Matahari sudah mengurangi Panasnya, Warna hampir menjadi merah, Sore telah tiba dan petang akan segera datang.
Surtini dan Mbah Nir masih Melakukan Perjalanan tanpa henti menuju Puncak Paninggir
Namun apa yang di Targedkan mbah nir tidak sesuai apa yang di Harapkan. Petang akan tiba namun perjalanan mereka baru memasuki Alas Ronggo
“Surtini, dewe kudu cepet sitik, wis meh petang dewe mbene mlebu hutan” (surtini, kita harus cepat sedikit, hampir petang kita baru sampai hutan) tegas mbah nir yang khawatir akan ancaman di perjalanan nanti
“Nggih mbah, surtini capek mbah” (iya mbah, surtini capek mbah) keluh surtini yang tenaganya mulai menipis.
Lika liku perjalanan mereka lakui tanjakan terjal hampir seharian mereka lakukan. Teror Alas Ronggo mulai surtini rasakan saat sudah mencapai Sebuah pohon yang sangat besar.
“Mbah iki mambu Wangi-wangian karo mambu getih amis yo” (mbah ini kok bau Wangi-wangian sama bau darah amis yo) ucap surtini sambil membangirkan hidung dan mulai melihat-melihat sekitar hutan.
Mbah nir yang tau bau itu seketika mbah nir melarang surtini untuk tidak menoleh kebelakang.
“Surtini! Ojo madep mburi, mlaku terus meng ngarep” (surtini, jangan melihat belakang, jalan terus ke depan) tegas mbah nir pada surtini
Yang Belum Beli kaos Bisa langsung Klik Link ya guys. Bahan Tebal lembut cotton combed 24s, Sablon kuat, lentur glossy.
Namun berbeda dengan surtini, surtini justru penasaran dan menoleh kebelakang.
“Ono opo mbah” (ada apa mbah) ucap surtini yang penasaran dan menoleh kebelakang. Saat surtini menoleh kebelakang tiba-tiba surtini menjadi lemas, gemetar dan tak sadarkan diri.
Benar saja Banyak puluhan pocong dibelakang mereka yang mengikuti mereka sejak memasuki hutan. Wajah menyeramkan dan busuk menjadikan surtini seketika tumbang.
Mbah nir Membacakan mantra kuno pada air yang dia bawa, cipratan kecil mbah nir berikan kearah pocong - pocong itu, Satu persatu pocong itu mulai terbakar. Namun sangking banyaknya pocong itu mbah nir merasa kwalahan untuk menghadapinya.
“Surtiniiiii! Tangi surrr, cepet mlayu sek” (surtinii, bangun sur, cepat lari duluan) ucap mbah nir Sambil memberi Cipratan ke Arah surtini.
“I-iya mbah” Dengan glagapan surtini terbangun dan langsung mengikuti Perintah Mbah Nir.
"Nteni aku neng Kali Botohsari" (tunggu aku di Sungai Botohsari) ucap mbah nir sambil membakar Para pocong-pocong itu.
Surtini langsung melarikan diri dengan tergesa-gesa namun baru beberapa langkah tiba-tiba sosok pria tua seperti mbah dukun Menghadang surtini.
“Arep lungo mendi cah ayu hahahah" (mau lari kenapa anak cantik) ucap Kakek tua tersebut tertawa dengan suara besar.
Surtini kebingungan dia tak tau apa yang harus dia lakukan, dia hanya bisa memeluk erat kain kafan berisikan jantung yang akan di serahkan ke Nyi Paninggir.
Mbah nir langsung datang melemparkan Tombak pusaka Yang dia Miliki ke arah kakek Tua tersebut, mbah Nir mengenali kakek tersebut, ya dia Musuh nya sejak dulu. Dia Mbah Singo Wono bolo Sewu Manusia yang tak tertandingi sepanjang masa bahkan Nyi paninggir pun mampu dia kalahkan.
serangan mbah nir terus menerus menyerang mbah Singo namun tombak mbah nir Hanya di tepis oleh mbah Singo wono.
