAKAN"

Banyak kematian yang sukar dijelaskan...

RT biar rame

Izin tag
Terima kasih RT/likes ๐Ÿ™

@IDN_Horor @bacahorror_id @P_C_HORROR @Penikmathorror @threadhororr @ceritaht
#bacahorror #penikmathorror #ceritahorror #threadhorror
Saya mendengar langsung kisah ini. Nama tokoh, tempat peristiwa, dan detail informasi disesuaikan dengan tujuan dramatisasi. Bagaimana pun, harap anggap cerita ini sebagai fiksi.
-TUMBAL KONTRAKAN-

Sebuah kontrakan tiga petak berdiri di tanah yang luas. Ada empat banjar, tiap-tiap banjar berupa 12 pintu. Semuanya 48 pintu. Kontrakan selalu penuh, meski semerawut dan berisik minta ampun lantaran dua penyewa membuka bengkel motor di depan rumahnya.
Orang-orang di sekitar mengenalnya dengan sebutan kontrakan Bu Haji Nenih. Wanita yang dimaksud sebenarnya belum naik haji, tetapi dipanggil begitu lantaran berkerudung dan kaya raya. Ia membuka toko bangunan di daerah itu sekaligus membangun kontrakan petak berbanjar-banjar.
Usaha Nenih selalu lancar juga menguntungkan. Kabar-kabarnya itu belum apa-apa. Seorang kuli angkut di tokonya mengatakan bahwa majikannya punya 18 material dan 11 kontrakan di seantero Jawa Barat hingga ibu kota.
Yang diceritakan di sini adalah salah satu kontrakannya di Jawa Barat.
Sebagian penyewa kerasan tinggal di situ. Ada yang sudah enam tahun, bahkan ada pula yang menyewa sejak pertama dibangun hingga direnovasi. Menurut penilaian mereka, Bu Haji Nenih baik.
Jarang ia marah-marah kalau terlambat bayar sewa. Menagih pun tidak pernah. Paling apes kalau pembayaran molor sampai enam bulan, penyewanya akan diusir baik-baik. Dan itu baru sekali terjadi selama belasan tahun.
Selain toleran soal telat bayar, Nenih juga suka memberi. Saban musim kurban setiap penghuni dikirimi daging sapi. Juga ia senang mengirim nasi berkat selametan. Kalau dihitung-hitung, dalam setahun ia bisa mengirim makanan sampai lima kali.
Dengan semua kebaikan itu maka tidak ada cela yang dapat terlihat. Kecuali setelah seorang wanita pendatang membeli sebuah rumah di seberang kontrakan tersebut.
Wanita pendatang itu luwes dalam pergaulan. Namanya Nikmah. Bekerja sebagai guru. Suaminya pun guru musik. Kalau pulang mengajar, Nikmah membuka les bahasa Inggris untuk anak-anak. Ikut les itu gratis.
Singkat saja banyak anak-anak SD sampai SMP datang ke rumahnya untuk belajar. Dengan sendirinya Nikmah disenangi warga, tanpa kecuali para penghuni kontrakan Bu Haji Nenih.
Satu waktu Nikmah mendengar lelayu yang rupanya dari kontrakan Nenih. Ia pun datang takziah. Yang meninggal adalah pemilik salah satu bengkel rumahan.
Kepala keluarga bernama Tagor. Anaknya dua dan mereka semua rajin ikut les bahasa Inggris. Istri Tagor jelas amat bersedih. Katanya suaminya masih sehat-sehat saja kemarin sore. Ia percaya itu disebabkan angin duduk.
Kematian Tagor memunculkan firasat buruk dalam benak Nikmah. Hal itu ia sampaikan pada suami di rumah.

"Aku melihat banyak kematian di rumah kontrakan itu," ucapnya prihatin.
Yandi, suami Nikmah tak berkomentar apa pun. Tetapi hatinya cenderung membenarkan perkataan sang istri. Lelaki itu telah mengenal Nikmah 30 tahun lamanya. Dan bukan sekali ia berfirasat sekaligus firasatnya benar.
Nikmah memang wanita unik. Dapat melihat yang tersembunyi bagi pandangan orang lain. Penglihatan yang sesungguhnya adalah firasat. Batinnya sangat tajam dan berbahaya.
Maka Yandi sungguh tak berkomentar. Namun demikian Nikmah mengajaknya bicara. Ujarnya, "Tiap tahun ada satu kematian di balik pintu-pintu itu. Mendadak saja. Sukar diterangkan penyebabnya."
"Ataukah penyebabnya angin duduk, serangan jantung?" Yandi berpura-pura ragu.

