Creepylogy Profile picture
Feb 15 90 tweets 12 min read
-Rubanah-

Bagian 23 & 24

Makin parah aja kosan ini...

RT biar rame
Izin tag
Terima kasih RT/likes 🙏

@IDN_Horor @bacahorror_id @P_C_HORROR @Penikmathorror @threadhororr @ceritaht
#bacahorror #penikmathorror #ceritahorror #threadhorror
-Bagian 23-

Hari yang satu telah digantikan hari yang lain. Untuk kali pertama Kenduri memilih absen kuliah, kendati hari itu ia punya dua jadwal kuliah pengganti.
Dia tak perlu menjelaskan apa pun pada diri sendiri bahwa pikirannya kacau, sehingga tubuhnya tidak mampu mengerjakan aktivitas yang seharusnya biasa.
Dan ia tidak punya tempat menumpahkan keluh kesah. Pulang ke Purwakarta takut, teman pun tidak punya, sementara ia tidak lagi percaya pada apa pun di rumah kosnya.
Gulai kecoa campur belatung menjadi puncak keputusasaan Kenduri terhadap lingkungannya. Apa lagi yang dapat diharapkan dari tempat yang tidak sudah-sudahnya memberi kesulitan hidup?
Dan, ya, dia tidak mungkin lagi menempati kamar itu, walau siapa pun membujuk rayu agar bertahan, tidak akan. Kenduri telah berniat pergi, entah ke mana, asal tidak di rumah Nasikhin.
Pada petang hari, dengan niat tak tergoyahkan, semua rencana itu telah siap. Kenduri tak lama lagi pergi. Hanya tas gendong yang menyertainya, tetapi itu sudah cukup untuk sementara. Sedikitnya ada tiga stel pakaian di dalam tas dan beberapa buku.
Cukuplah untuk tiga hari jika diirit-irit, dan ia masih bisa mencucinya setiap hari. Lagipula, pikirnya, ia bisa meminta tolong seseorang untuk menemaninya mengambil barang-barang yang tertinggal.
Soal-soal selain itu tak lagi ia perhitungkan, termasuk apabila kekurangan uang akibat membayar tempat tinggal lebih mahal atau misal ayahnya bakal memarahinya jika mengetahui ia pindah kos.
Kenduri sekonyong-konyong terbayang ucapan Pipit kemarin. Dia akan segera pindah untuk sementara ke rumah orang tuanya. Rupanya itu menjadi sedikit harapan bagi Kenduri.
Dan kata Pipit, para penyewa kosnya berisik keterlaluan. Sedangkan bagi Kenduri yang hampir dua bulan dirundung sunyi, berisik adalah nyawa yang dibutuhkannya demi memperbaiki mental.
Dengan begitu Kenduri akan meminta temannya agar ia bisa menggantikan kamarnya. Atau misalnya anak itu belum akan pindah, Kenduri mungkin bisa menumpang beberapa hari.
Gadis itu melangkah mantap meninggalkan kamarnya. Mulai sekarang dan seterusnya ia bertekad tidak akan kembali kecuali untuk sedikit keperluan terakhir. Lorong lantai dua selalu sama seperti hari-hari lain, redup dan sepi, demikian pula lorong lantai satu.
Kenduri terus melangkah melintasi bagian rumah Nasikhin dan Hasana. Hasana tidak kelihatan, hanya Nasikhin yang tengah duduk termenung. Kenduri tak menyapa pria tua itu, hanya meneruskan langkahnya hingga ia menghirup udara luar.
Dari rumah 29 menuju kos Pipit belok kiri. Letaknya searah dengan taman yang pernah disinggahinya malam-malam. Ia berjalan sambil menunduk. Kepalanya diselubungi penutup sweater dan ia berkacamata. Ia tidak ingin orang lain melihatnya curiga, lebih-lebih para penghuni kos Pipit.
Singkat waktu perjalanan itu hampir tiba di tujuan. Panti waras berada di seberang taman. Kenduri pun menyeberangi jalan. Tempat rehabilitasi kini terpampang jelas.
Namun, tujuan Kenduri ialah menemukan tempat tinggal Pipit. Ia menghindari bertanya, sebab tentu saja orang asing mungkin dapat melihatnya dengan aneh.
Dari Panti Waras Kenduri memilih ke kiri, menelusuri jalan pemukiman yang dibatasi rumah-rumah besar berderet. Jalan itu ada ujungnya, tetapi rumah kos Pipit belum juga ketemu.
Dari ujung jalan Kenduri mengikuti belokan ke kanan yang kelak jalan yang satu itu membawanya sampai ujung yang lain. Namun ketika sampai di ujung, Kenduri belum berhasil menemikan rumah yang dicarinya.
Maka dia mengulangnya dari awal tetapi sekali ini dia menelusuri jalan ke kanan. Pemandangannya lebih kurang seperti yang pertama dan ia tetap tidak memperoleh apa-apa.
Semua rumah yang dilewati tampak seperti rumah biasa tanpa dipasangi papan penanda atau sekadar tulisan cat "Menerima Kos".Dengan sendirnya Kenduri kesal.
Berhentilah dia di sembarang tempat, duduk di bangku semen di depan satu rumah besar. Namun Kenduri sadar, ia takkan kembali walau segala macam terjadi.
Lalu secara bertepatan saja, Kenduri mendengar sejumlah orang bernyanyi sorak diiringi gitar. Arahnya dari dalam rumah yang ia punggungi.
Seketika itu pula dia berdiri tegak lalu mendekat. Pagar rumah kelihatan sedikit terbuka. Kenduri mendorong sedikit sehingga ia melihat beberapa anak muda seusianya sedang bergembira.
Kenduri memaksa dirinya masuk. Ada seorang pria di halaman depan sedang memangkas tanaman. Didekatinya pria itu dan bertanya tentang Pipit. 

