Profile picture
#99
, 56 tweets, 9 min read Read on Twitter
KONGKALIKONG DIBALIK MAHALNYA TIKET PESAWAT

(Sebuah Utas)
Banyak yg belum tahu bahwa mahalnya tiket pesawat saat ini adalah hasil kongkalikong jahat segelintir pihak dengan mengorbankan kepentingan bangsa dan masyarakat. Dan sama sekali bukan karena karena alasan2 yg disampaikan oleh pihak maskapai maupun pihak Kemenhub.
Mahalnya tiket pesawat yg terjadi saat ini adalah buah dari kesalahan dua maskapai besar nasional kita, yaitu Lion dan Garuda.
Kesalahan merekalah yg sekarang harus dibayar seluruh bangsa ini karena secara tidak sadar kita sudah tertawan oleh duopoli maskapai tersebut.
Kesalahan Lion adalah ekspansi yang terlalu brutal dalam pembelian pesawat, yg akhirnya menempatkan perusahaan itu dalam kesulitan keuangan.
Baiklah, mari kita lanjutkan kultwit yg tertunda ini
Kesalahan Garuda adalah karena korupsi dan inefisiensi serta kesalahan pembelian pesawat yg penuh nuansa "Succes Fee".
Kita mulai dari Lion dulu lalu disambung dengan Garuda.
Kita sebagai bangsa Indonesia mungkin pernah bangga dengan prestasi Lion membeli pesawat besar-besaran. Sedemikian fenomenalnya pembelian pesawat Lion tercatat sebagai pembelian pesawat terbesar sepanjang sejarah Boeing!
Tak kurang Presiden Obama dan Presiden SBY menjadi saksi penandatanganan kontrak pembelian pesawat Boeing terbesar sepanjang sejarah itu. Nilainya, lebih dari 300 triliun rupiah untuk kurs dollar Rp 14.000
Seperti kecanduan memecahkan rekor, setelah kontrak pembelian Boeing di tahun 2011, Lion juga melakukan belanja pesawat besar-besaran ke Airbus dengan nilai fantastis yaitu Rp 336 triliun untuk kurs dollar Rp 14.000.
Sebagai gambaran betapa fantastisnya ekspansi Lion itu, angka kontrak pembelian pesawat yg dilakukan pada tahun 2011 (Boeing) dan 2013 (Airbus) setara dengan 45 persen cadangan devisa Indonesia saat itu.
Rusdi Kirana mengaku bahwa pembiayaan utk pembelian pesawat besar2an itu berasal dari kredit sindikasi bank internasional.
Tapi aturan dunia internasional dlm hal jual beli pesawat menyebutkan pemilik maskapai harus menyediakan modal minimal 30 persen dari total nilai pembelian
Anggap saja total nilai pembelian dari kedua pabrikan pesawat tersebut minimal Rp 600 triliun. Artinya Rusdi Kirana harus menyediakan dana segar minimal Rp 180 triliun. Duit dari mana?
Tak ada yg tahu tetapi banyak pihak pihak mengait2kan hubungannya dengan keluarga JK dan group Singtel.
Nah, ketika kami menyebut nama pak JK sekarang jadi paham dong kenapa @kurawa tiba2 begitu ngotot bikin pembelaan sampai pakai cara2 fitnah pula?
Ketika ditanya apa jaminan Rusdi Kirana dalam pembelian pesawat gila2an itu, dia jawab:

"Saya menjual negara ini, yang saya jual itu Merah Putih!"
Rusdi Kirana dengan bangga menjaminkan bangsa ini, namun transaksi sebesar itu tentu harus diamankan. Dengan pembelian pesawat gila2an yg dia lakukan, Lion menjadi perusahaan yg "too big to fail"
Nah, sebagai perusahaan yg "too big to fail" maka Lion bisa mendikte kebijakan pemerintah agar utangnya tidak macet dan kolaps. Pemerintah tidak akan membiarkan Lion bangkrut. Jadi benar kata Rusdi Kirana, "saya menjual negara ini, yang saya jual itu Merah Putih"
Satu hal yg perlu diingat, Rusdi Kirana menjaminkan bangsa ini utk membeli pesawat yg hasilnya sebagian digunakan juga untuk melayani rute domestik negara2 lain. Seperti Thai Lion Air (Thailand), Malindo (Malaysia) dengan tarif yg lebih murah dibanding tarif domestik di Indonesia
Jadi bangsa ini yg dijadikan jaminan dan merah putih yg dijual tapi benefitnya dinikmati oleh rakyat negara lain.
Lalu para buzzer berbusa2 ngoceh penting masyarakat memahami kesulitan maskapai penerbangan itu.