“Singo Wono, Koe rausah Melu-melu urusanku” (singo wono kamu tidak usah ikut campur urusanku) ucap mbah nir Geram atas kedatangan Mbah Singo yang menghalangi perjalanan mereka.
“Iki tugasku, Tobato Koe Nir. umur mu wis nempel bumi, ora usah aneh-aneh huahahah” (ini tugasku, Tobato kamu Nir, Umur kamu sudah mendekati bumi, jangan aneh-aneh hauahah) suara mbah Singo menggetarkan Keberanian mbah nir.
Mbah nir Berlari menghujam Keris brojol andalanya ke arah mbah Singo. Namun dengan Mudahnya mbah Singo menghidar dari serangan Mbah Nir.
Serangan demi serangan mbah nir keluarkan untuk menyerang Mbah Singo, pusaka tombak, keris brojol dia hunuskan ke arah mbah Singo namun masih sama mbah singo hanya Mengindar dengan tersenyum.
“Koe dudu tandingan ku, dundange ratumu seng koe agung-agungno, aku pengin ketemu” (kamu bukan tandingan ku, panggil ratumu yang kamu agung- agungkan, aku pingin ketemu) ucap mbah singo
Petang sudah berlalu malam telah hadir, Mbah Nir kebingungan dia menyadari bahwa ilmunya tak mampu untuk melawan Mbah singo, kekuatanya sangat luar biasa, bahkan tak ada seorangpun yang mampu menandingi ilmu mbah singo.
Oleh sebab itu mbah singo di juluki Singo wono bolo sewu. Karena kekuatan Raja hutan yang tidak tertandingi, terlebih mbah singo selalu mencegah sesorang yang datang untuk memberi sesembahan untuk nyi paninggir.
Di sela kekalahan mbah nir, tiba-tiba Angin bertiup kencang pepohonan disana terombang ambing, awan menjadi gelap seketika.
Mbah nir tersenyum, namun berbeda dengan mbah singo, wajah panik datang pada mbah singo
Benar saja puluhan bala tentara Nyi Paninggir datang dari puncak gunung paninggir, Buto Paninggir Setinggi Pohon di Alas Rongg menyerang mbah Singo dengan buas, mbah singo bersiap menghalau serangan buto Paninggir
mbah singo mengeluarkan pusaka andalanya, Pertempuran hebat terjadi disana satu jantung Buto Paninggir mbah singo hunuskan dengan pusakanya namun mereka sangat kuat butuh beberapa hunusan keris pusaka untuk membunuh pasukan nyi paninggir.
Di Sela-sela pertempuran mereka. Mbah nir memanfaatkan untuk kabur dan melanjutkan perjalanan menuju puncak paninggir.
“Surtini, cepet melu aku” (surtini, cepat ikut aku) ajak mbah nir tergesa-gesa
Surtini dan mbah Nir Bergegas Melaju melanjutkan perjalananya. Setelah cukup jauh dari pertempuran mbah Singo, mereka berhenti Sejenak untuk beristirahat.
“Sur liren sek, dewe sedelo maneh tekan Kali botohsari, awakmu mengko ngikuti aku, kali Botohsari gaweane mbah singo, seng jelas bakal akeh ancaman neng kono”.
(sur Istirahat dulu, sebentar lagi kita sampai sungai botohsari, kamu nanti mengikuti saya, sungai botohsari yang buat mbah singo, yang jelas akan banyak ancaman di sana) ucap mbah nir dengan nafas terengah-engah
Guys Bantu Like, RT yaaa, folllow juga boleh eheheh
Habis Magrib di Gasken Ceritanya.
Cuaca Sangat Cerah Hari Itu, Pegunungan dan sawah nampak sangat Indah dari kejauhan. keluarga Kecil Carto Dan Surtini Menyambut Harinya dengan Beraktifitas Seperti biasanya, Carto bersiap - siap Pergi ke sawah kebetulan hari itu padi Mereka memasuki masa panen,