"Pipit?" ulang lelaki itu sembari meletakkan guntingnya. "Ooh, ya, yang anaknya kecil itu, ya?"
"Benar, Pak. Ada dia di sini?" 

"Walah, Mbak, dia baru saja pindah. Ba-ru saja!" 

"Begitu, ya, Pak," sesal Kenduri. "Bapak tahu tidak pindahnya ke mana?" 

"Walah, ndak tahu, Mbak. Coba saya tanya dulu yang lain."
Kenduri buru-buru mencegah hal itu. Lalu ia bertanya, "Di sini perbulan berapa?" 

"Mbak mau kos di sini?" 

"Benar, Pak." 

"300 ribu." 

"Semua kamar segitu atau ada yang lebih murah?"
"Sama semua, Mbak. Tapi yang kosong tinggal satu, yang bekas Pipit itu." 

"Apaa masih bisa kurang, Pak?"
"Mbak omong sendiri saja sama ibu. Tapi setahu saya ndak bisa, Mbak. Di sini sudah paling murah. Kamarnya bagus, lega. Di tempat lain ndak mungkin boleh. Kalau ada juga sempit-sempit kaya kandang jangkrik."
300 ribu seharusnya bukanlah penawaran yang bisa diputuskan dengan cepat. Sedangkan uang di dompetnya pun hanya separo dari jumlah itu. Namun di sisi lain, Kenduri menginginkan jalan keluar secepatnya.
Di samping itu sudah menjadi hukum jikalau dalam situasi terdesak, manusia mampu berpikir melampaui kenyataan. Tiba-tiba Kenduri memperoleh ide yang tak pernah terbayangkan. Gadis itu yakin benar bahwa ia pasti bisa membayar, karena ada banyak cara menyambung hidup.
Dia mengingat mahasiswa yang merangkap penjaga wartel. Kalau begitu pasti masih ada pekerjaan sampingan lain, entah menjadi pelayan warung makan atau pegawai toko, pokoknya tidak ada yang mustahil.
"Bagaimana, Mbak? Jadi?" 

"Ya?" 

"Kalau jadi, saya omong dulu sama ibu. Tetapi di sini bayaran semua di awal bulan. Karena ini sudah masuk akhir bulan, mbaknya bayar saja dulu sebagian, paling-paling 100 ribu." 

