Alih2 menghujat, mari kita bedah kondisi real politic Indo yg memang tak kondusif bagi pemenuhan HAM.
*satu utas*
Tapi dalam real politic, pemenuhan HAM adalah resultan dari kesetimbangan politik antar kelompok pro-HAM dan anti-HAM dlm masyarakat.
Jgn bayangkan "transisi demokratik" sbg sbuah proses spt transisi manajerial di perusahaan. Ini lebih mirip kocok ulang.
Tapi kita break dulu ya, ada yg musti diurus dulu.
Dalam soal penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu, Afrika Selatan sering disebut2 sebagai satu tolok ukur; dgn anggapan bahwa Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasinya adlh sebuah kesuksesan.
Tapi, bnyk masalah di balik KKR mereka.
Nampak bagus, no? No, it's not good.
Karena ANC tidak cukup kuat untuk memberi pukulan penghabisan yg akan menghancurkan pemerintahan apartheid berkeping2.
Tapi militer Afsel adalah salah satu yg terkuat di Afrika, tidak pernah meninggalkan top 3.
Mandela tahu, jika dia tidak terima tawaran ini, memilih untuk terus melawan sampai rejim apartheid hancur sm skali, dia akan kehilangan dukungan internasional.
Dgn terungkapnya kebenaran, diharapkan ketegangan rasial tak lagi menjadi hantu bagi Afsel di masa depan.
Aku tdk tahu. Yg aku tahu, keputusan itu diambil krn balance of power tdk memungkinkan utk menghukum smua pelaku pelanggaran HAM masa lalu era apartheid.
((Yaelah, dinner. Makan indomi pake nasi aja ngomongnya dinner.))
Sekarang kita ke Argentina. Tanah asal demo Ibu2 Plasa de Mayo, yg caranya ditiru dalam Aksi Kamisan di depan istana sudah beberapa tahun ini.
Gerakan rakyat praktis lumpuh akibat "Perang Kotor" yg dijalankan 1976-1984.
Ini nama pulau, ya... bukan nama Bakso.
Ini judi gila2an krn nyenggol Inggris, satu sekutu utama AS.
Dan si bego Galtieri salah hitung kartu.
Galtieri kalo maen gaple pasti udah bengkak kupingnya dijepit pake jepit jemuran.
Saat ini, menurutku, berat. Sangat berat.
Ketika ingatan masih segar, ketika tentara berada di posisi nadir pengaruh politiknya, saat itulah kondisi memungkinkan utk pelurusan sejarah.
Momentum politiknya hilang. Begitu momentum hilang, kita kudu kayuh lagi becaknya naik bukit.
Apalagi di Indo, di mana kelompok2 HAM malah menyerukan utk terus berada di luar panggung politik.
Kelompok2 HAM dan gerakan rakyat menyerahkan panggung politik pada ketiga kekuatan itu.
Dan skrg mara2 + nyinyir krn politik makin bergerak ke kanan.
Bgmana caranya? Hayu kita ngupi biar lebi santai dan ga gampang ngegas. Situasi rumit, ngegas pula, Pecah kepala berbi.