mistynim Profile picture
May 15 87 tweets 14 min read Twitter logo Read on Twitter
Gerbang Samsara dan Nirvana
[ Part 6 ]

Garis takdir membawa Panji menjelajah ruang dan waktu yang terhubung menjadi satu. Saksi bisu yang sudah lama usai kini tumbuh kembali.

Izin tag & bantu rt :
@bacahorror @IDN_Horor @menghorror @benbela @netrasandekala @karyakarsa_id Image
Saya ucapkan selamat datang semuanya. Kembali lagi di hari senin rutin kita update, karena ada halangan jadi update lebih awal. Semoga teman-teman semua bisa menikmati karya saya hehe. Jangan lupa support saya dengan cara rt/like/komen/share. Maturnuwun -M
Kegelapan dan kesempitan akal membawa manusia jauh dari kata putih. Seperti hilang asa tak percaya pada Sang Maha Kuasa. Menyekutukan pencipta dengan yang dicipta. Jauh dari dalam lubuk hati bersih yang sudah sirna.
Garis takdir membawa Panji menjelajahi ruang dan waktu yang terhubung menjadi satu. Saksi bisu yang sudah lama usai kini tumbuh kembali. Namun, dari sinilah Panji banyak belajar bahwa kehidupan teruslah berjalan walau sedikit menyisakan manusia yang masih beriman.
***
Renungan

