mistynim Profile picture
May 12 80 tweets 13 min read Twitter logo Read on Twitter
Gerbang Samsara dan Nirvana
[ Part 5 ]

Jerit tangis kini terdengar di tengah malam yang berharap sunyi. Firasat yang kini dirasakan Ki Sangki sudah terbukti. “Anak itu memang titisan-Nya…
@bacahorror #bacahorror #threadhorror #horrorstory Image
Selamat malam teman-teman semuanya. Kembali lagi di malam Sabtu setelah 2 minggu hiatus. Kita mulai lagi di part 5 yang akan menemani malam kalian. mohon dukungannya dengan cara like/rt/komen/share🖤
Ajining raga gumantung saka ing lathi, ajining raga gumantung saka busana. Kata pepatah yang menjadi ibarat perilaku baik manusia tergantung dari cara bicara dan apa yang manusia itu kenakan. Dimana bumi dipijak disinilah perbuatan hidup menjadi sanksi abadi.
Ritual selalu berbalas nyawa. Tak seharusnya manusia bersekutu dengan iblis. Berbuah sanksi dari persekutuan yang melekat abadi, kenikmatan tak ternilai dari sebuah tumbal nyawa.

***
Dharmawangsa Panji Adiguna

***
Sekar Kemalasari, kembang desa cantik yang dipersunting oleh R.Jayakarta. Disebuah pernikahan yang diharapkan akan hadir sebuah keindahan baru di hidup keduanya, namun malah sebaliknya.
Tak lama setelah pernikahannya dengan Sekar Kemalasari, anak dari Ki Sangki yaitu R.Jayakarta kini sedang terbuai tawa.
Rasa gembira yang datang dikarenakan istri nya yang kini sedang mengandung anak pertama mereka.
Hari demi hari Jaya habiskan bersama Kemala yang kini mengandung buah hati mereka. Jaya adalah sosok suami yang baik, selain gagah dan berparas tampan dengan kumis tipisnya, Jaya juga seorang suami yang lemah lembut serta sabar.
Lengkap sudah hidup Kemala yang dirasa sudah sempurna berkat kehadiran suami dan buah hati yang sedang dikandungnya. Hingga sampai dimana usia kandungan Kemala menginjak 3 bulan, dirasa ada hal yang mencurigakan sebab Kemala selalu merasa ada yang mengawasinya setiap malam
ketika Jaka tidak di rumah.
Jaya dan Ki Sangki yang mengetahui hal itu tidak tinggal diam. Malam setelahnya dirumah Jaya dan Kemala mengadakan pengajian untuk mendoakan anak yang dikandung Kemala. Acara berjalan lancar hingga tengah malam terjadi gangguan yang tak diinginkan.
Seisi rumah gempar, Jaya yang saat itu sedang berbincang dengan Ki Sangki dibuat kaget karena Kemala berteriak histeris. Tak menunggu waktu lama Jaya segera berlari menemui Kemala. Betapa terkejutnya Jaya melihat Kemala sudah tergeletak di lantai keramik yang dingin itu.
Diangkatnya Kemala oleh Jaya untuk dipindahkan ke kasur.
“Jaya.. kemari ada yang ini bapak bicarakan..” nada bicara Ki Sangki yang berat dan rendah itu membuat Jaya mengerti ada hal penting yang ingin disampaikan.
Setelah memindahkan istrinya ke kasur Jaya langsung keluar ke meja makan, sudah terlihat Ki Sangki yang menghisap rokok dengan wajah gelisah.
“Ada apa Pak? Apa ada hal penting yang harus dibicarakan dengan Jaka?” tanya Jaya kepada Ki Sangki.
“Bapak sudah banyak cerita ke kamu toh…keluarga kita ini konon masih menjadi satu keturunan Kerajaan Swatanegara…” Ucap Ki Sangki yang mencoba menjelaskan dengan berat kepada Jaya. “Lalu memangnya ada hubungannya dengan ini pak?” Tanya Jaya kepada Ki Sangki.