"Tadi sore aku datang ke materialnya, membeli kertas amplas. Aku merasa sangat buruk setelah melihat wanita itu."
Yandi mengkritik, "Kenapa bukan beli mata bor, aku butuh itu. Kertas pasir kita punya banyak."

"Aku serius. Bagaimana caranya memberitahu mereka?"
Yandi mengerti kalau istrinya harus segera dijinakkkan supaya tidak melewati batas. Maka ia pelankan suaranya, "Dik, enggak semua hal dalam batinmu harus dibicarakan pada orang lain. Bisa jadi itu malah menyusahkanmu...
...Kita baru saja pindah di sini. Bahkan rumah ini kita beli, bukan ngontrak yang bisa pindah kapan pun kalau enggak kerasan. Lagipula kita belum mengukur seperti apa lingkungan kita."
"Aku ngerti, Mas. Aku pun enggak mau terburu-buru."

"Sebaiknya kamu pura-pura enggak punya firasat apa pun. Dik, kita berdua hampir pensiun. Ini kan yang kamu mau, rumah di sebelah Jakarta, ada kebun dengan tanam-tanaman dan unggas..."
"Juga angsa-angsa yang galak!" Nikmah memotong.

"Ya! Dan kita masih bisa mengajar di rumah sesudah pensiun. Mari fokus pada keinginan itu saja."
Untuk malam itu Nikmah dapat dikendalikan. Lain waktu belum tentu. Dan itu menjadi kenyataan. Tanpa sepengetahuan suami, mulut Nikmah ujug-ujug sudah sampai di telinga salah satu warga kontrakan Nenih.
Pendengarnya yaitu Bu Haji Mayangโ€“yang ini betulan sudah pergi haji walau masih mengontrak. Nikmah bercerita saat membeli pempek di akhir pekan, dan ia bertemu tetangganya di situ.
Bagai tersambar kilat Mayang ketika mendengarkan Nikmah bicara, sebab semua yang ia ucapkan tidak ada yang meleset.

"Gimana Bu Nikmah bisa tahu sudah ada 18 warga di situ meninggal?" cecar Mayang.
"Ibu tahu juga?" Nikmah balik bertanya.

"Saya ingat semua. Tapi, Bu, wallahi, saya nggak pernah ngeh kalau itu terjadi persis setiap tahun. Dari mana ibu tahu?"
"Ah, saya juga cuma dapat informasi," tepisnya berbohong. "Memang, Bu Mayang sudah lama di situ?"

"Saya ini penghuni pertama. Yang paling lama. Dari saya belum naik haji sampai sudah tiga kali."
"Bu Mayang haji tiga kali?" takjub Nikmah.

Mayang senyum-senyum malu lalu berbisik, "Suami saya langganan PPIH. Nebeng."

"Oooo, orang Kemenag," Nikmah pun maklum. "Omong-omong, berarti itu benar, ya? Yang tadi itu?"
"Wallahi benar, Bu. Saya sih nggak ingat lagi nama-nama penghuni yang meninggal. Tapi saya ingat itu terjadi setiap tahun."
"Meninggalnya mendadak dan di kontrakan itu?"

"Semua persis yang Bu Nikmah bilang. Ih, kok saya jadi merinding. Ya Allah, saya harus cerita sama Mas Huda."
Nikmah buru-buru mencegat, "Bu Haji, tolong hal ini simpan untuk keluarga ibu saja, ya."