***
Matahari yang semakin naik menyinari halaman dengan kebun luas milik Ki Sangki. Ketiga nya masih terduduk memikirkan jalan keluar dari permasalahan ini. Dari berbagai isi kepala yang harus disatukan membentuk sebuah ikatan. Merasa apa yang dilakukan sudah membuahkan hasil.
“Baiklah kek sebaiknya kita segera bergerak, Panji tidak ingin ini berakhir sia-sia,” ucap Panji kepada ki Sangki. Arya sudah tampak bersemangat mengetahui bahwa ia akan pergi ke desa dalam Salangkarangan bersama abah nya.
“Yasudah tunggu apalagi Pan, ayo kita bergegas,” sambil beranjak dari duduknya Arya menarik lengan Panji. “Aduhh dasar kamu ini Ar…” keluh Panji kepada Arya. Ki Sangki yang masih terduduk hany a tersenyum melihat kelakuan Panji dan Arya.
Arya dan Panji mulai berjalan ke dalam rumah disusul oleh Ki Sangki. Segeralah Panji mengantar Arya keluar rumah untuk pergi bersama Pakde Dodo. “Titip salam untuk pakde ya Ar,” ucap Panji. Tak berselang lama Ki Sangki juga keluar menyusul Panji dan Arya.
“Segeralah kembali kesini bersama Dodo Ar, bawa informasi apapun,” nada bicara Ki Sangki sudah terdengar tegas. Tak ingin mengecewakan Panji dan Ki Sangki, Arya segera berpamitan dengan keduanya dan melaju menjauh dari rumah untuk bertemu Pakde Dodo.
“Sekarang apa yang harus Panji lakukan kek?” Tanya Panji kepada Ki Sangki yang sedari tadi hanya menatap halaman luas dengan rumput hijau setelah perginya Arya. “Ayo kita kembali ke halaman belakang Panji
ada yang ingin kakek ajarkan ke kamu sekiranya ini berguna saat kamu dalam keadaan darurat.” Segera membalik badan dan berjalan melewati Panji. Melihat Ki Sangki sudah berjalan mendahului Panji segeralah Panji menyusul Ki Sangki.
Cahaya matahari terlihat lebih terik daripada sebelumnya. Namun, tak menggoyahkan tekad Panji bersama Ki Sangki. Ki Sangki sudah duduk di sebuah klasa yang digelar dibawah pohon mangga miliknya.
“Dahulu saat kakek kecil buyut kamu juga mengajarkan ilmu ini kepada kakek, ternyata memang tidak salah tujuannya untuk kamu Panji…” ucap Ki Sangki.
Panji yang masih berdiri segera menghampiri Ki Sangki dan duduk di sampingnya.
Panji duduk dengan melipat kakinya seperti Ki Sangki. “Lalu apa yang ingin kakek ajarkan kepada Panji kek?” Tanya Panji. “Ragasukma Panji…. Jagadya Reksa itu sudah sejak lama ikut bersama kakek, namun bukan kakek pilihannya..Jagadya Reksa hanya dititipkan kepada kakek-
untuk kamu,” lanjut Ki Sangki.
Mendengar jawaban Ki Sangki membuat Panji merasa bersyukur atas tanggungjawab yang diberikan kepadanya. “Baiklah kek Panji tidak ingin menunggu lama, langsung saja.” Ki Sangki hanya menganggukkan kepalanya.
Mulai mengajarkan ilmu yang sudah turun temurun diberikan kepada Panji.
***
Desa Dalam Salangkarangan
***
Motor tua yang sudah dikendarai Arya masih melaju kencang dibawah teriknya matahari yang semakin meninggi. Walau panas semakin terasa membakar kulit Arya, namun tugas yang ia ampu lebih penting dari itu.
Motor tua yang mulai masuk ke desa dimana ia dibesarkan, Desa Lamawara.
Setelah sekian jalan Arya lalui sudah semakin dekat dengan rumah ayah angkat Arya, yaitu Pakde Dodo. Dari kejauhan bahkan belum sampai tepat di depan halaman rumah Arya, kini sudah terlihat Pakde Dodo-
yang sudah bersiap menunggu Arya sedari tadi. “Loh Bah kok sudah menunggu di depan?” Tanya Arya kepada Pakde Dodo. “Sengaja Ar biar tidak menunggu lama karena kita tidak punya banyak waktu,” sambil mendekat naik ke motor yang dikendarai Arya.
Motor yang baru saja sampai itu melaju lagi menjauh dari Desa Lamawara menuju Desa dalam Salangkarangan. Disepanjang jalan ingin rasanya Arya bertanya kepada Pakde Dodo, namun belum berani membuka pembicaraan. “Tumben diam saja Ar, tidak usah khawatir begitu-
Abah Darmo juga tidak mengenali wujud manusia kamu kok.” ucapan yang tak terduga dari Pakde Dodo membuat Arya terkejut.
“Kok Abah tahu tentang itu?” seluruh tubuh Arya tiba-tiba mengeluarkan keringat dingin. “Malam saat kamu mengantarkan dua orang itu kamu melihat Abah Darmo kan?