“Sudah panjang dari garis keturunan yang belum diwariskan kesaktian Prabu Sangkalangit Jaya.. tapi yang bapak tahu warisan itu jatuh kepada anak kamu nantinya, bapak sudah merasakan hal itu Jaya!” dengan nada tegas Ki Sangki kembali menjelaskan kepada Jaya.
Suasana sangat hening, hanya asap rokok yang Ki Sangki bakarlah yang menjadi teman diantara perbincangan mereka. “Kalau memang benar warisan itu jatuhnya ke anak kamu, apapun yang terjadi lakukanlah lindungi anak kamu hingga lahir nanti.. ingat itu Jaya.”
Sambil mematikan rokoknya, Ki Sangki berdiri meninggalkan Jaya. Ucapan terakhir Ki Sangki menjadi pesan yang harus menjadi tanggungjawab untuk Jaya.
Bulan demi bulan sudah dilalui Jaya dan Kemala dengan sangat sulit.
Pesan Ki Sangki menjadi bekal untuk Jaya agar selalu menjaga buah hatinya. Tak jarang pula kejadian di luar nalar yang tidak bisa dijelaskan oleh akal manusia sudah Jaya dan Kemala lewati. Menyisakan tenaga yang ada untuk ikhtiar dan usaha, itulah yang bisa mereka lakukan.
Hingga saatnya telah tiba. Kelahiran yang tak terduga terjadi kepada Kemala. Ditengah derasnya hujan malam hari membuat Kemala harus melakukan persalinan di rumahnya. Seisi rumah gempar, Jaya yang kebingungan akhirnya pulang membawa bidan.
Proses persalinan dibantu oleh bidan akhirnya berhasil.
Suara tangis bayi kini terdengar tak ingin kalah dengan derasnya hujan. “Alhamdulillah yaa Pak Jaya anaknya laki-laki..” ucap bidan tersebut. Tangis haru sudah Jaya rasakan, dengan menggendong sang buah hatinya-
kini Jaya mengumandangkan azan. Ditengah tangis haru diantara keluarga Jaya kini terdengar suara teriakan yang jauh lebih mengerikan. “ hi..hi…hi.. anak iku ora pantes lair… titisan Prabu Sangkalangit.. bakal tak enteni anak iku”
Suara yang tiba-tiba muncul ditengah derasnya suara hujan beradu tangis haru mencoba tak diperdulikan Jaya. Tanpa Jaya dan Kemala sadari itu adalah pertanda petaka bagi keluarganya.
Malam kelahiran Panji membuka lembaran baru untuk Desa Salangkarangan. Jerit tangis kini terdengar di tengah malam yang berharap sunyi. Firasat yang kini dirasakan Ki Sangki sudah terbukti. “Anak itu memang titisan-Nya…
bahkan demit alas Dranggu saja tidak menerima kelahiran anak itu.” gumam Ki Sangki dalam hati.
Setelah kelahiran putranya kini keluarga Jaya harus menanggung apa yang harus diterima. Namun, usaha Jaya dan Kemala tak sampai diusia nya.
Untuk menebus kelahiran Panji kini Jaya dan Kemala harus kehilangan nyawa nya untuk putra tersayang nya.
Waktu terus berjalan walau Panji harus melanjutkan hidup bersama Ki Sangki. “Kek kenapa Panji selalu melihat ular besar dalam mimpi Panji?
Kenapa ular itu melilit bapak dan ibu?” Walau kini Panji sudah menginjak usia 10 tahun, namun dari sini lah Panji mulai belajar. “Jagadya Reksa…” Ucapan Ki Sangki yang sampai sekarang Panji ingat dibenaknya.
Walau hanya beberapa kali Panji bertemu dalam mimpi, namun sampai saat ini Panji bisa mengingat jelas wujud dari Jagadya Reksa. Ular besar yang menjaga Panji.
Sekarang semua ada disini. Semua tanggungjawab yang harus Panji selesaikan menjadi ikhtiar untuknya.
Walau ini adalah awal bagi Panji, namun apapun yang sudah menjadi pesan dari Ki Sangki selalu Panji ingat.

