Sistem kerja yg diterapkan perusahaan dan pola leadership atasan akan amat tentukan kinerja seorang karyawan.
Namun karyawan itu gagal bersinar krn kesalahan sistem kerja dan pola leadership dari atasannya.
Dlm ilmu human behavior, sikap semacam itu disebut human attribution error : langsung menyalahkan faktor manusia sbg penyebab, pdhl ada banyak faktor lain yg sebenarnya ikut berperan.
Jadi perilaku dan kinerja anda itu tidak melulu tergantung diri anda sendiri. Ada banyak faktor lain yg berperan.
Sikap spt itu adalah sikap naif dan gagal memahami bahwa sebenarnya ada banyak non-human factors yg berperan.
Misal aja km setahun kerja di kantor pemerintahan yg penuh birokrasi dan lamban.
Lali kamu pindah kerja ke start up yg kecil dan lagi tumbuh cepat.
Perilaku dan kinerjamu akan beda jauh meski sama orangnya.
Namun karena lingkungan sekitarmu tak pernah berikan stimulan yg pas agar dirimu tumbuh dg gemilang.
(Catat baik2 ya kalimat diatas)
Untung bisa pindah ke company lain yg suportif. Bosnya selalu berikan penugasan2 yg challenging. Skills langsung tumbuh pesat.
Sebuah kalimat indah. Tp harus segera diberi catatan : yakni hanya jika pengalamannya berupa kerjaan2 yg variatif dan challenging.
Kalau kerjaannya garing dan monoton, pengalaman kerja adalah guru terburuk bagi pengembangan potensi dirimu.
Kalau apa yg anda kerjakan itu makin menantang dan makin kompleks, maka skills kamu akan terus berkembang.
Kalau apa yg kamu kerjakan hanya repetisi yg sama, maka sebenarnya pekerjaan itu telah membunuh potensi dirimu pelan2.
Jika jawabannya ya, sampai kapan kamu akan bertahan ditempat itu.
Dan membiarkan potensi dirimu pelan2 tergeletak mati.