Itu setelah berkelahi dengan Abah..” benar-benar tak terduga, ternyata waktu berjalan begitu cepat beriringan membuka lembaran baru yang berharap memberi jawaban.
Arya hanya mengangguk mendengar ucapan Pakde Dodo, tak habis pikir kenapa Abahnya itu bisa berkelahi dengan sesepuh desa yang di duga dalang dibalik ritual keji itu. Matahari semakin terasa panas, laju motor Arya yang kini sudah hampir sampai ke tujuan mereka.
“Ar coba lewat sini saja agar tidak ketahuan warga desa,” ucap Pakde Dodo.
Mengerti apa yang diperintahkan Pakde Dodo segeralah Arya berbelok ke kiri melewati hutan belakang desa tersebut. Hanya pepohonan mahoni tinggi disekitaran Arya dan Pakde Dodo.
Setelah melihat tempat yang aman untuk memarkirkan motornya, Arya segera memarkirkan motornya di semak-semak yang tidak akan diketahui orang lain.
“Sudah..aman disini Bah, ayo kita bergegas ke desa,” ajak Arya setelah memarkirkan motornya. Pakde Dodo hanya mengangguk
dan memimpin jalan menuju desa. Kedua nya mulai berjalan melewati hutan hingga sampai ke sebuah sawah luas. “Arya ingat Abah pernah mengajak kamu kemari kan, kamu ingat rumah besar yang dulu kamu bilang seperti istana itu?” Tanya Pakde Dodo kepada Arya. “Iya Arya ingat Bah..
memangnya kenapa dengan rumah itu?” Arya yang semakin penasaran kembali bertanya kepada Pakde Dodo. “Itu rumah Abah Darmo… entah bagaimana rumah sebesar itu berdiri di desa dengan warga yang sederhana itu, memang dulu Abah Darmo tinggal bersama istri dan anak-anak nya yang-
banyak itu.. namun warga desa mengatakan setelah Abah Darmo menjadi tajir melintir itu istri dan anak-anaknya malah meninggal giliran.” Arya sontak terkejut mendengar nya, Arya tak menyangka bahwa rumah megah itu adalah milik Abah Darmo.
“Ternyata memang sudah janggal sejak awal yaa Bah..”
Arya dan Pakde Dodo terus berjalan hingga mulai terlihat pemukiman rumah warga. Dari banyaknya rumah warga yang dilihat  Arya dan Pakde Dodo, hanya satu rumah yang sangat megah terlihat.
“Sudah hampir sampai untung saja kita lewat belakang jadi bisa langsung menuju ke rumah Abah Darmo,” ucap Pakde Dodo sambil memperhatikan sekitarnya.
Setelah berjalan memperhatikan sekitaran, Arya dan Pakde Dodo sudah sampai dari arah belakang rumah megah itu. Rumah megah bewarna putih dan emas dengan halaman luas sudah berada di hadapan Arya. “Bah Arya jaga-jaga disini yaa,” untuk membagi tugas dengan Pakde Dodo.
Arya berjaga di sekitaran rumah Abah Darmo sedangkan Pakde Dodo masuk kedalam rumah.
“Ingat yaa Arya tugas kita disini hanya mencari informasi, kalau ada yang mengacau kamu ataupun Abah segera bereskan..” Sambil bersiap mencari jalan masuk ke dalam, Pakde Dodo berusaha masuk
melewati gerbang yang ada dibelakang rumah.
Arya yang sedang berjaga itu terduduk dengan kaki dilipat. Matanya terpejam dengan tangan sedekap. “Gandharwa…” seketika suasanya disekitar Arya yang tadinya panas kini menjadi dingin, dengan tubuhnya yang menjadi setengah genderuwo.
“Sialan kenapa ada jerangkong didalam rumah itu.” Setelah Arya mengumpulkan energi astral nya kini dihadapannya di dalam rumah megah nan indah itu berdiri demit jerangkong yang sangat besar. Demit yang memiliki tubuh besar tak terbalut kulit,
hanya tengkorak yang tubuhnya jauh lebih besar dari wujud genderuwo Arya. “Dagunya, tangan dan kaki nya saja sangat panjang… bisa-bisa aku yang mati dengannya.”
Tatapan tajam Arya masih terpaku dengan demit tersebut. Namun, dari dalam rumah Pakde Dodo berhasil masuk. Dari arah jendela yang begitu besar mengarah langsung ke ruangan besar dengan lampu yang indah. Terlihat banyak sekali orang-orang dirumah itu, termasuk Abah Darmo.
“Itu dia orangnya..bahkan banyak sekali pengikutnya.” Dengan mata yang mengitari setiap sudut ruangan, Pakde Dodo mencoba mendengar percakapan diantara orang-orang tersebut. Walau di dalam rumah terasa dingin, namun hanya dari ruangan itulah terasa aura yang sangat panas.
“Aura nya panas sekali..jangan-jangan orang tua itu memanggil Sanggageni kemari.”
***
Ragasukma & Jagadya Reksa