Mayang manggut-manggut patuh dan menjamin bahwa ia adalah orang yang bisa menjaga rahasia.
Hari bersilih pekan, lalu berganti bulan. Kematian Tagor montir motor telah menjadi masa lalu. Dengan manusiawi pula Nikmah melupakan firasatnya. Penyewa kontrakan Nenih datang dan pergi. Selalu ada wajah baru setiap bulan. Dan tempat itu selalu semerawut juga berisik.
Sebelas bulan dari meninggalnya Tagor, datang bertamu seorang pria yang punggungnya sudah bongkok dan kakinya pengkor sebelah. Ia didampingi Mayang dan memperkenalkan diri bernama Yayat.
Boleh kata lelaki itu sudah tua dan uzur, tetapi ingatan dan suaranya masih prima. Nikmah menyadarinya saat Yayat mengisahkan masa lalunya dengan lancar. Ia dulunya merupakan salah tukang paling setia untuk keluarga Nenih.
"Bu Haji Nenih tadinya punya delapan kontrakan sebelum saya pensiun. Semuanya saya ikut kerja. Dia orang Cirebon. Katanya masih nyambung darah sama Sunan Gunung Jati. Saya sih dulu percaya aja.
Orangnya emang gitu. Suka ngasih-ngasih. Kalau Bu Haji megang usaha ibarat kata kun fayakun. Pasti berhasil. Hebat, kan!"

Yayat tertawa lebar memamerkan giginya yang sudah jarang, sedangkan Nikmah dan Mayang hanya menunggu ceritanya yang lain.
"Subhanallah, orang itu juga baik banget sama saya. Saya nggak pernah mikirin sekolah anak. Urusan dia pokoknya. Beras, minyak, apa saja deh. Walau saya lagi nggak ada proyek gaji tetap dikasih...
...Jadi begini, Bu, kebetulan Bu Haji Mayang ini sama saya kenal sudah lama. Tempo hari beliau ada urusan dekat rumah saya di Parung. Terus beliau mampir. Langsung saja ya, Bu. Saya terus terang kaget dengar cerita dari ibu."
Nikmah hendak menyela lelaki itu tetapi keburu dicegat. Kata Yayat, "Ini jangan salah sangka ya, Bu. Bu Haji Mayang belum cerita ke siapa pun, cuma ke saya ajah. Dia juga cerita karena mungkin saya tahu masalah itu."
Bagi Nikmah keadaan itu jadi tampak rumit. Tidak ada yang tahu apa maksud Yayat mendatanginya malam itu. Namun Nikmah merasa tidak nyaman.
Kalau sudah begini ia baru ingat ucapan suaminya agar fokus saja pada kehidupan keluarga, bukan mencampuri urusan orang lain.
Nikmah ingin jalan pintas segera sehingga ia menyela lagi, "Yang bapak tahu gimana?"

"Justru saya yang perlu bertanya, ibu dapat informasi itu dari siapa?"
Nikmah berubah pikiran seketika. Ternyata lelaki itu tidak mengkhawatirkan seperti dugaannya semula.

"Jadi, itu benar?" tanya Nikmah.

"Jangan-jangan Bu Nikmah emang ngerti, ya? Kalau ibu ngerti juga nggak apa-apa."
"Maksud bapak ke sini sebenarnya apa?"

"Yang tahu soal itu cuma saya, Bu Haji, dan satu lagi tukang yang belum lama meninggal. Saya nggak pernah bocor sama siapa pun. Saya yakin yang lain juga sama."
Nikmah tak lagi bernapsu menjegal Yayat. Dibiarkan ia bicara sepuasnya. Rupanya benar kalau pria itu tidak berbahaya. Malah ia menceritakan begitu banyak hal yang sebagian besarnya Nikmah tidak tahu.
Barangkali Yayat mengira Nikmah sudah tahu semuanya karena dianggap orang pintar. Jadi, buat apa menyimpan rahasia di depan orang yang sudah tahu.
Yayat mengaku dialah yang memasang kayu kuburan di antara tulang atap rumah kontrakan. Ringkasnya setiap kontrakan Nenih harus dipasangi paling tidak sebatang kayu yang berasal dari makam kakek buyutnya di kampung.
Tidak jelas bagaimana mulanya Nenih melakoni hal itu. Yang diingat Yayat hanya sebatas yang ia ceritakan. Ia sendiri yang menebas pohon di kuburan tersebut lalu membawanya ke penggilingan kayu supaya rapi.
Setelah itu diukirkan bacaan dalam Sunda pegon oleh seorang pintar. Dan itu bukan sembarang ukiran. Pembuatnya mensyaratkan ari-ari bayi perempuan untuk setiap pekerjaannya. Setelah kayu itu selesai dikerjakan Yayat mengangkutnya untuk dipasang di tempat yang sudah disiapkan.
"Bu Haji Nenih kalau kurban juga di kuburan leluhurnya, bukan di rumah apalagi di masjid. Setahun kurban bisa lima sapi sendiri. Saya yakin Bu Nikmah juga sudah baca sampai ke situ."
Nikmah tidak sampai berfirasat ke sana. Tentang rangka atap, ari-ari, dan penyembelihan sapi baru diketahuinya sekarang. Namun ia tidak ingin terlihat seperti bukan orang yang paham.
Maka, ia berkata, "Jadi benar, di semua kontrakan miliknya selalu ada kematian setiap tahun, dan itu berhubungan dengan semua yang Pak Yayat ceritakan?"
"Itu benar, Bu!" tukas Yayat. Namun dalam sekejap raut mukanya memucat. Ia diam sementara waktu. Mungkin dalam benaknya timbul penyesalan atas yang ia kerjakan di waktu lampau.
Perjumpaan itu tidak menghasilkan apa pun kecuali pengetahuan yang bertambah banyak. Nikmah cukup beruntung, malam itu Yandi belum pulang. Jika suaminya ada, urusannya tentu bakal lain.
Keesokan pagi Nikmah kembali berangkat ke sekolah. Ada keramaian di seberang rumah. Ia pun mendekat.