***
Sakehing Piala Pasti Bakal Sirna

***
“Kamu merasakan itu juga kan Pan? Kita harus cepat keluar dari sini sebelum berhadapan dengan iblis itu.” Ucap Arya kepada Panji. “Tenang Ar.. sudah selesai ini, hentakan kaki itu hanya mengundang mereka untuk kesini.” Setelah Panji selesai menaburkan semua beras yang dibawa-
Segeralah mengajak Arya menuju keatas untuk pergi meninggalkan Segara Getih.
Panji dan Arya mulai berjalan di gelapnya malam, hanya menyisakan cahaya rembulan yang bersinar terang setelah Panji menyaksikan ritual keji tadi.
“Sekarang sunyi sekali rasanya bahkan aku tidak merasa ada demit disini,” gumam Panji dalam hati. Panji dan Arya terus berjalan melewati hutan menuju keluar untuk kembali ke rumah Ki Sangki. Dari handphone Panji sudah terlihat kini pukul 01.30 dini hari.
Menandakan tak banyak waktu yang Panji punya untuk segera kembali.
“Asal kamu tahu Pan, sewaktu aku mengantar dua orang pingsan tadi aku bertemu kakek-kakek. Dia bisa melihatku, aneh sekali aku merasa ada sesuatu.” ucap Arya menjelaskan kepada Panji.
“Sudah jangan terlalu dipikirkan, kalau memang benar firasat kamu pasti nanti kakek memberi tahu kok.” ucap Panji. “halahh kamu kaya nggak tahu aja Pan firasatku kan selalu benar,” dengan nafas ter engah-engah Arya meledek Panji.
“Dasar genderuwo jelek, diam kamu lebih baik kamu bawa aku agar cepat ke rumah kakek.” ledek Panji kembali.
Setelah beberapa percakapan dan ledekan diantara Panji dan Arya, kini mereka sudah berada di ujung jalan keluar dari hutan.
Segera Arya mengambil motor dan bergegas pulang bersama Panji. “Semoga segera mendapat jawaban…” dalam hati Panji berbicara sambil terus membaca amalan. Walau kin iudara terasa begitu dingin hampir menusuk tulang, tetapi Arya tetap melaju kencang di jalanan kota yang sepi.
Setelah setengah jam perjalanan, sudah terlihat di sisi kanan dan kiri persawahan yang luas. Panji tak sabar bertemu Ki Sangki untuk memberi kabar. Dengan memberikan isyarat kepada Arya untuk mempercepat laju motornya. “Ar ayo aku nggak sabar,”
dengan menepuk pundak Arya berkali-kali.
Tak lama kemudian Panji dan Arya sampai ke rumah joglo kayu dengan hamparan halamn luas itu. “Alhamdulillah.. ayo Ar masuk.” Sambil berjalan menuju halaman rumah. Ki Sangki yang sudah mendengar suara motor Arya segera membukakan pintu
untuk keduanya. “Assalamualaikum kek, maaf Panji dan Arya baru selesai.” Tak langsung menjawab salam Panji, Ki Sangki mempersilahkan Panji dan Arya masuk ke dalam rumah,“Ayo masuk dulu, waalaikumsalam…” Ki Sangki mempersilahkan Panji dan Arya untuk duduk, sambil membakar rokok
yang Ki Sangki keluarkan kini membuka perbincangan diantara ketiganya. “Sudah sejak kemarin malam kakek memiliki firasat, untung saja kalian bertemu Kakek Toh..” ucap Ki Sangki sambil menghisap rokok yang sudah ia bakar. Sepertinya Panji mengerti apa yang dimaksud Ki Sangki
”Syukurlah kek… tapi.. ada sesuatu yang ingin Panji tanyakan kek.” ucap Panji yang sedari tadi masih diselimuti rasa gelisah.
“Sudah kakek sudah mengerti, bukan sekarang waktunya Panji… beristirahatlah dulu dengan Arya, besok kita bicarakan.”