***
Sementara di rumah Ki Sangki, Panji dan Ki Sangki sedang melakukan semedi untuk meragasukma. Ilmu inilah yang akan diajarkan kepada Panji untuk berjaga disaat Panji dalam keadaan darurat. “Panji…ngrogosukmo itu ritual lama yang buyut ajarkan kepada kakek,”
sambil menepuk tangan Panji, Ki Sangki mencontohkan bagaimana caranya meragasukma. “Kek lalu setelah Panji berhasil ngrogosukmo apa yang akan terjadi kepada Panji?” Tanya Panji.
Dengan menarik nafas panjang Ki Sangki menjawab pertanyaan Panji dengan tenang,”Dalam ilmu jawa ngrogosukmo itu tujuannya bertemu sedulur papat limo pancer Panji..”
Panji yang masih dibuat bingung itupun hendak menanyakan kebingungannya kepada Ki Sangki.
Belum sempat Panji membuka mulut untuk bicara, namun seperti biasa Ki Sangki selalu bisa menebak apa yang ingin dikatakan Panji. “Sedulur papat limo pancer itu yang menemani manusia saat lahir Panji… ada kakang sawah (air ketuban), ari-ari, getih, puser dan pancer (diri sendiri)
Semua itu keluar berdampingan Panji.. hanya wujudnya yang berbeda saat kamu bertemu nanti.”
Jawaban dari Ki Sangki membuka ilmu baru bagi Panji. Seketika Panji merasa gejolak dalam dirinya. “Masih banyak yang belum aku ketahui…” ucap Panji dalam hati.
Tak ingin membuang banyak waktu, Panji dan Ki Sangki segera melakukan ragasukma. Keduanya sedang bersiap membaca amalan, “Liyep, cup prucut, sukmaningsun metu saka raga..” terucap oleh keduanya.
Seketika Panji merasa tubuhnya seperti terlempar ke langit. Rasanya sungguh dingin sekujur tubuh yang dirasakan Panji. Belum sempat sadar sepenuhnya setelah berhasil meragasukma, malah kini Panji seperti berada di atas bukit luas jauh dari pepohonan.
Dekat dengan telinganya Panji mendengar suara berat yang pernah Panji dengar dengan jelas. “Panji… manungsa mung ngunduh wohing pakarti..” (Panji… kehidupan manusia baik dan buruk adalah akibat dari perbuatannya sendiri).
Mata Panji kini terbelalak mencari sumber suara yang ia dengar. Merasa ada yang menepuk pundaknya, Panji berbalik ke arah tepukan itu. Terlihat di belakang Panji, perpawakan besar dan gagah dengan otot lengannya yang terlihat hanya dihiasi oleh perhiasan emas disekujur badannya,
dengan rambut hitam legam yang diikat rapi mengenakan mahkota. “Prabu…” Jantung Panji berdegup kencang terkejut melihat siapa yang ada di hadapannya sekarang.
Tidak salah lagi, sosok yang berdiri di hadapan Panji adalah Prabu Sangkalangit.
Seketika Panji hanya bisa tertunduk melihat penitisnya berada di hadapannya. Merasa tidak pantas dan malu hingga Panji hanya diam tak berani melirik ke arah Prabu Sangkalangit.
Prabu Sangkalangit yang ada di hadapannya itu hanya tertawa kecil melihat kelakuan Panji.
“Dharmawangsa Panji Adiguna…eling marang asale, ugi eling mring baline..menungso neng alam ndonya namong dados pewayang sakehing gusti,” (Dharmawangsa Panji Adiguna… selalu ingat manusia asalnya darimana dan akan kembali kemana..
manusia di dunia diperumpamakan wayang dimana Sang Pencipta lah dalangnya).
Nasihat dari Prabu Sangkalangit yang ia dengar membuatnya sontak melihat ke arah Prabu. Tanpa ada satu katapun dari mulut Panji, lalu Prabu Sangkalangit melanjutkan lagi ucapannya.
“Kamu sudah menjadi garis takdir kehidupanku Panji… jangan merasa kecil hati atas kemampuan kamu, adab lebih tinggi daripada ilmu Panji.”
Panji mengerti atas apa yang dikatakan Prabu Sangkalangit kepadanya. Memberanikan diri untuk berbicara,
kini Panji bertanya kepada Prabu Sangkalangit. “Prabu… apa yang harus Panji lakukan setelah ini? Tanggungjawab besar sedang Panji pikul sedangkan ilmu dan kemampuan Panji tak sebanding dengan Prabu,” dengan mata berkaca-kaca Panji bertanya.