Silakan di cek saja harga tiket penerbangan domestik di Malaysia dengan Malindo Air atau di Thailand dengan Thai Lion Air dengan harga tiket domestik di Indonesia dengan Lion Air. Murah mana coba?
Jika benar harga tiket domestik yg dijual Malindo di Malaysia dan Thai Lion Air di Thailand jauh lebih murah drpd harga tiket Lion di Indonesia maka RAKYAT INDONESIA SUDAH MENYUBSIDI RAKYAT NEGARA2 TETANGGA.
Inilah nasionalisme seorang Rusdi Kirana.
Kesalahan Lion Air lainnya adalah beragamnya jenis pesawat yg dibelinya. Hal ini menyebabkan inefisiensi terutama di biaya maintenance.
Hal sebaliknya dilakukan oleh Air Asia yg hanya mengoperasikan satu jenis pesawat sehingga biaya maintenance-nya bisa ditekan jadi murah
Ketika kita naik Lion Air di kursi penumpang selalu tersedia booklet pamer beragamnya jenis pesawat yg dimiliki Lion. Tak sadar bahwa beragamnya jenis dan produsen pesawat yg dioperasikan Lion Air itulah penyebab inefisiensi.
Sekarang kita lanjut ke Garuda ya..
Kesalahan Garuda adalah tipikal kesalahan BUMN sejak zaman dulu, yaitu korup dan inefisien.
Korupsi yg sering jadi sorotan publik dan terbukti telah ada yg jadi tersangka KPK adalah adanya 'Succes Fee' untuk setiap pembelian, termasuk pembelian pesawat.
Kasus yg menimpa mantan Dirut Garuda Emirsyah Satar hanyalah puncak gunung es dari korupsi yg terjadi di tubuh BUMN kita. Tak perlu dibantah!
Kerugian2 akibat korupsi tersebut tentu suka tidak suka akan berdampak pada keuangan perusahaan. Adalah bohong besar jika ada yg bilang bahwa di Garuda tak ada korupsi dan Markup. Dan adalah bodoh jika ada yg bilang korupsi tidak merugikan BUMN tersebut.
Sedemikian membudayanya 'success fee' di BUMN itu sehingga keputusan pembelian pesawat tidak lagi obyektif. Keputusan pembelian pesawat lebih mempertimbangkan faktor 'success fee' dibanding faktor kebutuhan.
Contoh, masih adanya rencana pembelian pesawat besar untuk rute luar negeri, padahal rute luar negeri adalah penyumbang kerugian terbesar Garuda, bukan rute domestik.
Mengapa demikian? Karena beli pesawat besar success fee-nya lebih besar juga.
Berapa kerugian Garuda akibat korusi salah beli pesawat itu? Temuan BPK adalah sebesar 1,3 triliun per-pesawatnya!
Untuk lebih jelasnya silakan baca pernyataan Wakil Ketua BPK pak @AchsanulQosasi berikut ini. Atau silakan tanya langsung pada beliau saja
m.liputan6.com/bisnis/read/28…
Dengan kerugian sebesar 1,3 triliun per-pesawat maka jika tiket pesawat 1,3 juta, maka butuh 1 juta seat untuk mengembalikan kerugian tersebut.
Hayo, siapa yg berani bilang korupsi bukan penyebab mahalnya tiket pesawat? Biar kami kencingi mulutnya yg bertahi lalat itu!
Masalah lain dari Garuda adalah rute penerbangan internasional yg selalu buntung dan menjadi sumber kerugian Garuda.
Jadi bohong jika dikatakan Garuda rugi karena rute domestik terlalu murah. Ini buktinya, hasil pemeriksaan BPK.
ekbis.sindonews.com/read/1247156/3…
Paham kan sekarang? Rute internasional yg rugi tapi penumpang domestik yg dinaikkan harga tiketnya untuk menyubsidi yg ke LN.
Korupsi yg merugikan Garuda tapi harga tiket murah yg disalahkan agar rakyat yg membayar kerugian akibat korupsi tersebut!
Dari pemaparan panjang lebar tersebut kita baik Lion maupun Garuda punya masalahnya masing2 tapi solusinya sama, yaitu mengorbankan rakyat Indonesia.
Masalah rencana jahat itu tak mungkin bisa dijalankan selama masih ada pemain2 lain di Indonesia. Maka perlu ada kongkalikong antara dua pelaku utama bisnis penerbangan dan regulator, yaitu Menhub.
Langkah pertamanya adalah melakukan predatory pricing agar kompetitor kecil mati atau di akuisisi. Setelah kompetitor keok maka mereka melobi Kemenhub untuk melindungi kartelnya.
Terjadilah kompetisi bebas yg menguntungkan masyarakat dan pemerintah cenderung tidak intervensi terlalu jauh.