Disusul anggukan Arya, Panji mengiyakan ucapan Ki Sangki. Segeralah Panji dan Arya membersihkan diri dan masuk ke kamar untuk beristirahat. “Tidur disini dulu Ar biar aku bilang ke pakde kalau kamu disini.” ucap Panji. “Tidak usah Pan, lagipula abah sudah pasti tahu aku disini.”
Panji paham dengan maksud Arya, namun walaupun Pakde Dodo tahu tetap saja menjadi Arya menjadi tanggungjawab Panji.
Dini hari sudah berlalu, Panji berusaha untuk memejamkan mata disamping Arya yang sudah tertidur pulas. Hanya suara jangkrik dan jam dinding yang Panji dengar.
Walau Panji tak merasa mengantuk tapi Panji merasa bahwa ada yang memperhatikannya. Tak di gubris oleh Panji, sekarang Panji beranjak dari ranjang untuk mengambil wudhu. “Sudah hampir pukul 04.00 lebih baik aku segera wudhu untuk melakukan sholat subuh.”
Sambil berjalan Panji menuju mushola kecil di dalam rumah untuk melaksanakan sholat.
Segeralah Panji menggelar sajadah dan memakai kopiah untuk melakukan sholat. Hanya hening disekitar Panji yang dirasakan, setelah selesai duduk dua sujud
hendak memalingkan kepala ke kanan dan kekiri. Suara lirih masuk ke telinga Panji membuat bulu kuduknya berdiri. Segeralah Panji menyelesaikan sholat dan membaca amalan. Mulut Panji terus saja bergerak melantunkan bacaan amalannya, mencoba fokus kepada bacaannya
namun suara lirih terdengar lagi. “Sopo wae sing ganggu urusanku bakal mati...” ( Siapa saja yang menganggu urusanku akan mati ) Suara serak basah masuk ke telinga Panji.
“Asstaghfirullah... Apa tadi.” Panji mulai tidak fokus pada bacaannya
kini Panji hendak beranjak dari duduknya. Sosok nenek tua dengan perpawakan bungkuk memegang tongkat, separuh wajahnya sudah hancur tak terbentuk membuat Panji sedikit mual. Sosok itu berdiri di hadapan Panji sekarang.
Panji hanya terdiam, sedangkan sosok nenek itu seperti memberikan pertanda bagi Panji. Tatapan tajam dari satu mata sosok itu tersisa membuat Panji mulai membaca doa untuk mengusir sosok itu.
“Aku tidak takut... Kamu hanya demit dari alas itu.” Sambil berjalan maju menghampiri sosok itu, suara melengking sosok nenek itu terdengar. Seketika menghilang di hadapan Panji. Langkah Panji berhenti hendak mencari hilangnya sosok itu.
Namun, lagi-lagi terdengar di telinga Panji tetapi bukan dari suara sosok nenek itu melainkan suara yang sebelumnya pernah ia dengar. “Waspadalah Panji... Sosok itu hanyalah pertanda, dalangnya ada di tempat lain.” Suara Prabu Sangkalangit memberikan pesan untuk Panji.
Tak ingin membuang waktu, Panji pergi menuju kamar untuk membangunkan Arya dan Ki Sangki.
Ketika hendak membangunkan Arya ternyata sudah terlihat Ki Sangki yang baru saja keluar dari kamarnya karena mendengar kumandang azan. “Kek sudah bangun, Arya mana kek? Belum bangun juga si Arya?” Tanya Panji kepada Ki Sangki. “Bangunkan saja Pan, Arya masih tertidur di kamar.”
Segeralah Panji masuk ke kamar menepuk pundak Arya. Badannya yang begitu kekar tak tetutup kain. “Anak ini kebiasaan, badannya sampai dingin begini... Ar..Ar.. bangun sholat dulu,” lagi-lagi Panji menepuk pundak Arya.
Arya yang sedikit tersadar membuka matanya yang masih berat. “Hah iyaa Pan, sudah subuh yaa cepat sekali rasanya aku baru tidur sebentar,” Ucap Arya kepada Panji. “Iyaa Ar sudah cepat sana sholat dengan kakek, aku sudah sholat tadi.”