“Tidak ada yang tidak mungkin Panji, kalaupun Sang Pencipta sudah memilih kamu itu tanda bahwa kamu sanggup dan pantas… kamu tidak sendirian Panji, Gandharwa dan Jagadya Reksa ada bersama kamu.” Mendengar jawaban Prabu Sangkalangit membuat Panji terkejut.
Apalagi nama Jagadya Reksa yang disebutkan. Belum sempat Panji bertanya tentang perwujudan Jagadnya Reksa malah seperti mendapat jawaban tentangnya.
Prabu Sangkalangit yang ada di hadapan Panji sekarang duduk bersila membaca sesuatu yang Panji tidak mengerti artinya.
Angin berhembus kencang hingga membuat bulu kuduk Panji berdiri. Tiba-tiba sesuatu seperti terjatuh dari atas langit. Belum sempat melihat ke atas, Panji dikagetkan dengan ular yang sangat besar berada di belakang punggung Prabu Sangkalangit.
Prabu Sangkalangit sontak berdiri mengulurkan tangan kepada Panji untuk mengajak Panji lebih mendekat.
Panji hanya bisa menerima uluran tangan Prabu Sangkalangit. Dengan perasaan berkecamuk, Panji seperti terbawa ke dalam mimpinya di masa silam.
“Saat pertama aku bertemu ular ini di mimpi... benar-benar mirip,” ucap Panji dalam hati. Panji hanya menatap tajam kearah Jagadya Reksa. Seperti mengetahui apa yang dipikirkan Panji tiba-tiba Prabu Sangkalangit bertanya kepada Panji,”kamu sudah bertemu dengan Reksa yaa…memang-
begitulah salam Perkenalannya kepada kamu.” Panji hanya bisa mengangguk mendengar ucapan Prabu Sangkalangit.
Udara semakin dingin dirasakan Panji, namun tak sekalipun menggetarkan niat Panji. “Dia akan bersamamu mulai sekarang Panji, ini amanah dari ku,”
mendengar ucapan Prabu Sangkalangit membuat jantung Panji berdegup kencang. Tanah yang dipijaknya bergetar seketika Panji terkejut mendengar suara yang jauh lebih berat dari suara yang pernah Panji dengar.
“Sendiko dawuh Prabu Panji…”(hormat saya kepada Prabu Panji…) .Tak salah lagi suara yang Panji dengar berasal dari suara Jagadya Reksa. “Tak perlu khawatir Panji…Reksa akan menjaga kamu bersama kalung merah delima itu,” sambil menunjuk ke arah kalung yang dikenakan Panji.
“Bagaimana saya tahu cara memanggil Reksa Prabu?” Tanya Panji kepada Prabu Sangkalangit.
Namun, bukan Prabu Sangkalangit yang menjawab pertanyaannya. Dengan menundukan kepala kepada Panji, Reksa berkata,”hanya perlu duduk bersila dan mengucapkan nagararaja Jagadya Reksa Prabu…
saya akan datang saat Prabu memanggil.”
Setelah mendengar jawaban dari Jagadya Reksa suasana disekitar Panji menjadi sangat hening, bahkan angin yang sedari tadi berhembus kencang tak lagi dirasakan Panji. Hanya pandangan yang Panji lihat menjadi samar-samar.
Seketika Panji membuka mata menyadari dirinya sudah kembali ke tubuhnya.
Herannya saat Panji tersadar dalam keadaan langit yang sudah gelap. Hanya Panji seorang yang masih terduduk dibawah pohon mangga milik Ki Sangki. “Kakek sudah tidak ada,” ucap Panji dalam hati sambil mencari
keberadaan Ki Sangki. Ketika ingin beranjak dari duduknya, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari dalam rumah. Langkah yang semakin dekat menuju Panji ternyata adalah langkah Ki Sangki.
“Ternyata sudah sadar…duduklah dulu biar kakek yang bicara,” sambil berjalan membawa gelas ke arah Panji. Dengan perasaan yang masih bingung Panji hanya bisa menuruti ucapan Ki Sangki. “Kek…” Hendak bertanya kepada Ki Sangki tetap dipotong oleh Ki Sangki,
”sudah-sudah minum dulu Panji keadaan kamu belum sadar total.” Ucap Ki Sangki sambil mengulurkan minum kepada Panji.
Panji menerima uluran Ki Sangki dan langsung meminumnya. Setelah merasa lebih segar dari sebelumnya barulah Panji bertanya kepada Ki Sangki.
“Kek apa Panji terlalu lama meragasukma tadi?” dengan wajah yang kebingungan Panji bertanya kepada Ki Sangki. “Tidak Panji…sudah biasa seperti itu dan sekarang kakek yakin kamu mendapatkan pelajaran berharga dari ragasukma tadi,”