"Saya mau, Pak." tegas Kenduri.
Lelaki itu bergegas ke dalam. Kenduri menunggu sambil mengamati ramai orang yang terus bernyanyi. Seiring waktu rupanya orang-orang makin berdatangan. Seorang perempuan muda baru saja bergabung, sementara di belakangnya ada lagi pria yang datang.
Namun lelaki yang baru saja dilihatnya adalah Reby. Dan Kenduri sadar kalau Reby pun baru saja menyadari kehadirannya. Sontak ia berbalik arah, berlari menjauh dari pemuda itu.
"Kenduri!" serak Reby memanggil nama itu. Tetapi tidak sedikit pun niat Kenduri menurutinya. Malahan ia makin bertambah lari. Tentunya Reby tidak menyerah begitu saja. Dikejarlah wanita ceking itu yang sedang diliputi ketakutan.
Ia menyeberangi jalan, menelusuri jalan pemukiman yang lain. Sementara Reby dengan kecepataan lari seorang lelaki pelan tapi pasti telah memperpendek jaraknya.
Kenduri menyadari hal tersebut, sehingga pada satu kesempatan ia melompati pagar sebuah rumah kosong yang halamannya ditumbuhi semak ilalang nyaris setinggi orang dewasa. Dia pun bersembunyi di tengah-tengah ilalang.
Reby kelimpungan mencari-cari buruannya yang seketika lenyap. Dikejar ke sana sini, mondar-mandir kian kemari tak juga dapat. Akhirnya pemuda itu berhenti di depan rumah kosong, punggungnya disandarkan ke pagar.
"Kenduri, aku tahu kamu di mana. Kamu bersembunyi di situ, kan." 

Hampir copot jantung gadis itu mendengar suara Reby sangat dekat.
Kemudian Reby bersuara lagi, "Ayolah keluar. Aku sudah melihatmu. Tempat itu terlalu kecil untukmu." 

"Dengar, Kenduri. Aku bukan orang jahat seperti perkiraanmu. Aku justru ingin menolongmu."
Kenduri berharap itu gertak sambal belaka. Reby masih berdiri di tempat semula dan ia kembali berkata, "Baiklah, kalau kamu suka dipaksa, aku akan memaksamu keluar dari rumah itu."
Tidak ada yang dapat dilakukan perempuan itu melainkan memasrahkan semuanya pada nasib baik. Atau setidaknya ia akana berteriak meminta tolong jika sampai lelaki itu menjahatinya.
Akan tetapi suara lelaki itu tak terdengar lagi. Kenduri tetap seperti itu agak lama, sampai pada waktunya ia memberanikan diri mendongak. Reby sudah pergi. Kenduri berdiri segera. Ia tak punya banyak waktu untuk pindah ke tempat yang dirasanya lebih aman.
Hari mulai gelap. Kenduri berpikir ia harus kembali ke tempat tadi. Kalau tidak bisa jadi gembel dia malam ini. Meski ada kemungkinan Reby juga kembali ke sana, tetapi ia tak punya pilihan.
"Nah, ternyata benar kamu masih di sekitar sini!" Tiba-tiba Kenduri ditarik, tetapi ia langsung berkelit dan kabur. Sayangnya Reby cepat menangkap tasnya.
"Kenduri, tunggu, kamu harus mendengarkanku! Aku tidak seperti yang dikatakan orang. Kamu tahu, rumah itu sebenarnya.... 

Plakkk
Sebuah tinju yang begitu alot mengenai bawah dagu pria itu. Seketika ia terkulai nyaris pingsan. Kenduri tak membuang waktunya, berlari ke arah gang sempit. Dikiranya pemukiman gang pastilah lebih ramai daripada perumahan.
Kenyataan ia keliru. Gang yang dilewatinya seperti kampung mati. Sialnya dia tak bisa memutar arah, sebab Reby telah mengumpulkan tenaga demi mendapatkannya.
Gang-gang sempit itu mengular, berliku-liku tidak tentu di mana ujungnya. Dari belokan satu menuju belokan lain, lalu berbelok lagi entah ke mana.
Lalu seperti sudah takdirnya, penglihatan Reby akhirnya menjangkau Kenduri, demikian pula sebaliknya, Kenduri sadar betul akan hal itu. Yang dapat ia lakukan hanya berlari.
Dia sudah lupa ingin berteriak seperti yang tadi direncanakan. Dan semua ini berlangsung cepat, sehingga Kenduri melihat di ujung sana terdapat jalan besar. Larinya kian larat saja walau di belakang Reby sedikit lebih cepat.
Jalan yang lebih besar sudah di depan mata. Belok kanan gadis itu lalu berlari lagi sedikit. Sesudah itu, tanpa berpikir panjang ia masuki pagar hitam kemudian membuka pintu rumah. 

Terlambat Kenduri menginsafi perbuatannya. Mengapa dia kembali ke rumah 29?