Sembari menunggu Arya dan Ki Sangki selesai sholat. Panji menyiapkan makanan untuk sarapan bersama, walau hanya dengan telur dan ikan asin pun sudah disyukuri Panji. Setelah selesai mempersiapkan makanan, Panji bergegas membersihkan diri.
“Wahhh sudah wangi saja kamu Pan,” ledek Arya kepada Panji. “Hush diem, sana mandi dulu aku sudah siapkan makanan.” Sambil mengenakan kaos putih Panji, segeralah Panji menemui Ki Sangki untuk menanyakan sesuatu.
Terlihat Ki Sangki sudah duduk di kursi tua yang hampir reot itu, dengan kopi dan rokok sudah menemani pagi hari Ki Sangki. Baru saja Panji ingin membuka pembicaraan dengan Ki Sangki, namun Ki Sangki sudah mengetahui apa yang akan dibicarakan Panji.
“Duduklah dulu Panji kita tunggu Arya, sudah sekarang apa yang ingin kamu tanyakan.”
Panji mendekat ke arah Ki Sangki dan duduk di kursi kayu di sebelahnya. “Begini kek, setelah Panji mendapat beberapa petunjuk dari Kakek Toh rasanya ada yang janggal setelah Panji
memastikan langsung, tapi...” rasa ragu dan gelisah kini menyelimuti Panji. “sudah katakan saja apa yang ingin kamu katakan Panji.”
“Setelah Panji dan Arya ke Segara Getih, ternyata ritual itu lebih mengerikan dari yang Panji kira.
Prabu Sangkalangit memberi pesan kepada Panji untuk menaburkan beras di sekitar batu besar di dekat Segara Getih, rasanya aneh kek seperti mendadak mereka semua hilang ketika Panji kembali,” terus Panji kepada Ki Sangki.
Ki Sangki terlihat berfikir keras dengan apa yang sudah Panji lalui, “Mereka tidak hilang Panji, mereka hanya terkurung di batu itu, asal kamu tahu kalung merah delima yang kamu pakai sekarang itu menyerap energi mereka sehingga mereka tidak sekuat sebelumnya.”
Ucap Ki Sangki kepada Panji. “Lalu kek? Apa yang harus Panji lakukan sekarang?” Dengan rasa penasaran Panji ingin mencari tahu lebih dalam tentang kejadian itu. “Mereka akan kembali lagi besok karena besok adalah ritual puncak, bahkan asal kamu tahu Panji
sejak kepergian kamu ke Segara Getih itu Pakde Dodo lah yang mencari informasi ke desa dalam Salangkarangan. Hanya satu yang kakek tahu dari Pakde Dodo, dalang dari semuanya adalah sesepuh desa, Abah Darmo.
Mendengar jawaban Ki Sangki membuat Panji ingat perkataan Arya malam tadi tentang kakek tua yang Arya lihat di desa ketika hendak mengantar dua orang pingsan yang dihabisi Arya ke desa. “Lalu apa yang harus Panji lakukan sekarang kek?”
Baru saja Panji bertanya kepada Ki Sangki, namun Arya segera keluar setelah membersihkan diri. “Nanti saja kita bicara juga dengan Arya.” Ki Sangki meninggalkan Panji yang masih terduduk. Begitu bingung apa yang dirasakan Panji.
“Pan ayo makan sudah ditunggu Kakek..” Panggilan Arya membuyarkan lamunannya. Segeralah Panji beranjak dari duduknya dan menuju meja makan.
Pagi itu suasanya masih tenang, di atas meja makan dengan hidangan yang sudah Panji siapkan. Mereka semua makan dengan lahap.
Dari arah luar sudah terlihat cahaya fajar yang mulai nampak. Cahaya kuning keemasan yang masuk ke rumah melalui celah celah kayu rumah joglo milik Ki Sangki.
“Setelah ini kita bicara dibelakang rumah, segera bereskan ini,” ucap Ki Sangki sambil membereskan piring makannya.
