Brii Profile picture
Feb 7, 2019 54 tweets 8 min read
Kita lanjut cerita minggu lalu ya, ketika Om Heri dan Wahyu sedang dalam perjalanan pulang menembus hutan.

Gak lupa gw ingetin, jangan pernah mencoba baca sendirian..

#MemeTwit
@InfoMemeTwit
Angin dingin berhembus pelan dari arah depan, peluh mulai bercucuran, tanpa lelah kami terus berusaha melangkahkan kaki dengan cepat tanpa berani sedikitpun menoleh ke arah belakang.
Wahyu yang berjalan di depan sesekali memberi arahan harus kemana kaki ini dilangkahkan, sementara om yang berjalan di belakangnya terus mengikuti kemana Wahyu menuju.
Walaupun tidak melihat secara langsung, om tetap mendengar suara langkah kaki yang terseret-seret bergesekan dengan tanah, langkah kaki yang sepertinya terus saja mengikuti dari belakang.
Di balik cahaya obor yang berada di tangan Wahyu, pandangan kami hanya menangkap suasana hutan yang gelap gulita, binatang penghuni hutan sesekali mengeluarkan bunyi, ditambah dengan lolongan panjang anjing yang masih saja terdengar dari kejauhan.

Keadaan yang amat mencekam.
“Pak maaf, saya lupa jalannya, sepertinya jalan ini sudah pernah kita lewati tadi.”

Nafas Wahyu tersengal-sengal ketika dia bilang kalau ternyata kami berada di tempat yang pernah dilewati.
Benar apa yang Wahyu bilang, om ternyata melihat gubuk tempat kami berteduh sebelumnya, gubuk yang terletak di sebelah kanan jalan, berseberangan dengan pohon-pohon pisang tempat kami melihat sosok hantu tak berkepala.

Kami kembali ke tempat yang sama..

***
Tidak mau membuang-buang waktu untuk berpikir, kami tetap malanjutkan langkah, berjalan ke depan.

“Kali ini coba perhatikan jalan lebih seksama lagi Yu.”

“Iya Pak..” Jawab Wahyu pelan.
Sekilas om beranikan diri untuk menoleh ke belakang, ternyata tidak terlihat lagi sosok yang mengikuti kami, sosok tak berkepala. Hanya gelap gulita yang terlihat.
Perlahan, bulan mulai terlihat muncul dari balik awan, memancarkan sinarnya menerangi malam panjang yang tengah kami coba untuk lewati.

Tubuh sudah mulai lelah, membuat langkah kaki semakin lambat.
Om sadar kalau masih ada yang tidak beres di perjalanan kami ini, perjalanan yang berulang lagi dari titik yang sama dan jalur yang sama.

Daerah yang kami lewati pun daerah yang sama.

Sementara itu suasana tetap mencekam, sama sekali tidak ada percakapan di antara kami.
Peluh semakin deras bercucuran, namun pikiran tetap berharap semoga dapat melalui hutan rimba ini dengan selamat.

Tiba-tiba mulai terdengar lagi langkah yang terseret-seret di belakang, suara langkah yang dapat dipastikan kalau itu bersumber dari sosok yang sejak tadi mengikuti.
"Jangan melihat ke belakang Pak, terus jalan."

Gemetar suara Wahyu memberi peringatan, om hanya mengangguk mengiyakan.

Sosok itu kembali mengikuti..

Suaranya semakin dekat, semakin terdengar jelas kalau sumbernya berada hanya beberapa meter di belakang.
Tubuh om merinding ketakutan, terus menerus membaca doa di dalam hati.

Tiba-tiba, selain suara langkah kaki, terdengar juga suara seperti ada orang yang sedang bernafas dengan berat, lenguhannya terdengar hanya beberapa sentimeter di belakang.
Om berjalan lebih cepat lagi, sedikit mendorong tubuh Wahyu agar lebih cepat melangkah.

"Cepat Yu.."

Wahyu mengerti, dan mulai berlari kecil.
Beberapa saat kemudian suara langkah dan nafas itu menghilang..

Suasana kembali hening seperti semula.

Sekitar tiga puluh menit kemudian, Wahyu kembali berhenti melangkah..

Ada apa?
Ternyata, sekali lagi kami kembali sampai di tempat yang sama, kembali ke gubuk tempat kami berteduh tadi.

Kami kembali ke titik yang sama..

"Bismillah Yu, kita coba lagi, kalau kali ini gak berhasil juga, kita kembali ke kampung Usman."

"Iya Pak.."

Wahyu mengangguk pelan.
Sekali lagi kami menyusuri jalan setapak yang sama, jalur yang sama.

