** Kisahku pada Masa SMU **
| - Chapter 2 - |
` Peristiwa Meninggalnya Kakek `
#SpiritualExperience
#bacahorror @bacahorror
"Apa sebenarnya yg sudah terjadi?"
Aku lihat situasi di sekitar namun tak ada satu pun batu yg tadi berjatuhan tergeletak di sekitarku.
"Apabila yg mengenai tubuhmu empat batu berarti empat namun apabila yg mengenaimu lima batu maka lima"
Setelah mengatakan itu kemudian beliau menghilang.
"Ya Allah, apakah ini merupakan pertanda yang ingin Engkau beritahukan kepadaku?"
Nafas ini mulai terasa sesak & mata pun sudah tak mampu membendung air yg sedikit demi sedikit mulai membasahi wajah.
"Aku tak boleh terlihat seperti ini"
Aku lalu berdiri dan segera masuk menuju kamar mandi.
Selepas mandi dan berpakaian, Aku hampiri Ayah yg sedang duduk di sofa.
Ayah: "Memangnya ada apa A? Ko tiba-tiba mau ke rumah Kakek."
Aku: "Aydin hanya pengen ketemu Kakek. Pengen lihat kondisi Kakek juga"
Ayah memperhatikan wajahku kemudian menjawab
Aku: "Gak tahu Pah, tapi rasanya Aydin harus berangkat hari ini juga"
Ayah: "Ya sudah, tapi berangkatnya besok saja."
Ibu: "Bapak (Kakek) terkena kanker lambung stadium akhir. Harusnya dirawat tapi bapak menolak."
Ibu: "Sudah terlihat membaik, bahkan sudah bisa ke kamar mandi sendiri, oleh sebab itu Mamah tidak terlalu khawatir untuk pulang. Hanya saja ada kejadian aneh kemarin, Bapak ngomong ada tamu padahal gak ada siapa2."
Ibu: "Iya Mamah tahu, tapi Bapak bilang gini ke Mamah 'Teh tahu nggak tadi siapa yang datang? Dia itu Ridwan yg nanti akan mengurus Bapak. Jadi Teteh pulang aja, jangan khawatirin bapak'."
Ayah: "A sekali lagi Papah mau nanya, kenapa tiba-tiba Aa mau berangkat sekarang ke rumah Kakek?"
Aku: "Entahlah Pah, Aydin gak bisa ngasih tahu alasannya, tp firasat Aydin bilang hari ini mesti ke sana"
Ayah: "Hallo, Assalaamu'alaikum"
Bi Leni: "Wa 'alaikum salam. A, ini Leni. Bapak A, bapak ..."
Ayah: "Tenang Len, tenang, atur nafasnya. Ada apa dg bapak?"
Bi Leni: "Bapak muntah darah A, Leni mesti ngapain?"
Ayah: "Bawa bapak ke RS Len,
Bi Leni: "Sudah, tp bapaknya gak mau. Bapak bilang pengen istirahatnya di rumah Aa."
Ayah: "Kalau begitu kamu siap-siap, nanti Aa ke sana. Bilang sama bapak, nanti Aa jemput untuk dibawa ke sini."
Ayah: "Mah, Papah ke sekolah dulu, mau pinjam mobilnya kepala sekolah buat jemput bapak."
Ibu: "Iya Yah"
Ayah langsung pergi mengendarai motor vespanya. Selang 30 menit beliau sudah kembali ke rumah.
"Iya" jawabku
Aku yg memang sudah mempersiapkan diri sejak keberangkatan Ayah hanya bergegas ke dapur untuk mengambil segelas air.
FYI, Aku mempunyai 2 adik kandung. Adik pertamaku perempuan bernama Ana (11 thn) dan Adik keduaku laki-laki bernama Rama (5 thn).
Terlihat kondisi kakek yg begitu lemah tak berdaya walau hanya untuk mengeluarkan kata-kata.
Rasa lelah memang ada, namun kami langsung membopong Kakek ke dalam mobil yg dibantu oleh beberapa mahasiswa.
Dalam perjalanan, Kakek yg duduk di baris kedua belakang kemudi tak mampu mempertahankan posisinya yg terus melorot. Beberapa kali Aku perbaiki posisinya namun tetap saja terus melorot.
Malam itu kakek terlihat gelisah dan selalu memegang perut yang katanya terasa panas. Beliau tidak mau makan, hanya terus menerus meminta minum akibat panas yg dirasakan perutnya.
Aku bangun sebelum adzan dhuhur, ku ambil handuk kemudian mandi. Selepas itu Aku makan dan berangkat ke Masjid.
