Sekitar lima puluh meter di depan, Aku melihat satu sosok yang berdiri di bawah salah satu pohon karet, dia hanya diam menghadap ke arah tempatku duduk.
Memicingkan mata, aku mencoba menajamkan penglihatan, tapi tetap saja aku tidak dapat melihat dengan jelas wajahnya.
Yang terlihat hanya bayangan hitam yang berdiri tegak.
"Pak....?"
Aku mencoba memanggilnya, namun tidak ada jawaban.
Beberapa saat kemudian, tidak terlalu jauh di sebelah kanan dari tempat sosok itu berdiri, kembali muncul satu sosok lagi yang perawakannya nyaris sama, berbentuk bayangan hitam seperti siluet, diam di bawah salah satu pohon karet.
Pada detik itu aku memutuskan untuk masuk ke dalam rumah, setelah tersadar kalau ternyata mereka sangat mirip dengan sosok yang hadir dalam mimpiku sore tadi.
Setelah berada di dalam, aku langsung mematikan lampu petromak yang ada di ruang tengah. Rumah menjadi gelap dan semakin hening, perlahan aku mulai merasakan ketakutan.
Suara jangkrik dan katak yang tadinya bersahut-sahutan, tiba-tiba menghilang tidak terdengar lagi.
Keadaan menjadi senyap..
Aku semakin ketakutan dengan keadaan ini..
Tetapi masih ada sedikit rasa penasaran mengenai sosok bayangan hitam yang berdiri di luar rumah.
Aku menghampiri jendela yang ada di sebelah pintu, dan ku raih tirainya, membukanya sedikit untuk membuat celah untuk mengintip.
Dari celah tirai itulah akhirnya aku dapat melihat ke luar.
Dalam kegelapan yang hanya dibantu cahaya bulan yang mulai meredup, ternyata aku melihat bukan hanya dua, tetapi ada empat sosok yang berdiri di antara pepohonan karet, posisi mereka tidak beraturan, ada yang dekat, ada yang agak jauh, ada yang di kanan, ada yang di kiri..
Aku semakin ketakutan..
Setelah beberapa detik memandangi mereka, aku memutuskan untuk menutup tirai, lalu duduk di ruang tengah yang dalam keadaan sangat gelap itu.
Aku membaca semua doa yang aku bisa, meminta pertolonganNya agar dapat melewati malam dalam keadaan baik-baik saja.
Cukup lama aku terdiam dalam kegelapan.
Tiba-tiba aku mendengar suara dari luar..
"Creek...creeek.. creeekk..."
Kira-kira seperti itu bunyinya.
Pada saat itu, aku tidak tahu itu suara apa, suara yang terkadang terdengar, kadang menghilang, kadang mendekat, kadang menjauh. Seperti itu terus berulang-ulang..
Aku tidak punya nyali untuk mengintip ke luar sekali lagi, aku takut.
Sampai akhirnya ku putuskan untuk masuk ke dalam kamar tengah, mengunci pintu dan naik ke atas tempat tidur.
Namun tetap saja, aku belum juga dapat memejamkan mata, rasa takut masih menyergap perasaan.
Aku merasakan ada banyak "aktifvitas" yang sedang berlangsung di luar rumah.
Untunglah, segala "aktifitas" itu hanya berlangsung di luar, belum sampai masuk ke dalam rumah..
Belum...
Hingga akhirnya, sekitar jam tiga pagi aku terlelap..
***
Hai.
Balik lagi ke gw ya, Brii..☺️
Itulah kejadian yang Wahyu alami pada malam pertama di rumah itu.
Gak terlalu seram?
Tenang, masih ada malam kedua, ketiga, dan seterusnya, yang akan Wahyu ceritakan minggu depan, insyaAllah..
Met bobo, met istirahat..
Salam
~Brii~
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Kadang keadaan memaksa kita untuk menempati tempat tinggal baru. Sering kali, susahnya proses adaptasi harus ditambah dengan terpaan seram dari sisi gelap.
Ada teman yang mau berbagi cerita pengalaman ketika harus menempati rumah baru.
Simak di sini, hanya di Briistory..
***
Lagi-lagi, aku menemukan beberapa helai rambut panjang, entah ini sudah yang keberapa kali, kali ini aku menemukannya di depan lemari ruang tengah. Beberapa helai rambut ini kalau diukur dengan tubuh perempuan dewasa, kira-kira dari kepala sampai ke pinggul, panjang memang.
Apa yang aneh? Ya anehlah, karena di rumah gak ada seorang pun yang memiliki rambut sepanjang itu. Rambutku hanya sebatas pundak, itu pun jenisnya gak sama dengan rambut yang sudah beberapa kali kami temukan.
Gak memandang apa pekerjaan kita, “Mereka” akan datang dengan keseraman tanpa diduga, dengan berbagai bentuk yang gak tertebak.
Malam ini, simak pengalaman seorang supir travel di salah satu bagian Sumatera.
Hanya di sini, di Briistory…
***
~Lampung, Circa 1998~
“Hati-hati, Bang. udah malam ini, kenapa gak besok lagi ajalah nariknya.”
“Hehe, tanggung, Man. Setoran masih belum setengahnya ini, nanti bos marah.”
Nyaris jam sebelas malam, ketika aku masih berada di pelabuhan Bakauheuni, Lampung. Percakapan dengan Iman, rekan sejawat, sejenak membuyarkan lamunan.
Sejarah panjang dan kelam sering kali terungkap dalam senyap, tergambar oleh tarikan garis seram.
Satu sudut di Lembang, tersaji horor tempat pelatihan, seorang teman coba bercerita pengalaman seramnya di sana.
Simak di sini, hanya di Briistory..
***
Waktu seperti berhenti, udara sama sekali gak bergerak, suara detik jam yang tadinya samar terdengar tetiba gak ada lagi. Dalam gelap, aku terus memperhatikan ujung tangga, menunggu kira-kira siapa gerangan yang akan turun dari lantai atas.
Sementara itu, suara yang sepertinya bunyi langkah kaki, terus saja kedengaran, makin jelas, makin dekat.
Cadas Pangeran, satu tempat bersejarah. Ratusan tahun berusia, sahihkan kisah hitam dan putihnya, terus bergulir hingga kini.
Mamal ini, seorang teman akan menceritakan pengalamannya ketika melintasi daerah ikonik ini. Seram? Tentu saja.
Simak di sini, hanya di Briistory.
***
Lepas dari pusat kota Jatinangor, aku akhirnya masuk ke daerah yang terlihat seperti gak berpenduduk.
Tahun 1998, Cadas Pangeran masih sangat sepi, jalan berkelok dikelilingi oleh pepohonan yang membentuk hutan, sama sekali gak ada penerangan, gelap gulita.