Profile picture
PS @PartaiSocmed
, 42 tweets, 6 min read Read on Twitter
SAATNYA KUBU JOKOWI YANG MENGGIRING BOLA
Dalam permainan apapun, pihak yang berhasil mendikte irama permainan selalu berhasil keluar sebagai pemenang, sedangkan pihak yg didikte selalu jadi pecundang.
Lalu lihatlah, dalam kampanye Pilpres 2019 ini kubu mana yg berhasil mendikte permainan dan siapa yg tergopoh2 ikut meladeni permainan lawan?

Sudah mulai terbayang bagaimana hasil akhir dari kampanye ini?
Sejauh yg kami amati kubu Jokowi seperti sangat trauma dengan kekalahan tragis Ahok di Pilkada DKI.
Akibatnya segala strategi dalam memenangkan Pilpres 2019 selalu mengacu pada Pilkada DKI 2017 sebagai benchmark-nya. Termasuk dalam pemilihan Cawapresnya.
Padahal ini sangat salah kaprah!

Pertama, karena Indonesia bukan hanya DKI. Nanti kami jelaskan berdasarkan pengalaman sejarah.

Kedua, dengan terlalu mengacu pada pengalaman kekalahan Ahok di Pilkada DKI 2017 kubu Jokowi justru melupakan pengalaman menang pada Pilpres 2014.
Dlm sejarah demokrasi kita mulai sejak era Orde Lama, Orde Baru hingga saat ini kekuatan Islam memang sangat dominan di DKI.

Pd Pemilu 1955 ada Masyumi yg berhasil meraih 26,0% dan NU yg memperoleh 15,6% suara. Sementara di daerah Jawa lainnya partai2 non agama yg mendominasi
Lalu pada era Orde Baru dimana Pemilu tidak dijalankan secara jujur dan adil PPP pernah memenangkan Pemilu di DKI.

Pada Pemilu tahun 1977 meski Golkar berhasil memengangkan suara 61,2% secara nasional namun kalah oleh PPP di DKI. Inilah awal kejatuhan Ali Sadikin.
Bayangkan, dalam situasi dimana orang tidak memilih Golkar bisa kehilangan pekerjaannya saja PPP bisa menang di DKI.
Sedemikian besarnya kekuatan Islam di DKI.
Ini fakta sejarah yg berlanjut hingga era pasca reformasi.
Jadi sungguh sesat logika jika trauma pengalaman kekalahan Ahok di Pilkada dijadikan acuan dalam menyusun strategi pemenangan Jokowi di Pilpres.

Sejarah menunjukkan bahwa Pilkada DKI tidak apple to apple dengan Pemilu.
Selanjutnya mari kita ulas tentang pengalaman menang Jokowi di Pilpres 2014 yg terlupakan akibat TKN terlalu paranoid dengan kekalahan Ahok di Pilkada DKI.
Kami sudah terlibat aktif mendukung Jokowi sejak Pilpres 2014, sehingga tahu persis tuduhan2 dan fitnah kpd Jokowi bukan terjadi baru2 ini saja.

Fitnah Jokowi anak PKI, Kristen dan keturunan China itu sdh sangat massive dilakukan sejak tahun 2014. Tak ada bedanya dgn sekarang!
Yang membedakannya adalah strategi kita menghadapi fitnah2 dan politik SARA tersebut.

Dulu kita secara cerdas memanfaatkan fitnah2 dan politik SARA itu untuk kemenangan Jokowi, sedangkan sekarang tergopoh2 reaktif bahkan ikut2an bermain kotor politik SARA.
Ketika gencar2nya tuduhan Jokowi anak PKI, beragama Kristen dan keturunan China itu secara elegan Jokowi menjawab sekaligus membuat DIFERENSIASI dengan pihak lawan:
"Saya Jokowi, bagian dari Islam yg rahmatan lil alamin. Islam yg hidup berketurunan dan berkarya di negara RI yg memegang teguh UUD 45. Bhinneka Tunggal Ika adlh rahmat dari Tuhan.
Saya bukan bagian dari kelompok Islam yang sesuka hatinya mengafirkan saudaranya sendiri."
Secara sangat cerdas kubu Jokowi saat itu menepis tuduhan2 dan fitnah lawan sambil menunjukkan diferensiasi dgn pihak lawan.