***
Bagian 24 sebat dulu...
-Bagian 24-

Tidak ada kesempatan untuk berbalik arah. Kenduri yakin cepat atau lambat Reby pasti menyusul. Jadi, ia mengunci pintu depan kemudian berhamburan lari ke kamarnya. Memasuki lorong, tercium bau sangit serupa dengan yang dialami sebelumnya.
Terjadi kebakaran lagi di rumah itu? Kenduri tak habis pikir mengenai itu. Namun ia akan memikirkan itu nanti. Yang utama sekarang bagaimana lolos dari kejaran Reby.
Kenduri menaiki tangga, tujuannya bersembunyi di kamar. Akan tetapi ia dihentikan oleh suatu pemandangan. Pipit ada di lantai dua, berjalan beriringan didampingi Hasana menuju bekas kamarnya.
Sekarang jelas, Pipit berencana pindah dari tempat sebelumnya ke rumah itu. Meski demikian Kenduri tidak dapat menerima hal ini, sebab kamar itu masih menjadi haknya apa pun cerita. Oleh itu Kenduri mindik-mindik mendekati kamar ujung guna mengawasi mereka.
Dari luar tembok kamar terdengar, 

"Anak itu sudah pergi tadi sore. Namanya Kenduri, kamu kenal?" 

"Dia teman saya di tahun yang sama. Kami mahasiswi baru."
"Sepertinya dia kurang waras, atau tidak waras sama sekali." 

"Ya?" 

"Baru-baru ini dia mengaku melihat kebakaran di lantai satu. Seseorang melihatnya sedang menyatroni kamar, katanya hanya memeriksa bekas api."
"Benar begitu?" 

"Kamu lihat sendiri, apa rumah ini seperti habis kebakaran?" 

"Sama sekali tidak." 

"Nah, artinya benar dia tidak waras. Nanti kamu bisa tanyakan pada yang lain."
"Terus terang, dia belum lama ini mengatakan bahwa dirinya sedang dikejar satu mahasiswa..." 

"Reby maksudmu?" 

"Ibu juga tahu? Ya, Reby, dan lelaki itu juga pernah mengintai saya."
"Reby juga orang gila, tidak berbeda dengan temanmu Si Kenduri. Dia jahat pada perempuan. Tetapi tenanglah, di sini kau pasti aman." 

"Baiklah. Tapi bagaimana barang-barang ini?" 