Sudah sangat lelah, kekhawatiran kami semakin bertambah ketika melihat api obor yang ada di genggaman wahyu mulai meredup, sepertinya minyak tanahnya sudah mulai habis.
Benar saja, akhirnya obor padam, suasana menjadi semakin gelap dan mencekam. Kami hanya tinggal mengandalkan lampu senter yang ada di genggaman tangan om untuk penerangan.
"Biar saya aja yang memegang lampu senternya Pak."

Om menyerahkan lampu senter itu kepada Wahyu, karna memang dia yang selalu berjalan di depan.

Masih tidak ada perbincangan, kami terus berjalan melangkahkan kaki dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki.
Sudah kali ke tiga kami melewati tempat yang sama, jalan setapak yang sama, bagian hutan yang sama. Namun kami belum menyerah, akan terus berjalan sampai benar-benar sampai di tujuan.

***
Entah pada bagian hutan yang mana, tiba-tiba kami melihat sesuatu di kejauhan.

Kami melihat cahaya kecil yang bergerak-gerak.

Cahaya apa itu?

Dari kejauhan, kami melihat kalau ternyata cahaya itu bersumber dari nyala api obor, obor yang sepertinya dibawa oleh seseorang.
Orang membawa obor itu berjalan ke arah yang sama dengan arah yang kami tuju, berjalan di atas jalan setapak yang sama dengan jalan yang kami lalui.
"Ada orang di depan Pak, ayo kita kejar.."

Aku mengangguk setuju, berharap orang itu nantinya akan dapat membantu menunjukkan jalan kami menuju pulang.

Tapi semakin cepat kami melangkah untuk mendekatinya, orang itu seperti terus saja menjaga jarak, menjauh.
Pada suatu waktu, ketika jarak kami mulai mendekat, Wahyu mencoba memanggil orang itu.

"Pak...!"

Setengah berteriak Wahyu memanggil, suaranya memecah keheningan malam itu.
Bukannya berhenti atau memperlambat laju jalan, orang itu malah terus saja melangkah bersama obornya, terus saja menjaga jarak, panggilan Wahyu seperti tidak digubris.
Semakin jauh jarak kami dan orang itu, hingga pada akhirnya kami hanya dapat melihat cahaya api obor yang terus menyala di kegelapan hutan, api obor yang bergerak-gerak tertiup angin..

Tapi beberapa saat kemudian cahaya obor itu terlihat berhenti..
Melihat hal itu, kami jadi mempercepat langkah lagi supaya dapat sampai ke tempat orang itu berhenti.

Ketika jarak hanya tinggal beberapa belas meter, kami lihat orang itu berjalan kembali, kali ini langkahnya berbelok ke arah kanan, keluar dari jalan setapak.
Kami berhenti sejenak, untuk mengetahui akan ke mana sebenarnya orang itu menuju.
Di dalam gelap, kami melihat kalau ternyata dia masuk ke satu wilayah yang di depannya berdiri gapura kecil yang tidak terlalu tinggi, Wahyu menyorot sinar lampu senter ke arah gapura itu.

Orang itu melawati gapura dan masuk ke dalamnya.
Tidak terlalu banyak pohon di sana, hanya ada beberapa pohon rindang dan besar berdiri di beberapa sudutnya. Lebih banyak terlihat tanah lapang yang kosong.

Kami kembali berjalan secara perlahan, melangkahkan kaki dengan sangat hati-hati.
Orang itu mau ke mana?

Wilayah apa yang dia masuki?
Setelah kami sudah berada persis di depan gapura, ada papan panjang bergantung di atasnya, di papan itu terdapat tulisan yang saat itu kami belum tahu itu tulisan apa.

Perlahan Wahyu mengarahkan lampu senternya, mencoba membaca tulisan yang tergores lusuh dan kusam.

Kemudian..
Kami langsung mundur beberapa langkah, ketika pada akhirnya kami dapat membaca tulisan yang terpampang di atas gapura.

Papan itu bertuliskan: “Pemakaman umum Desa Jati Mulya.”

Ternyata tempat itu adalah pemakaman umum..
Wahyu lalu mengarahkan lampu senter ke dalam wilayah pemakaman, terlihat gundukan-gundukan tanah yang terdapat batu nisan di atasnya selayaknya kuburan.

Susananya sangat gelap dan mencekam, kabut tipis terlihat sedikit menutupi sebagian wilayah.