Hanya anggukan dari Panji dan Arya yang menjawab perintah Ki Sangki. Setelah semuanya selesai makan dan membereskan meja makan, Panji dan Arya pergi ke halaman belakang rumah sesuai perintah Ki Sangki.
Dari balik pintu belakang sudah terlihat hamparan kebun singkong luas
dengan beberapa pohon mangga dan rambutan yang mengelilingi nya. Ki Sangki sudah terduduk di kursi kayu yang sudah berjejer di bawah pohon mangga. Lambaian Ki Sangki memanggil Panji dan Arya untuk segera mendekat. Disusul langkah Arya yang sekarang beriringan menuju Ki Sangki.
“Arya.. apa benar kamu melihat kakek tua malam kemarin di desa?” Pertanyaan Ki Sangki yang tiba-tiba membuat Panji terkejut, belum Panji ceritakan bagaimana Arya bertemu kakek tersebut namun Ki Sangki sudah mengetahui nya.
Arya yang sama terkejutnya dengan panji menyenggol lengan Panji memberikan pertanda. “Iyaa kek saat Arya membawa dua orang yang sudah mengacau itu Arya bertemu kakek tua yang seakan menatap kearah Arya, anehnya kakek itu bisa melihat wujud Arya sebagai genderuwo,”
terang Arya kepada Ki Sangki.
Ki Sangki tak langsung menjawab penjelasan Arya. “Apa itu yang kakek ceritakan? Abah Darmo?” Tanya Panji kepada Ki Sangki. Setelah pertanyaa yang dilontarkan Panji barulah Ki Sangki menjawab, “Benar Panji, apa yang Arya lihat itulah dalang-
dari semua ritual tersebut. Itulah mengapa ia bisa melihat kamu Arya.”
Jantung Panji berdegup begitu kencangnya, merasa bahwa apa yang sudah seharusnya Panji selesaikan malah mendapat masalah besar. Rasa khawatir dan putus asa hampir Panji rasakan, namun ditepis oleh Ki Sangki.
Tidak perlu khawatir, Abah Darmo bukan tandingan kalian... Apalagi Jagadya Reksa.” Nama yang sudah lama tak terdengar oleh Panji kini disebutkan oleh Ki Sangki. Membuka lembaran lama yang membekas di benak Panji. Nama Jagadya Reksa sangat familiar di hati Panji.
“Apa Panji akan bertemu lagi dengan Reksa kek?”
“Bahkan sejak kamu pergi ke Segara Getih, dialah yang menjaga kamu,” lanjut Ki Sangki kepada Panji. Walau Panji masih tak mengerti bagaimana alur selanjutnya, namun Panji seperti menemukan jawaban lagi
atas apa yang ia pertanyakan selama ini. “Besok adalah puncak dari ritual itu, Panji harus tetap disini untuk ritual bertemu dengan Jagadya Reksa, sedangkan Arya akan bersama Pakde Dodo untuk pergi ke desa dalam Salangkarangan.”
Entah apa yang selanjutnya terjadi masih menjadi pertanyaan untuk Panji. Walau kini Panji merasa lebih percaya kepada Arya apalagi setelah Panji tahu bagaimana kemampuan Arya. Cahaya demi cahaya Panji temukan di dalam gelapnya hidup. Membawa dan membuka jalan baru bagi Panji.
Walau harus mempertaruhkan lembaran lama yang sudah Panji tutup rapat. Namun, inilah takdir Sang Pencipta tak ada manusia yang bisa mengubahnya.
Meskipun perbuatan sekeji apapun dengan iblis sekuat apapun. Takdir baik dari Sang pencipta selalu adil. Yang jahat akan dibalas jahat yang baik akan sebaliknya.
Lengkap sudah part 5 kita malam ini. Semoga teman-teman semua suka😊 kita bakal lanjut ke part 6-7 di hari senin mendatang. Terimakasih untuk teman-teman yang sudah berikan support karena tanpa kalian karya ini tidak akan berhasil. Salam hangat-M