Islamnya kubu Jokowi adalah Islam yg lembut dan ramah sedangkan Islamnya pihak lawan adalah Islam yg keras.
Dan yg terpenting ini, kubu Jokowi saat itu paham betul bahwa fitnah2 lawan bisa dikelola menjadi faktor yg justru menguntungkan Jokowi.

Orang Indonesia itu cenderung memihak pada pihak yg dizholimi. Itulah yg dikapitalisasikan oleh para pendukung Jokowi pada Pilpres 2014.
Yang menjadi persepsi publik saat itu adalah betapa jahatnya kubu Prabowo dengan segala fitnahnya, dan betapa kasihannya Jokowi yg jelas2 Islam dan Jawa itu difitnah sedemikian kejinya.

Itu yg ditanamkan betul2 dalam benak publik hingga mereka berada di bilik suara.
Sebagai rujukan, ada lho mantan pemimpin yg begitu mendambakan dizholimi.
Bahkan ketika tak ada yg menzholimi-pun dia bikin2 sandiwara seoleh sedang dizholimi.
Adaa..!

Karena rakyat Indonesia itu memang punya tendensi membela pihak yg dizholimi.
Nah ini Jokowi benar2 telah dituduh dengan tuduhan yg tidak sesuai faktanya.

Maka pilihan kita adalah, apakah akan memanfaatkan fitnah2 itu untuk kemenangan Jokowi atau justru ikut2an menggunakan politik SARA untuk menyerang Prabowo?
Mungkin ada jenius di TKN yg berpikir kita bisa menang dengan ikut irama permainan lawan.

Tapi coba pertimbangkan fakta2 tentang pemilih Prabowo, pemilih Jokowi dan undecided voters berikut ini:
Berdasarkan hasil survey LSI pada bulan November 2018 elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 53,2%, Prabowo-Sandi 31,2% dan undecided voters 15,6%.

Lalu mari kita lihat apa yg akan terjadi ketika kubu Jokowi ikut2an memakai politik identitas sebagai strategi mereka.
Apakah pemilih Prabowo akan beralih dukungan menjadi pemilih Jokowi setelah melihat cara buzzer2 mengolok2 video Natalan keluarga Prabowo?

TIDAK.

Sebab pemilih Prabowo terdiri dari mereka yg memang sejak awal dukung Prabowo dan mereka yg anti Jokowi. Sudah tersegmentasi.
Sebaliknya, apakah pemilih Jokowi akan jadi muak dan memutuskan memilih Prabowo atau setidaknya golput setelah melihat cara2 kubu Jokowi menggunakan politik identitas dalam kampanye?

BANYAK.
Sebab banyak dari pendukung Jokowi berasal dari kalangan moderat. Jika Jokowi dan Prabowo sama saja maka mereka kehilangan alasan memilih Jokowi.

Bahkan dari pendukung Jokowi yg berasal dari kelompok minoritas saja sudah berpendapat begini
Lalu bagaimana dengan undecided voters yg diperbutkan itu? Apakah yakin mereka semua orang2 polos yg akan memilih Jokowi dengan politik identitas? Apakah sudah ada hasil survey yg memperkuat argumen tersebut?

Sebab jangan sampai asumsi dijadikan sebagai patokan. Bisa blunder.
Apakah tidak mungkin sebagian diantara undecided voters tersebut adalah justru orang2 cerdas yg masih wait and see? Belum sreg dan belum bisa diyakinkan oleh kedua belah pihak?
Lantas jika kubu Jokowi memainkan permainan yg sama dengan kubu Prabowo maka pilihan apa yg tersisa buat mereka?

Pilihan mereka adalah Prabowo vs Jokowi, kenapa oleh timses Jokowi justru dibuat mudah menjadi Prabowo vs Prabowo KW?
Posisi berdasarkan hasil survey LSI adalah:
Jokowi-Ma'ruf 53,2%
Prabowo-Sandi 31,2%
Undecided voters 15,6%.

Dan yg dilakukan kubu Jokowi adalah berusaha mengejar suara undecided voters dengan membuang suara yg jelas2 memilih Jokowi.