Kami berdiri diam, ketakutan.
Cahaya lampu senter Wahyu yang terus menjelajah ke setiap sudut pemakaman, yang pada akhirnya berhenti di satu kuburan yang di atas gundukannya masih terdapat bunga-bunga segar bertaburan, tampaknya itu kuburan baru.
Dalam diam, lalu kami mengarahkan pandangan ke sinar obor yang sejak tadi kami ikuti. Kali ini yang terlihat hanya tinggal nyala api obor, di dalam gelapnya wilayah pekuburan.
Obor itu seperti melayang berjalan sendiri, tidak ada yang memegangnya, berjalan terus memasuki wilayah pemakaman.

Kami masih diam memperhatikan, sangat berat kaki untuk melangkah pergi meninggalkan tempat itu.

Kemudian obor berhenti, diam di depan salah satu makam.
Cukup lama obor itu diam, hanya apinya saja yang bergerak bergoyang tertiup angin.

Sampai akhirnya obor itu mulai kembali bergerak perlahan..

Berjalan pelan ke depan, ke arah kuburan yang ada di depannya.
Nyala obor semakin lama semakin rendah, seperti hendak masuk ke dalam liang kubur..

Benar, cahaya obor itu lalu menghilang, masuk ke dalam liang salah satu makam.

Obor itu masuk ke dalam kuburan..
Kami gemetar ketakutan, peristiwa apa lagi ini?

“Pak, kita lanjut jalan Pak.”

Suara Wahyu bergetar dengan pelan, nyaris seperti berbisik.

Tanpa bicara sedikitpun, om mengangguk pelan.
Berjalan kami meninggalkan pemakaman umum yang sangat menyeramkan itu, berharap semoga kami tidak akan kembali ke tempat yang sama lagi.

***
Kembali kami menyusuri jalan setapak yang membelah hutan, waktu seperti berhenti berputar. Isi kepala masih berkecamuk membayangkan kejadian-kejadian yang baru saja kami alami.

Sangat aneh dan tidak masuk di akal, tetapi benar-benar terjadi.
Tubuh yang sudah sangat lelah seketika kembali seperti mendapatkan sedikit tenaga, ketika dari kejauhan terdengar suara aliran sungai.

Kami mendengar suara air yang mengalir di sungai yang letaknya berada di belakang rumah.
“Alhamdulillah, kita sampai juga akhirnya Yu.”

“Iya Pak, ayo lebih cepat lagi jalannya Pak.”

***
Benar saja, sungai yang berada di depan adalah sungai yang mengalir di belakang rumah.

Kami berhenti di pinggirnya, berdiri di atas gundukan tanah yang sedikit meninggi.
Kenapa kami berhenti? Karna kami melihat debit air yang mengaliri sungai lebih banyak dari pada ketika kami berangkat tadi.

Air sungai terlihat lebih tinggi dan dalam. Kami ambil kesimpulan kalau hal itu terjadi karena sebelumnya hujan yang turun sangat lebat di wilayah itu.
"Kita harus menyeberang Pak, aku sudah sangat lelah, kita harus sampai di rumah."

Wahyu benar, jarak kami ke rumah hanya tinggal berjarak beberapa ratus meter saja.

Mau tidak mau om harus setuju dengan perkataan Wahyu, kami harus menyeberanginya saat itu juga.
"Ayo kita nyebrang Yu.."

Perlahan kami langkahkan kaki masuk ke dalam sungai, sungai yang sewaktu berangkat tadi tidak terlalu dalam airnya tapi kini sangat berbeda keadaanya.

Semakin jauh melangkah, semakin tinggi air sungai membasahi tubuh.
Kami semakin menggigil kedinginan, ketika ternyata air sudah membasahi tubuh sampai sebatas perut.

Kami semakin lambat dan berhati-hati melangkah ketika merasakan kalau arus sungai ternyata cukup deras, ada kemungkinan hanyut kalau tidak berhati-hati.
Sukurlah, walaupun perlahan akhirnya kami sampai juga di seberang.

Lalu kami menerobos masuk ke dalam pepohonan bambu.

Tidak berapa lama kemudian, akhirnya kami sampai di rumah.

***
Di dalam rumah, kami langsung tidur lelap kelelahan, tidak sempat memikirkan apa-apa lagi.

Malam itu adalah salah satu malam terseram yang pernah kami alami di tempat itu.

Salah satu malam terpanjang yang pernah kami lalui.

***
Hai..
Balik lagi ke gw ya, Brii..😊

Tenang, cerita pengalaman Om Heri dan Wahyu masih panjang dan berliku.

Nanti juga akan ada episode ketika #briikecil datang berkunjung ke rumah hantu perkebunan karet itu.
#briikecil datang dan menginap, mengisi waktu liburan sekolah, dan ternyata menjadi liburan yang sungguh sangat menyeramkan, gw masih ingat detail kejadiannya sampai detik ini.

Sangat seru, tunggu ya..

