Hari yang cukup melelahkan, ketika seharian harus menyelesaikan pekerjaan yang sedang lucu-lucunya..
Ditutup dengan bersilaturahmi ke salah salah satu teman baik, Husni. Beberapa jam yang lalu, gw mendatangi tempatnya berwirausaha, di salah satu plaza di sudut selatan Jakarta.
Kami ngopi dan ngobrol santai di dalam tokonya.
Ya memang sudah lama gak bertemu, obrolan jadi panjang lebar gak tentu arah.
Hingga gak kerasa, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam..
Toko-toko di plaza itu sudah nyaris tutup semua..
Gw pamit pulang duluan, karna gw lihat Husni masih akan lama membereskan tokonya sebelum pulang.
"Hati-hati Brii.., jangan nengok kalo ada yang manggil.."
Husni bilang begitu sambil cengengesan..
Siyalan..
Bikin gw takut aja..
Dan benar, plaza sudah sepi, sangat sepi malah..
Agak merinding ketika gw dalam perjalanan ke parkiran..
Di poto ini gak ada apa-apa, tapi sebelumnya ada sosok perempuan melintas..
Sudah sampai di parkiran..
Sudah duduk di dalam mobil, di belakang setir..
Sekarang gw buat twit ini sambil gemeteran..
Karna ada yang duduk di kursi belakang..
Ada yang ikut..
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Kadang keadaan memaksa kita untuk menempati tempat tinggal baru. Sering kali, susahnya proses adaptasi harus ditambah dengan terpaan seram dari sisi gelap.
Ada teman yang mau berbagi cerita pengalaman ketika harus menempati rumah baru.
Simak di sini, hanya di Briistory..
***
Lagi-lagi, aku menemukan beberapa helai rambut panjang, entah ini sudah yang keberapa kali, kali ini aku menemukannya di depan lemari ruang tengah. Beberapa helai rambut ini kalau diukur dengan tubuh perempuan dewasa, kira-kira dari kepala sampai ke pinggul, panjang memang.
Apa yang aneh? Ya anehlah, karena di rumah gak ada seorang pun yang memiliki rambut sepanjang itu. Rambutku hanya sebatas pundak, itu pun jenisnya gak sama dengan rambut yang sudah beberapa kali kami temukan.
Gak memandang apa pekerjaan kita, “Mereka” akan datang dengan keseraman tanpa diduga, dengan berbagai bentuk yang gak tertebak.
Malam ini, simak pengalaman seorang supir travel di salah satu bagian Sumatera.
Hanya di sini, di Briistory…
***
~Lampung, Circa 1998~
“Hati-hati, Bang. udah malam ini, kenapa gak besok lagi ajalah nariknya.”
“Hehe, tanggung, Man. Setoran masih belum setengahnya ini, nanti bos marah.”
Nyaris jam sebelas malam, ketika aku masih berada di pelabuhan Bakauheuni, Lampung. Percakapan dengan Iman, rekan sejawat, sejenak membuyarkan lamunan.
Sejarah panjang dan kelam sering kali terungkap dalam senyap, tergambar oleh tarikan garis seram.
Satu sudut di Lembang, tersaji horor tempat pelatihan, seorang teman coba bercerita pengalaman seramnya di sana.
Simak di sini, hanya di Briistory..
***
Waktu seperti berhenti, udara sama sekali gak bergerak, suara detik jam yang tadinya samar terdengar tetiba gak ada lagi. Dalam gelap, aku terus memperhatikan ujung tangga, menunggu kira-kira siapa gerangan yang akan turun dari lantai atas.
Sementara itu, suara yang sepertinya bunyi langkah kaki, terus saja kedengaran, makin jelas, makin dekat.
Cadas Pangeran, satu tempat bersejarah. Ratusan tahun berusia, sahihkan kisah hitam dan putihnya, terus bergulir hingga kini.
Mamal ini, seorang teman akan menceritakan pengalamannya ketika melintasi daerah ikonik ini. Seram? Tentu saja.
Simak di sini, hanya di Briistory.
***
Lepas dari pusat kota Jatinangor, aku akhirnya masuk ke daerah yang terlihat seperti gak berpenduduk.
Tahun 1998, Cadas Pangeran masih sangat sepi, jalan berkelok dikelilingi oleh pepohonan yang membentuk hutan, sama sekali gak ada penerangan, gelap gulita.