Rumahku cukup ramai atas kedatangan beberapa saudara yg sengaja menjenguk Kakek atas informasi Ayah.
Tengah malam Mang Harto beserta istri dan anaknya sudah tiba, tentu saja bersamaan kedatangannya dengan Mang Yanto.
Kakek: "Abah bisa sendiri, kamu bangunkan saja yg lain."
Aku: "Iya Bah"
Aku perhatikan dulu langkah Kakek sampai masuk kamar mandi. Selepas itu baru membangunkan Ayah, Ibu & Nenek, karena merasa sungkan sisanya biarlah mereka yg membangunkanya.
Selepas shalat Ashar Kakek memanggilku ke kamarnya.
Kakek: "Aydin, apa yg ada pada kita hakikatnya bukanlah milik kita.
Apabila Allah menitipkan sesuatu kepadamu maka tidak boleh merasa memilikinya. Oleh karena itu dilarang menggunakan atau memanfaatkannya.
Aku: "Aydin faham Bah?"
Kakek: "Alhamdulillah jika kamu memahaminya."
Kakek: "Perihal mimpimu?"
Aku: "Iya."
Kakek: "Ay, setiap yang bernyawa itu pasti mati dan itu mutlak. Kamu tidak boleh menggantungkan diri kepada seseorang atau sesuatu. Hanya kepada Allah lah kamu boleh bergantung."
Kakek: "Perkuat rasa & pikiran atas apa yg kamu yakini. Jangan pernah terbersit sekecil apapun sebuah kesangsian. Jika kamu mampu menerapkannya dg benar, maka hal apapun akan semudah membalikkan tangan, Insya Allah."
Pada saat pengenalan organisasi, saya kaget dengan disampaikannya materi ceramah ghazwul fikri.
Setelah kegiatan tersebut selesai bersamaan dgn sudah masuknya waktu dhuhur, kami pun shalat berjamaah.
Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk memberikan pendapat dan pandangan terhadap kegiatan tadi.
Situasi mendadak hening atas pertanyaanku, sesaat tidak ada yg menjawab sebelum akhirnya Ketua yang berbicara.
Aku: "Begini Kang, bukankah kegiatan tersebut untuk menarik minat siswa baru untuk bergabung dg kita?"
Ketua: "Betul"
Aku: "Menurut saya materi tadi tidak tepat untuk disampaikan pada momen tadi.
Aku: "Memangnya Aku diundang untuk terlibat dalam kegiatan ini? Seharusnya dg sedikitnya anggota baru pada angkatanku bisa dijadikan pertimbangan kalian dlm memutuskan?"
"Kang, bukannya Aku pernah meminta untuk melibatkan kami anggota baru dlm setiap kegiatan yg dijalankan organisasi kita dg tujuan supaya ada pengalaman buat kami?"
Tiba-tiba terdengar bisikan
"Ingat Mimpimu!"
Seketika itu Aku melihat gambaran situasi di rumah.
Melihatku yg terdiam dengan tatapan kosong, sang Ketua berusaha menyadarkanku.
Teriakan itu sukses menghilangkan gambaran yg kulihat.
Aku: "Aku baik-baik saja ko Kang. Oh iya, dgn beberapa pertanyaan/pernyataan tadi yg sebenarnya mencerminkan kegundahanku, mohon maaf, Aku menyatakan keluar dari organisasi ini.
"Siapa Mah?"
"Aydin Pak" sahut Nenek.
Mendengar jawaban Nenek, Kakek menangis dan menyuruhku mendekatinya.
"Aydin, sekarang kamu yang memegang 'kunci' rumah dan tanah Kakek. Hanya kamu yg bisa 'melepas ikatan & membuka pintunya'. Bersiaplah dan bertawakallah dengan sebenar-benarnya tawakal."
Saat jenazah Kakek akan dikebumikan, Aku melihat seorang raja yg dulu pernah kutemui ada di sana. Tdk hanya beliau, ada juga sesosok wanita tersenyum padaku penuh kewibawaan.
"Apa maksudnya kalau Abah belum meninggal?" Tanyaku
Kakek adalah guruku dalam setiap kajian mengenai pendalaman ilmu agama.
Kakek adalah tabibku ketika Aku sedang jatuh sakit.
Kakek adalah pembimbingku dalam setiap aktivitas spiritual.
Sehebat-hebatnya makhluk tidak akan pernah melebihi kehebatan Allah, Rabb keseluruhan alam.
Ketika waktu kematian sudah ditetapkan Allah bagi makhluknya, maka tak ada satu makhluk pun yang mampu lari dari kematian itu.
Sudah siapkah kita untuk mati?
|Dimulainya Pertempuran Gaib|