"Tenang saja. Mirantih akan membantumu. Barang-barang ini sebaiknya dibakar saja."
Terhadap ucapan yang terakhir itu Kenduri tidak terima. Harus bikin perhitungan saat ini juga, tekadnya. Namun, firasatnya melarang ia melakukan itu. Malahan Kenduri  mengendap-endap mundur. Ada soal lain yang perlu mendapat perhatian.
Kenduri kembali ke lantai satu. Serta merta terkilas perkataan Hasana tentang kebakaran sehingga kemarahan gadis itu langsung meluap. "Omong kosong macam apa itu!" geramnya. Sepertimana yang dilihatnya kemarin lusa, tempat itu sungguh-sungguh terbakar.
Barry pun membenarkan penglihatannya. Dan itu belum selesai. Sekarang Kenduri melihat semua kamar tampak betul habis terbakar. Dan kamar-kamar semuanya terbuka, sebab memang pintunya sudah jadi abu lantaran dilalap api. Bahkan aroma kebakaran itu masih tersisa.
Lantas berpikir Kenduri, di mana semua penghuni itu? Sehingga ia memutuskan masuk ke salah satu kamar guna mendapat jawaban. Tetapi kamar yang dimasukinya kosong belaka, sekalipun hanya kasur dan lemari. Kemudian dia pindah ke kamar lain dan kenyataan yang dijumpainya sama saja.
Akan tetapi Kenduri tak bisa lagi berbuat banyak oleh sebab ia menangkap amuk suara yang arahnya dari depan. Dia semata-mata Reby, mengerahkan segala upaya dan kekuatannya untuk dapat masuk ke dalam rumah.
Kenduri disergap rasa takut. Ia harus bersembunyi. Alih-alih berlindung di kamarnya seperti yang diniatkan semula, kini dia dilanda kebingungan. Kamar-kamar kosong di lantai satu mustahil menjadi tempat bersembunyi.
Ia pun mencari tempat lain. Berlarilah dia ke dapur dengan harap ada tempat aman di situ. Namun ia justru mendapatkan kejanggalan yang mustahil dicerna akalnya. Dapur juga tampak sudah hitam hangus terpanggang.
Dan bukan itu saja, mulai saat ini Kenduri melihat semua sisi rumah itu telah menghangus. Tidak ada yang tersisa. Pajangan-pajangan kepala hewan, lukisan, dinding, dan lemari hanya ada dalam ingatannya. Semua itu telah menjadi abu dan jelaga yang berkerak-kerak di serpihan kaca.
Dalam kebingungan yang tak berakar juga tak berpucuk, Kenduri kembali pada sosok di luar pintu yang terus saja mendobrak masuk. Gadis itu lalu menyingkir ke satu sudut ruangan untuk bersembunyi di antara reruntuhan dinding dan kayu.
Bertepatan dengan itu Reby berhasil masuk. Dengan senter menyala pemuda itu langsung menggeledah kamar paling depan. Mata Kenduri dipasang awas di balik celah persembunyian, menunggu-nunggu gerak Reby selanjutnya.
Beberapa saat berselang Reby belum lagi keluar dari kamar itu. Karuan saja Kenduri jadi risau mengenai langkah apa yang mesti ia buat. Menerobos keluar rumah bisa saja malah membahayakannya jika waktunya tidak tepat.
Tetapi di sisi lain ia sadar kalau celah persembunyiannya terlalu sempit sehingga amat gampang bagi Reby untuk menemukannya.
Tiap detik rasanya teramat lambat bagi gadis itu. Ia juga waswas membuat gerakan yang tak perlu. Lebih dari itu, ia bernapas dengan hati-hati. Sekali ketahuan nasibnya bisa saja berubah menjadi malapetaka, begitu pikirnya.
Pemuda itu belum lagi keluar, alih-alih terdengar hantaman benda keras dari ruangan tersebut, juga teriakan marah yang sebabnya tidak pasti. Kenduri masih menunggu-nunggu selanjutnya, tetapi selanjutnya hanya sunyi.
Seekor kucing abu-abu berlari cepat ke dalam rumah. Tujuannya tidak ada yang tahu, bahkan hewan itu sendiri hanya mengitari ruangan yang telah porak poranda, melompati balok-balok kayu atau serpihan apa saja, tetapi ia kemudian berlari kecil ke bawah melalui tangga.
Di tengah-tengah tangga kucing abu-abu berhenti lantaran melihat Kenduri. Menoleh Kenduri, sehingga sepasang mata kucing bertemu pandang dengan manusia. Lalu kucing abu-abu tiba-tiba memeong semau-maunya.
Kenduri langsung panik dibuatnya. Kucing tak mau berhenti oleh karena tidak ada rasa takut atau pengertian di benaknya. Dan Reby cepat menyadari suara tersebut. Ia keluar, tetapi sebelum bergerak lebih banyak,  kucing abu-abu lebih dulu lari ke bawah.
Pemuda itu tidak dapat terlihat kecuali sorot lampu yang bersumber dari senter tangan. Ia menyinari ke sana kemari, menggumam tak jelas, dan sesekali mengeluh saat tersandung.
Merasa tidak memperoleh apa-apa, Reby memasuki kamar lain yang berdempetan dengan kamar pertama. Di situ ia juga tidak memperoleh sesuatu yang berharga. Maka ia meninggalkan kamar tersebut, selanjutnya menuju bagian belakang.
Kesempatan itu tidak disia-siakan Kenduri. Ketika Reby semakin jauh ke dalam, gadis itu keluar dari tempatnya bersembunyi untuk melarikan diri. Namun naas, pintu satu-satunya keluar malah terkunci, padahal Reby telah mendobraknya tadi.
Dan belakangan Kenduri harus menanggung akibat dari keputusannya. Di seberang sana Reby segera awas pada bunyi yang didengarnya dari pintu depan. Ia pun berpaling, menghunuskan senternya, sehingga penglihatannya berhasil meringkus sesuatu yang diinginkannya.
Dari arah yang lain, Kenduri juga mengerti gerangan apa yang bakal terjadi. Otaknya langsung berputar-putar menemukan cara selamat.
Kemudian, seperti terjadi begitu saja, Kenduri ingat kucing abu-abu itu pergi ke bawah dan tak pernah muncul sesudahnya. Selanjutnya, dengan tanpa pertimbangan ia beranjak ke bawah.
Benar rupanya. Tampak sebuah pintu terbuka di ujung tangga bawah. Kenduri buru-buru masuk ke situ lalu menutup pintu serapatnya.
Antara sebentar Reby menyusul menukik, tetapi ia kemudian paham bahwa sangat sedikit yang dapat ia lakukan untuk mendapatkan Kenduri. Pintu itu pintu besi, tebal dan rapat. Mustahil ia mampu menaklukkan pintu itu.
***