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with mistynim

mistynim Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @mistynim

May 18
Gerbang Samsara dan Nirvana
[ Part 7 ]

Firasat Panji mulai terbukti, bukan Bah Darmo yang sudah Panji lihat melainkan jin yang bersekongkol dengan Bah Darmo.

Izin tag & bantu rt :
@bacahorror @IDN_Horor @netrasandekala @benbela @cerita_setann @diosetta Image
Selamat malam teman-teman semuanya, kembali lagi dengan saya di hari kamis malam hehehe... Malam ini part terakhir dari cerita Gerbang Samsara dan Nirvana.. semoga kalian suka yaaa, selamat membaca🙏
Read 114 tweets
May 15
Gerbang Samsara dan Nirvana
[ Part 6 ]

Garis takdir membawa Panji menjelajah ruang dan waktu yang terhubung menjadi satu. Saksi bisu yang sudah lama usai kini tumbuh kembali.

Izin tag & bantu rt :
@bacahorror @IDN_Horor @menghorror @benbela @netrasandekala @karyakarsa_id Image
Saya ucapkan selamat datang semuanya. Kembali lagi di hari senin rutin kita update, karena ada halangan jadi update lebih awal. Semoga teman-teman semua bisa menikmati karya saya hehe. Jangan lupa support saya dengan cara rt/like/komen/share. Maturnuwun -M
Read 87 tweets
May 1
Gerbang Samsara dan Nirvana

[ Part 4 ]

Bayi-bayi yang tak berdosa itu di bunuh oleh ibu mereka sendiri. Tangis yang tadinya pecah kini hening seketika. Hanya bau anyir darah yang tercium menusuk hidung.
#bacahorror #threadhoror #HorrorCommunity Image
Selamat malam teman-teman semuanya. Kita kembali lagi ke hari senin untuk melanjutkan cerita. Tak terasa sudah sampai ke part 4. Selamat membaca jangan lupa berikan support dengan cara like/komen/rt/share. Salam hangat-M🖤
Read 63 tweets
Apr 27
Gerbang Samsara dan Nirvana
( Part 3 )

"Semua sudah dipersiapkan, antara kamu siap atau tidak semesta sudah menghendaki, sekarang milikku adalah milikmu. Selesaikan apa yang sudah menjadi tanggungjawab."

#bacahorror #HorrorFamily #horrorstory #moots Image
Halo guys sebelum mulai aku ucapin terimakasih banyak untuk para pendukung dan pembaca. Aku tau ini akun kecil tapi dukungan kalian ini lah yang sangat membantu💗 tolong rt/like/share/komen yaap😻 -M
Awal Mula

***
Bak angin yang berhembus, air yang mengalir dan tanah yang diam. Itulah yang harus Panji lakukan. Tanggung jawab yang begitu besar dan cepat berada di tangan Panji. “apapun yang sudah ditakdirkan menjadi milik akan kembali ke pemiliknya,”
Read 43 tweets
Apr 21
Gerbang Samsara dan Nirvana

( Part 2 )

Tempat uang semulanya menjadi sumber daya alam untuk warga sekitar kini berubah menjadi tempat mengerikan yang menjadi saksi buasnya manusia akan apa yang ada di dunia.
#bacahorror #horror #moots #EidUlFitr Image
Halo guys sebelum aku lanjut, aku tau ini akun kecil tapi aku berusaha memberi yang terbaik😺 tolong dukung aku yaa dengan cara rt, like, komen atau share. Selamat membaca 🖤
Read 38 tweets
Apr 21
Gerbang Samsara dan Nirvana

Tempat yang sudah ditutup lama oleh Prabu Sangkalangit kini terbuka kembali. Entah siapa manusia yang bisa membuka kembali tempat tersebut.

[PART 1]

#bacahorror #horrorstory #ceritahoror Image
Halo guys sebelum aku lanjut, aku tau ini akun kecil tapi aku berusaha memberi yang terbaik😺 tolong dukung aku yaa dengan cara rt, like, komen atau share. Selamat membaca 🖤
Kisah kelam yang belum selesai menyisakan kisah mistis dan tragis bagi warga Desa Salangkarangan. Tumpah darah, jerit tangis dan ketakutan menjadi satu kesan untuk Desa Salangkarangan.
Read 29 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(