Maka dengan kekuatan armada dan financialnya Lion dan Garuda tampil memimpin pasar. Satu persatu maskapai kecil tutup.
Korban terakhir adalah Sriwijaya Air yg di akuisisi karena utang maintenance pesawat ke anak perusahaan Garuda dengan nilai hanya 433 miliar!
Pertanyaan kritisnya adalah apa benefit yg didapat dari akuisisi Sriwijaya sehingga harus dilakukan?
Jawabannya adalah DUOPOLI!
Sebab dari 433 miliar utang Sriwijaya itu 119 miliarnya sudah ditalangi oleh Bank BNI. Jadi mengapa juga Sriwijaya mau diakuisisi dengan utang yg terbilang kecil untuk bisnis maskapai penerbangan?
Jawabannya juga sama, DUOPOLI.
Bahasa sederhananya begini: "Eh kamu Sriwijaya, dari pada capek bayar utang dan bersaing lebih baik gabung aja, kita kompakan menguasai pasar". Cingcailah!
Dengan bergabungnya Sriwijaya maka cuma tinggal satu duri dalam daging yg mengganggu kekompakan Lion dan Garuda, yaitu Air Asia.
Air Asia jelas tidak akan mau diajak bergabung apalagi di akuisisi. Maka perlu ditempuh cara 'ngerjain' maskapai asing ini.
Lalu ABRAKADABRA! Tiket Air Asia pun menghilang dari Traveloka dkk.
Persis seperti iklan jin sakti yg bisa melenyapkan kasus korupsi.
Selanjutnya adalah tugas Menhub untuk 'membayar' harga dari ekspansi brutal Lion dan korupsi di tubuh Garuda, serta modal yg telah dileluarkan dalam perang harga sebelumnya
Maka lewat INACA mereka mendesak Menhub untuk menaikkan Tarif Batas Bawah tiket pesawat. Yang dengan senang hati dituruti oleh Menhub Budi Karya.
Dan dengan keluarnya Peraturan Menhub No 20 tahun 2019 dan Keputusan Menhub No 72 Tahun 2019 era tiket murah pun berakhir.
Mereka yg dulunya adalah pelaku predatory pricing itu sendiri sekarang menggunakan pengaruhnya di pemerintahan utk mengunci kemenangannya. PREDATOR MENANG!
Maka selanjutnya muncullah statement2 konyol dari Menhub Budi Karya yang sepenuhnya membela kepentingan dua korporasi maskapai penerbangan pelaku duopoli tersebut
Maka ketika masyarakat protes atas mahalnya tiket pesawat terjadilah tektokan antara Menhub dan maskapai.
Masakapai bilang kenaikan sudah sesuai aturan sedangkan Kemenhub bilang kenaikan agar maskapai bersaing secara sehat.

Sehat apanya? Kompetitor sudah tidak ada.
Tapi pertanyaannya adalah, benarkah tiket murah adalah biang keladi masalah yg dihadapi Lion? Jika demikian mengapa Lion masih jual tiket murah utk rute domestik di Malaysia, Thailand dan negara2 ASEAN lainnya?
Bukankah itu seperti rakyat Indonesia mensubsidi rakyat negara lain?
Dan benarkah tiket rute domestik murah adalah sumber kerugian Garuda? Bukankah telah terbukti Garuda korup dan penerbangan rute internasional jadi sumber kerugian Garuda?
Kenapa rakyat Indonesia yg harus dijadikan korbannya?
Lalu mengapa Menhub Budi Karya bisa begitu saja menyetujui tuntutan dua korporasi maskapai penerbangan tersebut? Sampai2 bikin pembelaan2 konyol yg menyakiti perasaan rakyat?
Karena BODOH atau bagian dari KONGKALIKONG?
Indikasi kuat Menhub Budi Karya sarat konflik kepentingan bisa dilihat dari statement sebelumnya. Mulai dari getolnya dia membela kepentingan korporasi drpd kepentingan rakyat hingga denial soal adanya praktek kartel
Padahal KPPU saja sudah temukan indikasi adanya kesepakatan harga tiket. Parahnya kesepakatan tersebut dilegalisir oleh Menhub lewat kebijakan TBB dan TBA.
Hanya di Indonesia ada kebijakan Tarif Batas Atas dan Tarif Batas Bawah. Hanya di Indonesia kartel direstui oleh regulator
Karena apa? Apakah karena komisaris Lion Group adalah adik pak JK? Atau karena Lion "too big to fail" sehingga lebih baik rakyat yg dikorbankan?
Untuk sementara sekian dulu kultwit kami karena MotoGP segera akan start. Semoga mencerahkan dan menambah wawasan kita semua.
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to #99
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!