,
9 tweets,
2 min read
Read on Twitter
Inilah saat yang tepat buat saya, pemerhati ilmu perilaku, untuk womansplaining, eh, menjelaskan bahwa ada yang nManya motivated reasoning dan confirmation bias.
Intinya, motivated reasoning dan confirmation bias membuat seseorang tidak bisa menerima argumen berbasis fakta atau logika. Dia taman mengabaikannya, dan hanya memilih fokus dan percaya ke argumen yang menguatkan keyakinannya.
Salah satu ciri penting dari motivated reasoning adalah ini seringkali terjadi saat seseorang terdorong, sadar atau tidak, untuk mengekspresikan loyalitas seseorang pada kelompoknya.
Jadi jelas, kan, kenapa bisa berjamaah seperti ini?
Jadi jelas, kan, kenapa bisa berjamaah seperti ini?
Jadi harus diapakan, dong? Tergantung tujuan Anda.
Kalau Anda pendukung kubu pemenang, sebetulnya apa yang ingin diraih dengan meminta kubu lawan untuk menerima kekalahan?
Mau menggarami luka, atau mau menurunkan potensi konflik?
Kalau Anda pendukung kubu pemenang, sebetulnya apa yang ingin diraih dengan meminta kubu lawan untuk menerima kekalahan?
Mau menggarami luka, atau mau menurunkan potensi konflik?
Kalau mau menggarami luka, ya teruslah bersorak soal fakta, metodologi riset, dll. Tapi ya buat apa?
Kalau mau menurunkan potensi konflik, ada cara yang tidak populer. Satu, berhenti menggarami luka dengan membujuk atau mengolok.
Ikuti pesan Sun Tzu:
Ikuti pesan Sun Tzu:
Atau yang ini:
When you surround the enemy
Always allow them an escape route.
They must see that there is
An alternative to death.
—Sun Tzu, The Art of War
When you surround the enemy
Always allow them an escape route.
They must see that there is
An alternative to death.
—Sun Tzu, The Art of War
Sekian, terima kasih. Silakan diskusi cara konkretnya gimana.
Banyak typo.