Sekian cerita malam ini, met bobo semoga mimpi indah.

Salam
~Brii~

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Brii

Brii Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @BriiStory

Feb 3
Kadang keadaan memaksa kita untuk menempati tempat tinggal baru. Sering kali, susahnya proses adaptasi harus ditambah dengan terpaan seram dari sisi gelap.

Ada teman yang mau berbagi cerita pengalaman ketika harus menempati rumah baru.

Simak di sini, hanya di Briistory..

***
Lagi-lagi, aku menemukan beberapa helai rambut panjang, entah ini sudah yang keberapa kali, kali ini aku menemukannya di depan lemari ruang tengah. Beberapa helai rambut ini kalau diukur dengan tubuh perempuan dewasa, kira-kira dari kepala sampai ke pinggul, panjang memang.
Apa yang aneh? Ya anehlah, karena di rumah gak ada seorang pun yang memiliki rambut sepanjang itu. Rambutku hanya sebatas pundak, itu pun jenisnya gak sama dengan rambut yang sudah beberapa kali kami temukan.
Read 89 tweets
Jan 13
Gak memandang apa pekerjaan kita, “Mereka” akan datang dengan keseraman tanpa diduga, dengan berbagai bentuk yang gak tertebak.

Malam ini, simak pengalaman seorang supir travel di salah satu bagian Sumatera.

Hanya di sini, di Briistory…

***
~Lampung, Circa 1998~

“Hati-hati, Bang. udah malam ini, kenapa gak besok lagi ajalah nariknya.”

“Hehe, tanggung, Man. Setoran masih belum setengahnya ini, nanti bos marah.”
Nyaris jam sebelas malam, ketika aku masih berada di pelabuhan Bakauheuni, Lampung. Percakapan dengan Iman, rekan sejawat, sejenak membuyarkan lamunan.
Read 115 tweets
Dec 16, 2021
Sejarah panjang dan kelam sering kali terungkap dalam senyap, tergambar oleh tarikan garis seram.

Satu sudut di Lembang, tersaji horor tempat pelatihan, seorang teman coba bercerita pengalaman seramnya di sana.

Simak di sini, hanya di Briistory..

***
Waktu seperti berhenti, udara sama sekali gak bergerak, suara detik jam yang tadinya samar terdengar tetiba gak ada lagi. Dalam gelap, aku terus memperhatikan ujung tangga, menunggu kira-kira siapa gerangan yang akan turun dari lantai atas.
Sementara itu, suara yang sepertinya bunyi langkah kaki, terus saja kedengaran, makin jelas, makin dekat.
Read 101 tweets
Nov 25, 2021
Cadas Pangeran, satu tempat bersejarah. Ratusan tahun berusia, sahihkan kisah hitam dan putihnya, terus bergulir hingga kini.

Mamal ini, seorang teman akan menceritakan pengalamannya ketika melintasi daerah ikonik ini. Seram? Tentu saja.

Simak di sini, hanya di Briistory.

*** Image
Lepas dari pusat kota Jatinangor, aku akhirnya masuk ke daerah yang terlihat seperti gak berpenduduk.
Tahun 1998, Cadas Pangeran masih sangat sepi, jalan berkelok dikelilingi oleh pepohonan yang membentuk hutan, sama sekali gak ada penerangan, gelap gulita.
Read 64 tweets
Nov 18, 2021
Keangkeran tempat kerja kadang terpaksa harus dihadapi. Keseraman lain dimensi, sesekali menghadirkan sosok-sosok ngeri.

Malam ini, ada teman yang akan bercerita tentang seramnya pabrik tempatnya bekerja. Tahun 2001 peristiwa ini terjadi.

Simak di sini, hanya di Briistory.

***
Suara itu lagi, walaupun sudah pernah mendengar sebelumnya, tetap saja aku terkejut, tetap menoleh ke pintu walau tahu masih dalam keadaan tertutup.
Suara gesekan sapu ijuk dengan lantai, menggusur debu serta kotoran, membersihkan.

Suara sapu ini mungkin akan terdengar biasa saja kalau siang hari, tapi beda cerita ketika terdengarnya tengah malam seperti ini.
Read 85 tweets
Nov 11, 2021
Entah bagaimana cara dan prosesnya, berjalan lintas dimensi bisa saja terjadi. Siapa pun bisa mengalami, gak pandang bulu.

Malam ini, satu teman akan bercerita pengalaman seramnya, lintas dimensi merasakan kekacauan garis ruang dan waktu. Hanya di sini, di Briistory..

***
~Circa 2003, selatan Jawa~
Aku dan Virgo akhirnya menyerah, kami sudah gak kuat menahan kantuk.
Read 101 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(