Dari kasak-kusuk di sekelilingnya ia tahu bahwa Mayang meninggal beberapa saat lalu.

-selesai-

โ€ข โ€ข โ€ข

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
ใ€€

Keep Current with Creepylogy

Creepylogy Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @creepylogy_

Jan 26
-Rubanah-

Bagian 21

Lanjut...RT biar rame

Izin tag
Terima kasih RT/likes ๐Ÿ™

@IDN_Horor @bacahorror_id @P_C_HORROR @Penikmathorror @threadhororr @ceritaht
#bacahorror #penikmathorror #ceritahorror #threadhorror
Update abis maghrib ya. Yang ketinggalan chapter sebelumnya ke sini aja

-Bagian 21-

Beberapa saat sebelumnya Kenduri siap-siap pergi kuliah dan dia tidak menemukan sesuatu pun yang mengganjal di pikirannya.
Read 53 tweets
Jan 21
-Rubanah-

Bagian 19 & 20

Lanjut...

Izin tag
Terima kasih RT/likes ๐Ÿ™

@IDN_Horor @bacahorror_id @P_C_HORROR @Penikmathorror @threadhororr @ceritaht
#bacahorror #penikmathorror #ceritahorror #threadhorror
-Bagian 19-

Keriangan pesta, kue perayaan, dan tiba-tiba semuanya berakhir oleh sebekas teriakan yang masih misterius. Kenduri yang sebelumnya terlanjur bergabung dalam acara itu juga ikut meninggalkan pesta bersama orang-orang.
Read 55 tweets
Jan 14
-Bagian 18-

Gadis kamar 20 telah pergi dengan meninggalkan kekesalan di benak Kenduri. Beberapa saat lamanya Kenduri mematung di ruang baca. Hanya dirinya seorang, namun ia tidak ambil pusing dengan kesendirian.
Read 31 tweets
Jan 12
-Rubanah-

Bagian 17

Gini amat nasib Kenduri ๐Ÿ˜‘

Izin tag
Terima kasih RT/likes ๐Ÿ™

@IDN_Horor @bacahorror_id @P_C_HORROR @Penikmathorror @threadhororr @ceritaht
#bacahorror #penikmathorror #ceritahorror #threadhorror
-Bagian 17-

Akibat kejadian yang semalam Kenduri menunda pulang ke rumah setelah kuliah berakhir. Padahal waktu menuju malam masih cukup panjang. Matahari sedang bocor-bocornya siang itu, jadi, ia harus pintar-pintar menemukan cara agar menunggu tidak terlalu membosankan.
Read 47 tweets
Jan 7
-Bagian 15-

Kumandangย  azan isya menjadi penanda aktivitas terakhir Kenduri hari itu. Tidak ada lagi yang ingin dikerjakannya kecuali salat. Tanpa menunda-nunda, seusai azan ia cepat turun untuk mengambil air wudhu. Sejuk air membuatnya sedikit tenang.
Read 72 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(