Ki Sangki hanya tersenyum sambil berkata kepada Panji.
Seperti ada sesuatu yang sudah Ki Sangki tunggu begitu juga Panji yang merasakan ada yang berbeda dari dirinya. “Itu Arya menunggu di depan bersama Pakde Dodo, segeralah keluar.”
Ki Sangki beranjak dari duduknya dan masuk ke dalam rumah meninggalkan Panji. “Hah… Arya?” Tanpa berpikir panjang Panji menyusul Ki Sangki untuk menemui Arya dan Pakde Dodo yang sudah menunggu.
Setelah tiba di depan rumah ternyata Arya dan Pakde Dodo sudah menunggu sambil membakar rokok tembakaunya. “Eh Pakde dan Arya sudah datang..” Ucap Panji kepada Arya dan Pakde Dodo. Pakde Dodo hanya tersenyum kepada Panji, sedangkan Arya hanya menatap heran ke arah Panji.
Arya langsung mematikan rokoknya dan mendekat ke arah Panji. Tarikan yang sangat kuat mendarat di tangan Panji,”Panji aku ingin bicara ayo,” ucap Arya sambil menarik Panji masuk ke dalam rumah.
Panji dibuat heran dengan kelakuan Arya yang menariknya sangat kuat. “Ada apa Ar? Apa ada sesuatu yang gawat?” Tanya Panji kepada Arya. Arya hanya terdiam seperti memikirkan sesuatu. Panji hanya bisa menatap Arya tanpa mengatakan apapun.
Tiba-tiba Arya yang tadinya terdiam langsung bertanya kepada Panji.
“Ular itu khodam kamu Pan?” Sambil menunjuk ke atas langit-langit rumah Arya bertanya. “Hah.. ular mana Ar kok aku nggak lihat?” Sebenarnya Panji tahu siapa yang dimaksud Arya.
“Sudah lupakan saja… ada hal yang lebih penting yang ingin aku bicarakan..” Ucap Arya dengan wajah kesal kepada Panji.
Belum sempat Arya memberitahu apa yang ingin dibicarakan. Namun, dari arah luar terdengar suara Ki Sangki memanggil.
Mendengar panggilan tersebut, Panji dan Arya bergegas keluar menuju Ki Sangki. “Ada apa kek?” Tanya Panji kepada Ki Sangki. Terlihat Pakde Dodo Sudah beranjak dari duduknya dan mendekat kepada Ki Sangki sambil membisikkan sesuatu. Panji dan Arya hanya melihat dengan keheranan.
“Malam ini juga kalian berdua harus ke Segara Getih.” Pakde Dodo dan Arya hanya mengangguk mendengar perintah Ki Sangki. Sedangkan Panji masih berdiri keheranan seakan Panji tak mengetahui apapun yang akan terjadi.
“Ada apa kek? Kenapa Panji dan Arya harus kesana sekarang?” Panji bertanya kepada Ki Sangki. Dengan wajah gelisah Ki Sangki berkata,”Sudah biar nanti diceritakan Arya.. Segara Getih membutuhkan kamu secepatnya Panji..”
Belum sempat Panji bersiap, Arya hanya mengangguk dan langsung menuju motor tua nya itu. Melihat Arya sudah bergegas, Panji langsung berpamitan dengan Ki Sangki dan Pakde Dodo. “Kalau begitu Panji pamit dulu kek, doakan Panji semoga berhasil.”
Setelah selesai mencium tangan Ki Sangki dan Pakde Dodo, Panji bergegas menyusul Arya.
“Ar tunggu Ar…” Sambil naik ke atas motor yang dikendarai Arya. Hanya rasa bingung berkecamuk dipikiran Panji. Merasa tak mengerti apa yang akan terjadi namun terus dikejar oleh waktu.
Entah kejadian apa yang sudah dilalui Arya dan Pakde Dodo belum sempat Panji tanyakan. Hanya berbekal ikhtiar dan doa yang menuntun perjalanan Panji malam ini.
Manusia memang lebih menakutkan jika sudah putus asa terhadap Tuhan. Bersekutu dengan iblis menjadi jalan. Hilang akal dan hilang perasaan. Ritual berbalas nyawa untuk kenikmatan yang tak setara.
Hanya dengan takdir Sang Pencipta, Panji berbekal untuk menutup Segara Getih.
Terimakasih banyak kepada para pembaca... Kita selesai di part 6 dan berlanjut di part 7 di hari.... Untuk hari nanti diusahakan lebih awal yaa teman-teman semuanya😊
Jangan lupa beri support kalian dengan cara like/rt/komen. Setelah part 7 selesai nantinya kita lanjut ke cerita selanjutnya yg lebih seru.. mohon dukungannya teman-teman😄