Adakah yg lebih bodoh dari itu?
Lantas apa yg perlu dilakukan oleh timses dan segenap pendukung Jokowi menghadapi sisa masa kampanye ini?
Berikut beberapa saran dari kami. Silakan dijalankan jika memang ingin menang.
Pertama, lakukan positioning dan diferensiasi yg jelas.
Jokowi tidak perlu jadi Prabowo KW. Jokowi adalah Jokowi yg selama karir politiknya punya rekor tak pernah kalah dalam pemilihan.
Bercerminlah pada kemenangan Pilpres 2014 dibanding pada kekalahan Pilkada 2014 yg tidak apple to apple itu.

Dalam hal diferensiasi, biarkan Prabowo ambil suara kaum radikal, Jokowi merangkul kaum moderat.

Sebab siapa yg ingin mendapatkan semua justru tak akan mendapat apa2.
Kedua, ambil inisiatif permainan baik dalam offensif, defensive maupun supportif. Tanpa melupakan positioning dan diferensiasi Jokowi.
Banyak hal yg bisa diserang dari Prabowo dan Sandi tanpa perlu ikut2an permainan mereka dalam politik SARA.
Lagi pula mengikuti irama permainan lawan itu bawaannya cape dan emosi terus.

Lihatlah betapa lelah dan emosinya kubu Jokowi menghadapi narasi2 lawan. Bahkan ketika bisa memenangkannya pun lawan dengan santainya beralih narasi. Hati2 stroke mengancam..
Lihat saja pada kasus isu SARA ini. Betapa kubu Jokowi larut terbawa emosi oleh tuduhan2 dan fitnah2 lawan. Sampai2 lupa memanfaatkan fitnah2 pihak lawan sebagai amunisi yg menguntungkan Jokowi.
Dan ketika akhirnya merasa diatas angin dengan video Natalan Prabowo dan tantangan baca Al Qur'an dengan mudahnya lawan membalikkan narasi bahwa kubu Jokowi main SARA.
Dan Prabowo pun ditampilkan sebagai sosok capres yg toleran.

Cape tidak sih ngikuti narasi lawan terus?
Ketiga, rebut mimbar2 di masjid2, kampung2, kampus2 hingga arisan2 ibu2 RT.

Disinilah sebenarnya kunci mengapa fitnah2 terhadap Jokowi bisa dipercaya sbg fakta olh sebagian masyarakat.

Jadi solusinya bukan lomba baca Al Qur'an, tapi rebut mimbar2 tempat fitnah2 itu disalurkan
Harus diakui berbeda dgn Pilpres 2014, pendukung Jokowi sekarang ini terlalu elitis, cuma bisa selfa-selfi, numpang beken dari Jokowi.

Sebaliknya pendukung Prabowo kali ini jauh lebih militan benar2 menggarap akar rumput mulai dari masjid2 hingga ke pintu2 rumah penduduk.
Tiada guna menang lomba baca Al Qur'an jika setiap hari yg didengar masyarakat cuma fitnah2 terhadap Jokowi.

Ingat, kebohongan yg disampaikan berulang2 akan dianggap sebagai kebenaran.

Jadi tugas TKN adalah merebut mimbar2 tempat fitnah2 itu disalurkan.
Keempat, jangan malu2 menyuarakan dukungan kepada Jokowi di group2 WA keluarga, alumni, lingkungan, dsb.

Jangan memilih diam ketika ada anggota group yg menyuarakan dukungan pada Prabowo apalagi dgn fitnah dan isu SARA. Lawan!
Ingat, kebohongan yg diulang2 akan dianggap sebagai fakta. Pendukung Jokowi harus menyampaikan kebenaran dgn data2 yg valid. Jangan hanya krn takut dimusuhi teman lantas diam saja terhadap fitnah di depan mata kita.

Pertemanan yg menghalalkan fitnah adalah pertemanan yg toxic
Kiranya sekian dulu yg bisa kami sampaikan. Kubu Jokowi harus segera mengubah gaya permainan dan mulai menggiring bola.
Jangan berharap kubu lawan berhenti fitnah tapi manfaatkan fitnah2 lawan untuk kemenangan Jokowi.
Tak ada salahnya belajar dari mantan kita yg satu itu..
Semoga mencerahkan dan menambah wawasan. Terima kasih.
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to PS
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member and get exclusive features!

Premium member ($30.00/year)

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!