Bersambung…

Yang mau baca duluan sampai tamat bisa di sini. Formatnya lebih enak dibaca.

karyakarsa.com/Creepylogy/rub…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Creepylogy

Creepylogy Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @creepylogy_

Feb 11
"MISTERI KEMATIAN GUS MUK"

Bacanya pelan-pelan ya 😀

RT biar rame

Izin tag
Terima kasih RT/likes 🙏

@IDN_Horor @bacahorror_id @P_C_HORROR @Penikmathorror @threadhororr @ceritaht
#bacahorror #penikmathorror #ceritahorror #threadhorror
-Misteri Kematian Gus Muk-

Sepuluh tahun lalu Kuswara masih brigadir. Kerjanya hanya mengintai-intai berandalan di pinggiran kota. Dari tukang buah pindah ke warung asongan, mengorek informasi tentang si polan atau tentang kejadian apa saja.
Pekerjaan seperti itu tidaklah menjanjikan buat anak dan istri. Oleh itu Kuswara takut kawin. Gajinya sekadar harap maklum. Ada tunjangan, tetapi sudah pasti terpotong buat para informan. Sialnya Kuswara sendiri yang nekat menjadi seperti itu.
Read 90 tweets
Feb 4
"MENGINAP DI HOTEL BEKAS GEMPA"

Hotelnya adalah...

RT biar rame

Izin tag
Terima kasih RT/likes 🙏

@IDN_Horor @bacahorror_id @P_C_HORROR @Penikmathorror @threadhororr @ceritaht
#bacahorror #penikmathorror #ceritahorror #threadhorror
Sebuah hotel Z di Kota Y, yang mana pernah terdampak gempa hebat hampir 17 tahun silam. Cerita ini berawal saat saya menginap di hotel tersebut. Lalu saya bertemu teman, dan teman itulah yang mengisahkan pengalaman temannya yang terjadi di hotel yang sama.

***
Namanya Philip. Satu hari di tahun 2012 ia menginap di hotel Z untuk urusan pekerjaan. Sebenarnya Philip bebas memilih hotel. Namun dikarenakan dia cukup fanatik dengan pilihan hotel keluarga, maka dipesanlah satu kamar di hotel tersebut.
Read 74 tweets
Feb 2
-Bagian 22-

Sementara Hasana menengok situasi di luar rumah, Nasikhin mendudukkan Kenduri di sebuah kursi kayu yang tampak lawas tetapi masih terawat. "Tak perlu cemas, Nak. Anak itu takkan berani mengganggumu lagi. Kamu aman di sini," ucap Nasikhin.
Read 35 tweets
Jan 28
"TUMBAL KONTRAKAN"

Banyak kematian yang sukar dijelaskan...

RT biar rame

Izin tag
Terima kasih RT/likes 🙏

@IDN_Horor @bacahorror_id @P_C_HORROR @Penikmathorror @threadhororr @ceritaht
#bacahorror #penikmathorror #ceritahorror #threadhorror
Saya mendengar langsung kisah ini. Nama tokoh, tempat peristiwa, dan detail informasi disesuaikan dengan tujuan dramatisasi. Bagaimana pun, harap anggap cerita ini sebagai fiksi.
-TUMBAL KONTRAKAN-

Sebuah kontrakan tiga petak berdiri di tanah yang luas. Ada empat banjar, tiap-tiap banjar berupa 12 pintu. Semuanya 48 pintu. Kontrakan selalu penuh, meski semerawut dan berisik minta ampun lantaran dua penyewa membuka bengkel motor di depan rumahnya.
Read 57 tweets
Jan 26
-Rubanah-

Bagian 21

Lanjut...RT biar rame

Izin tag
Terima kasih RT/likes 🙏

@IDN_Horor @bacahorror_id @P_C_HORROR @Penikmathorror @threadhororr @ceritaht
#bacahorror #penikmathorror #ceritahorror #threadhorror
Update abis maghrib ya. Yang ketinggalan chapter sebelumnya ke sini aja

-Bagian 21-

Beberapa saat sebelumnya Kenduri siap-siap pergi kuliah dan dia tidak menemukan sesuatu pun yang mengganjal di pikirannya.
Read 53 tweets
Jan 21
-Bagian 19-

Keriangan pesta, kue perayaan, dan tiba-tiba semuanya berakhir oleh sebekas teriakan yang masih misterius. Kenduri yang sebelumnya terlanjur bergabung dalam acara itu juga ikut meninggalkan pesta bersama orang-orang.
Read 55 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(