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with mistynim

mistynim Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @mistynim

May 18
Gerbang Samsara dan Nirvana
[ Part 7 ]

Firasat Panji mulai terbukti, bukan Bah Darmo yang sudah Panji lihat melainkan jin yang bersekongkol dengan Bah Darmo.

Izin tag & bantu rt :
@bacahorror @IDN_Horor @netrasandekala @benbela @cerita_setann @diosetta Image
Selamat malam teman-teman semuanya, kembali lagi dengan saya di hari kamis malam hehehe... Malam ini part terakhir dari cerita Gerbang Samsara dan Nirvana.. semoga kalian suka yaaa, selamat membaca🙏
Read 114 tweets
May 12
Gerbang Samsara dan Nirvana
[ Part 5 ]

Jerit tangis kini terdengar di tengah malam yang berharap sunyi. Firasat yang kini dirasakan Ki Sangki sudah terbukti. “Anak itu memang titisan-Nya…
@bacahorror #bacahorror #threadhorror #horrorstory Image
Selamat malam teman-teman semuanya. Kembali lagi di malam Sabtu setelah 2 minggu hiatus. Kita mulai lagi di part 5 yang akan menemani malam kalian. mohon dukungannya dengan cara like/rt/komen/share🖤
Read 80 tweets
May 1
Gerbang Samsara dan Nirvana

[ Part 4 ]

Bayi-bayi yang tak berdosa itu di bunuh oleh ibu mereka sendiri. Tangis yang tadinya pecah kini hening seketika. Hanya bau anyir darah yang tercium menusuk hidung.
#bacahorror #threadhoror #HorrorCommunity Image
Selamat malam teman-teman semuanya. Kita kembali lagi ke hari senin untuk melanjutkan cerita. Tak terasa sudah sampai ke part 4. Selamat membaca jangan lupa berikan support dengan cara like/komen/rt/share. Salam hangat-M🖤
Read 63 tweets
Apr 27
Gerbang Samsara dan Nirvana
( Part 3 )

"Semua sudah dipersiapkan, antara kamu siap atau tidak semesta sudah menghendaki, sekarang milikku adalah milikmu. Selesaikan apa yang sudah menjadi tanggungjawab."

#bacahorror #HorrorFamily #horrorstory #moots Image
Halo guys sebelum mulai aku ucapin terimakasih banyak untuk para pendukung dan pembaca. Aku tau ini akun kecil tapi dukungan kalian ini lah yang sangat membantu💗 tolong rt/like/share/komen yaap😻 -M
Awal Mula

***
Bak angin yang berhembus, air yang mengalir dan tanah yang diam. Itulah yang harus Panji lakukan. Tanggung jawab yang begitu besar dan cepat berada di tangan Panji. “apapun yang sudah ditakdirkan menjadi milik akan kembali ke pemiliknya,”
Read 43 tweets
Apr 21
Gerbang Samsara dan Nirvana

( Part 2 )

Tempat uang semulanya menjadi sumber daya alam untuk warga sekitar kini berubah menjadi tempat mengerikan yang menjadi saksi buasnya manusia akan apa yang ada di dunia.
#bacahorror #horror #moots #EidUlFitr Image
Halo guys sebelum aku lanjut, aku tau ini akun kecil tapi aku berusaha memberi yang terbaik😺 tolong dukung aku yaa dengan cara rt, like, komen atau share. Selamat membaca 🖤
Read 38 tweets
Apr 21
Gerbang Samsara dan Nirvana

Tempat yang sudah ditutup lama oleh Prabu Sangkalangit kini terbuka kembali. Entah siapa manusia yang bisa membuka kembali tempat tersebut.

[PART 1]

#bacahorror #horrorstory #ceritahoror Image
Halo guys sebelum aku lanjut, aku tau ini akun kecil tapi aku berusaha memberi yang terbaik😺 tolong dukung aku yaa dengan cara rt, like, komen atau share. Selamat membaca 🖤
Kisah kelam yang belum selesai menyisakan kisah mistis dan tragis bagi warga Desa Salangkarangan. Tumpah darah, jerit tangis dan ketakutan menjadi satu kesan untuk Desa Salangkarangan.
Read 29 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(